Dia menambahkan, Lahir Hidup Mati -- Utpati Stiti Pralina adalah adalah Hukum peciptaan, kemudian banyak ahli menyebutnya sebagai, Dharma. Hukum yang berlaku bagi siapa saja dan semua mahluk hidup. Wah orang tua ini begitu mengetahui banyak hal, bisik saya dalam hati.
Dia meneruskan, Itu sebabnya, Kehidupan adalah perjalanan panjang,Menapaki langkah-langkah yang tak pasti, Terkadang penuh cahaya, terkadang gelap,Namun setiap detiknya menyulam harapan. Lahir Hidup Mati -- Utpati Stiti Pralina adalah adalah Hukum peciptaan, kemudian banyak ahli menyebutnya sebagai, Dharma. Hukum yang berlaku bagi siapa saja dan semua mahluk hidup.
Saya tercenung, memang benar adanya, Seloka kitab suci, berbicara dengan manis perihal itu, menyatakan sesungguhnya setiap orang yang lahir, Kematian adalah hal yang pasti. Setiap kematian, kelahiran adalah kepastian. Ada dua kepastian yaitu Kelahiran dan Kematian. Diantara kedua kepastian Lahir dan Mati ada berjuta-juta ketidak pastian dalam hidup ini.
Untuk suatu ketidakpastian ini seseorang wajib belajar mengenali ketidakpastian, memahami, menghayati dan mengakrabi dengan penuh Kedamaian. Hukum Dharma ini mengajarkan perlunya mencermati Kematian dan Kelahitan adalah hal biasa saja. Bukan suatu yang luar biasa menakutkan. Namun ini terus menghantui kehidupan banyak orang, tak mudah memberikan pemaknaan yang panjang.
Diskusi kami terus bergulir, ternyata orang ini adalah orang sederhana, namun bijak, Dia berkata dengan lembut, Kematian adalah kepastian, tak terbantahkan, Di ujung jalan hidup yang penuh rintangan. Menyapa tanpa ampun, datang tak terduga, Menghampiri kita, pada saat yang tak kita kira. Katanya sambil tersenyum simpul,
Lalu bagaimana kita menghadapinya, kata saya, sedikit menelisik, "Waktu terus berjalan, tak pernah berhenti,Kita hanya penumpang di kereta yang pasti.Namun sebelum ia datang mengetuk pintu, Persiapkanlah diri, agar jiwa tak ragu. Inilah rahasia kehdiupan, "Ketika Anda melepaskan apa yang Anda inginkan, maka Anda akan mendapatkan apa yang Anda butuhkan.
Terus dia menambahkan, Isi hari dengan kebajikan yang tulus, Jangan biarkan hati terperangkap oleh amarah dan egosentris. Dalam setiap langkah, dalam setiap niat, Jagalah kesucian hati, agar tak tersesat. Kematian bukanlah akhir yang menakutkan, Melainkan gerbang menuju perjalanan lain yang menanti. Jadi, persiapkan diri sebaik mungkin.
Dengan cinta, kasih sayang, dan pengetahuan yang mendalam. Sebab tubuh ini terdiri dari, Stula Sharira (Tubuh Kasar), Suksma Sharira (Tubuh Halus), Karana Sharira (Tubuh Kausal):Tubuh kausal adalah aspek terdalam dari individu yang merupakan inti dari identitas jiwa, yaitu Atman, yang berhubungan dengan kesadaran universal atau Brahman. Tubuh kausal ini adalah asal mula dari tubuh halus dan tubuh kasar.
Tubuh fisik manusia terdiri dari lima unsur yang berbeda. Salah satunya adalah unsur pertiwi yang meliputi hal-hal padat seperti daging, tulang, dan kuku. Kemudian ada unsur apah yang berwujud cair, disusul oleh bayu atau udara, yang sering disebut sebagai unsur teja, serta unsur panas. Terakhir, ada akasa, unsur ether, yang memungkinkan terbentuknya rongga dalam tubuh manusia melalui kehadirannya.
Kematian adalah kenyataan yang tak dapat dihindari, namun mereka yang siap akan merasa tenang saat perpisahan itu datang. Kematian bukanlah akhir dari perjalanan, tetapi merupakan awal dari kehidupan yang kekal. Setiap tindakan kita di dunia ini akan mempengaruhi cara kita diperlakukan di kehidupan yang abadi. Oleh karena itu, hendaknya kita menjalani hidup ini dengan kebajikan dan kasih sayang, agar ketika waktunya tiba, kita dapat melangkah dengan damai menuju kehidupan yang lebih baik. Semoga bermanfaat*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H