Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lahir Hidup Mati

20 Januari 2025   05:56 Diperbarui: 20 Januari 2025   05:56 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup manusia, dan kematian merupakan saudara kembar, yang tak mungkin dipisahkan. Manusia YANG masih hidup, sedang bergulat untuk membuat album kenangan. Kenangan untuk diwariskan kepada anak cucu dan generasinya, bila perbuatan baiknya diturunkan dan diduplikasi turun temurun, maka dia abadi, hidup tanpa badan, dia hidup menyejarah.

Pesan indah guru saya terngiang kembali, Pada akhirnya, hanya tiga hal yang berarti: Seberapa banyak kau mencintai,Seberapa lembut kau menjalani hidup, dan seberapa ikhlas kau melepaskan sesuatu yang tidak dimaksudkan untukmu. Ini indikator kenangan indah.

Dititik itu janganlah lelah berbuat baik kepada siapapun, sebab alam semesta mencatat dengan penuh ikhmat dalam tinta yang digoresan batu cadas, dia tak akan lekang oleh waktu. Manusia adalah penulis kisah hidupnya sendiri.

Maka, hidup ini seperti sungai yang mengalir,,Tak pernah berhenti, meski waktu berlalu.Setiap detik, setiap langkah. Meninggalkan jejak yang tak akan pudar.,Bagaikan bintang di langit malam, Menerangi gelap, meski tak terlihat sepanjang waktu. Namun cahayanya tetap ada, Abadi dalam setiap kenangan dan harapan. Disana muncul cinta, sebab kebahagiaan datang ketika Anda merelakan apa yang tidak dapat Anda ubah
***
Pagi hari ditepi kuburan, akan dilaksanakan ,upacara pengabenan kakak kami tercinta,, akan segera di gelar. Banyak aktivitas untuk menyambut upacara itu, sebelum Ngaben, mempersiapkan segala sesuatu di tempat pekuburan, harus dilakukan. Pembersihan tempat pembakaran, dan menata semuanya agar rapi, karena banyak orang yang akan melayat kesana.

Kuburan sepi, tumbuh ilalang menjalar liar, karena orang sudah semakin jarang, melakukan penguburan, dan banyak melakukan kremasi' di krematorium terdekat, mengapa demikian?

Upacara ngaben dengan tradisi di desa saya, memang lebih banyak menghabiskan waktu, dan tentu biaya, kremasi menjadi pilihan, singkat murah dan tidak repot, namun maknanya sama. Ya... untuk sebagain orang itu bisa dilakukan, namun beberapa hal banyak orang yang melihat ada tradisi yang hilang dan kita menjadi berpikir pragmatis, tidak salah memang itu adalah pilihan, yang dipentingkan adalah ikhlas'

Kami semua berkerja gotong royong," Matahari bersinar, sinarnya memberikan kehidupan, karena dia melakukan banyak hal untuk proses kehidupan di bumi, satu diantara melakukan reaksi fotosintesis, membentuk bakal bahan untuk proses kehidupan. Kehidupan membawa kita sebagai perjalanan akhirnya dalam kematian, membangun harapan, dan sebuah bongkahan keinginan, Itulah yang tersirat dalam benak.

Ada orang tua, duduk sendirian di tepi kuburan, dia menyabit rumput, dan tersenyum melihat kami, Orang tua ini, adalah sosok yang selalu tahu, kondisi kuburan. Saya bertanya, apakah selamat pagi, bagaimana suasa hari ini bapak? Baik, dan siapa yang diaben tanyanya balik, Kaka kami, sautku ringan, Inggih, kita emua akan menuju kesana, sesuai dengan perjanjian waktu hidup kita, katanya bijak.

Tk ada lain yang kita usahakan, katanya, melanjutkan, Bekerja dengan cinta akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan."Jika kita memberi cinta, kita akan mendapatkan cinta.Begitulah hukum alam kehidupan ini.

Nampak orang tua ini begitu dekat dan terbiasa dengan suasan kuburan, taka da takut barang sedikitk pun, "Ada yang perlu ditakuit dalam hidup ini? Tanya salah satu saudara kami, "Apa yang harus ditakui, dengan tempat, kuburan adalah tempatnya, Dewa Siwa, katanya, sambil menunjukkan lokasi timur itu, adalah berstana Dewa Siwa , dalam bentuk pura dalem.

Dia menambahkan, Lahir Hidup Mati -- Utpati Stiti Pralina adalah adalah Hukum peciptaan, kemudian banyak ahli menyebutnya sebagai, Dharma. Hukum yang berlaku bagi siapa saja dan semua mahluk hidup. Wah orang tua ini begitu mengetahui banyak hal, bisik saya dalam hati.

Dia meneruskan, Itu sebabnya, Kehidupan adalah perjalanan panjang,Menapaki langkah-langkah yang tak pasti, Terkadang penuh cahaya, terkadang gelap,Namun setiap detiknya menyulam harapan. Lahir Hidup Mati -- Utpati Stiti Pralina adalah adalah Hukum peciptaan, kemudian banyak ahli menyebutnya sebagai, Dharma. Hukum yang berlaku bagi siapa saja dan semua mahluk hidup.

Saya tercenung, memang benar adanya, Seloka kitab suci, berbicara dengan manis perihal itu, menyatakan sesungguhnya setiap orang yang lahir, Kematian adalah hal yang pasti. Setiap kematian, kelahiran adalah kepastian. Ada dua kepastian yaitu Kelahiran dan Kematian. Diantara kedua kepastian Lahir dan Mati ada berjuta-juta ketidak pastian dalam hidup ini.

Untuk suatu ketidakpastian ini seseorang wajib belajar mengenali ketidakpastian, memahami, menghayati dan mengakrabi dengan penuh Kedamaian. Hukum Dharma ini mengajarkan perlunya mencermati Kematian dan Kelahitan adalah hal biasa saja. Bukan suatu yang luar biasa menakutkan. Namun ini terus menghantui kehidupan banyak orang, tak mudah memberikan pemaknaan yang panjang.

Diskusi kami terus bergulir, ternyata orang ini adalah orang sederhana, namun bijak, Dia berkata dengan lembut, Kematian adalah kepastian, tak terbantahkan, Di ujung jalan hidup yang penuh rintangan. Menyapa tanpa ampun, datang tak terduga, Menghampiri kita, pada saat yang tak kita kira. Katanya sambil tersenyum simpul,

Lalu bagaimana kita menghadapinya, kata saya, sedikit menelisik, "Waktu terus berjalan, tak pernah berhenti,Kita hanya penumpang di kereta yang pasti.Namun sebelum ia datang mengetuk pintu, Persiapkanlah diri, agar jiwa tak ragu. Inilah rahasia kehdiupan, "Ketika Anda melepaskan apa yang Anda inginkan, maka Anda akan mendapatkan apa yang Anda butuhkan.

Terus dia menambahkan, Isi hari dengan kebajikan yang tulus, Jangan biarkan hati terperangkap oleh amarah dan egosentris. Dalam setiap langkah, dalam setiap niat, Jagalah kesucian hati, agar tak tersesat. Kematian bukanlah akhir yang menakutkan, Melainkan gerbang menuju perjalanan lain yang menanti. Jadi, persiapkan diri sebaik mungkin.

Dengan cinta, kasih sayang, dan pengetahuan yang mendalam. Sebab tubuh ini terdiri dari, Stula Sharira (Tubuh Kasar), Suksma Sharira (Tubuh Halus), Karana Sharira (Tubuh Kausal):Tubuh kausal adalah aspek terdalam dari individu yang merupakan inti dari identitas jiwa, yaitu Atman, yang berhubungan dengan kesadaran universal atau Brahman. Tubuh kausal ini adalah asal mula dari tubuh halus dan tubuh kasar.

Tubuh fisik manusia terdiri dari lima unsur yang berbeda. Salah satunya adalah unsur pertiwi yang meliputi hal-hal padat seperti daging, tulang, dan kuku. Kemudian ada unsur apah yang berwujud cair, disusul oleh bayu atau udara, yang sering disebut sebagai unsur teja, serta unsur panas. Terakhir, ada akasa, unsur ether, yang memungkinkan terbentuknya rongga dalam tubuh manusia melalui kehadirannya.

Kematian adalah kenyataan yang tak dapat dihindari, namun mereka yang siap akan merasa tenang saat perpisahan itu datang. Kematian bukanlah akhir dari perjalanan, tetapi merupakan awal dari kehidupan yang kekal. Setiap tindakan kita di dunia ini akan mempengaruhi cara kita diperlakukan di kehidupan yang abadi. Oleh karena itu, hendaknya kita menjalani hidup ini dengan kebajikan dan kasih sayang, agar ketika waktunya tiba, kita dapat melangkah dengan damai menuju kehidupan yang lebih baik. Semoga bermanfaat*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun