Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Imlek dan Barongsai Di Desa Catur Kintamani

29 Januari 2025   20:42 Diperbarui: 29 Januari 2025   20:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdapat beberapa teori mengenai asal-usul Tahun Baru Imlek. Kalender Tionghoa didasarkan pada kombinasi pergerakan bulan dan matahari. Setiap tahun lunar diwakili oleh salah satu dari 12 binatang. Kalender ini juga disebut sebagai Zodiak Tionghoa. Kalender lunar Tionghoa yang sekarang dikembangkan pada masa Dinasti Tang (618-907 M), dengan siklus lunar selama 29,5 hari. Orang Tionghoa menambahkan satu bulan ekstra setiap dua hingga tiga tahun untuk mengimbangi perbedaan antara kalender lunar dan pergerakan matahari, mirip dengan menambahkan satu hari pada tahun kabisat. Itulah sebabnya Tahun Baru Imlek jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya.

Perayaan Tahun Baru Imlek dimulai dengan bulan baru pada hari pertama tahun tersebut dan berakhir pada bulan purnama 15 hari kemudian. Terkadang perayaan ini juga disebut sebagai Festival Musim Semi atau "Awal Musim Semi." Meskipun dikenal sebagai Tahun Baru Imlek, Tahun Baru Lunar sebenarnya dirayakan oleh banyak kelompok selain orang Tionghoa.

Kata 'Nian' yang berarti 'tahun' dalam bahasa Tionghoa juga merupakan nama monster yang memangsa orang pada malam sebelum Tahun Baru dimulai. Sebuah legenda populer menggambarkan Nian sebagai monster dengan mulut besar yang dapat menelan orang utuh. Penduduk desa di Tiongkok sangat ketakutan dengan monster Nian. Suatu hari, seorang pria tua menghadapi Nian dan berkata, "Saya dengar kamu bisa memakan semua orang, tetapi mereka bukan lawan yang sepadan untukmu. Kamu seharusnya memakan binatang buas lainnya." Monster itu mendengarkan nasihat pria tua tersebut. Dia berhenti mengganggu penduduk desa dan mulai mengejar binatang buas lainnya, memaksa mereka untuk mundur ke dalam hutan karena ketakutan terhadap Nian.

Ternyata pria tua itu adalah seorang dewa abadi. Sebelum pergi, ia memerintahkan orang-orang untuk memasang dekorasi kertas merah di jendela dan pintu mereka di akhir tahun untuk mengusir Nian jika dia kembali, karena merah adalah warna yang paling ditakuti oleh Nian. Sejak saat itu, tradisi merayakan kemenangan atas Nian diteruskan di komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Dipercaya juga bahwa menyalakan petasan dapat mengusir Nian. Meskipun banyak etnis Tionghoa di Indonesia mungkin telah lupa asal-usul dari kebiasaan ini, mereka tetap merayakan hari besar ini dengan dekorasi merah di rumah mereka dan menggunakan petasan untuk menambah semarak perayaan. Selamat Tahun Baru Imlek  Moga bermanfaat***

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun