Nurul Alfrida S.
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Universitas Islam Nahdlotul Ulama (UNISNU) Jepara
Seorang guru yang baik adalah guru yang dapat memberikan inspirasi untuk para anak didiknya. Inspirasi ini ditunjukkan para guru dengan memberikan teladan dan nasehat-nasehat yang membangun pada anak-anak didik, agar mereka bisa belajar tanpa rasa takut jika salah dan dikatakan tidak mampu.
Demikianlah disampaikan oleh Direktur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional RI Suyanto, saat memperingati Hari Guru Nasional di SDN II Cideng, Jakarta Pusat, pada hari Jum'at 25 November 2011. (kompas.com)
Dari pernyataan di atas bisa dikatakan, guru yang profesional adalah guru yang harus bisa memberi motivasi, inspirasi, dan menyenangkan bagi anak didiknya. Menjadi sosok yang menyenangkan akan membuat anak didik merasa nyaman dan tidak segan untuk bercerita apabila memiliki beban atau masalah. Sehingga tidak ada jarak antara guru dan anak didik. Guru bisa menempatkan dirinya layaknya sebagai teman yang baik bagi anak didiknya.
Namun pada kenyataannya sekarang terdapat jarak diantara guru dan anak didik. Karena guru terkadang merasa derajatnya jauh lebih tinggi daripada anak didiknya, sehingga harus dihormati dan disegani. Sedangkan dalam pikiran anak didik sudah melekat bahwa imej guru adalah menakutkan. Pikiran seperti ini nantinya yang akan menimbulkan kesenjangan diantara guru dan anak didik.
Kesenjangan antara guru dan anak didik haruslah dicegah mulai dari sekarang. Kesenjangan yang berkelanjutan akan menciptakan suasana yang tidak nyaman dan harmonis. Dan ini akan berdampak pada proses belajar mengajar di dalam kelas. Proses belajar mengajar akan terasa kaku dan tidak hidup.
Keadaan kelas yang kaku dan tidak hidup akan menyebabkan anak didik malas untuk pergi ke sekolah dan belajar. Prestasi anak didikpun akan ikut menurun. Saat berada di sekolah anak didik akan berperilaku yang kurang baik, suka melanggar tata tertib sekolah, dan tidak mau mendengarkan nasehat-nasehat yang diberikan gurunya.
Kondisi seperti ini haruslah dihadapi seorang guru dengan cara mendekati anak didik secara halus, memberikan perhatian dan kasih sayang layaknya orang tua mereka sendiri, dan menjadi sosok guru yang menyenangkan.
Pada dasarnya tugas guru yang paling utama dan utama adalah mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar, guru adalah sebagai perantara antara anak didik dengan ilmu pengetahuan. Dengan demikian seorang guru harus memiliki segala sesuatu yang erat hubungannya dengan bidang tugasnya, seperti pengetahuan, sifat-sifat kepribadian, serta kesehatan jasmani dan rohani. Keberhasilan guru dalam mengajar dan mendidik anak didiknya adalah sebuah kepuasan dan kebangaan tersendiri baginya.
Di samping tugas guru sebagai pengajar dan pendidik, guru juga harus bisa memposisikan dirinya dalam hal lain, seperti menjadi orang tua bagi anak didiknya ketika di sekolah, sebagai tempat perlindungan, tempat mengadu, dan berkeluh kesah, sebagai pembentuk karakter bagi anak didik, sebagai pembimbing dalam mengembangkan potensi-potensi anak didik seperti minat, bakat, dan kemampuan, juga sebagai contoh keteladanan yang baik bagi anak didiknya.
Mengemban profesi sebagai seorang guru tidaklah mudah, karena tugas seorang guru sangatlah besar dan penting. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemampuan guru.Â
Guru harus mendedikasikan dirinya kepada Negara, sebagai bentuk dari perjuangan dalam melawan kebodohan. Guru harus menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati. Karena profesinya yang penting dan tidak mudah inilah guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Sebutan tersebut sangatlah pantas diterima oleh seorang guru.
Untuk menjadi guru yang menyenangkan, guru harus berlaku bijaksana, selalu tampak ceria dalam keadaan apapun, tidak sombong, mampu mengendalikan emosinya, tampil prima dan bersahaja, rendah hati, sabar, kreatif dan inovatif, bisa menempatkan dirinya layaknya teman yang baik bagi anak didiknya, selalu bisa mendengarkan masalah atau beban anak didiknya dan sebisa mungkin memberikan solusi untuk masalah yang sedang dihadapi.
 Jika guru mampu memiliki sifat-sifat tersebut dan bisa menerapkannya dalam proses belajar mengajar, kesenjangan dan jarak antara guru dan anak didik lambat laun akan hilang.Â
Anak didikpun akan semangat untuk pergi ke sekolah dan belajar karena sudah tidak ada lagi sosok yang mereka takuti di sekolah. Anak didik akan mendengarkan nasehat-nasehat yang diberikan gurunya. Dan tanpa disuruhpun dengan sendirinya anak didik akan mengubah sifat mereka dari yang tidak baik menjadi yang lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H