Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Strategi Ingrasi di Sekitar Megawati

13 Januari 2025   22:07 Diperbarui: 13 Januari 2025   22:44 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Megawati Soekarno Putri ( Sumber : vio.id)

Ketika peringatan HUT ke-52 PDIP yang diadakan pada Jumat (10/1-2025 ) lalu pidato Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri,memang unik, dan menjadi pusat perhatian publik. Selain durasi relatif  lama sekitar 3 jam, ketegasan nampak jelas, di usia Ibu Mega  sudah 78 tahun, masih energik dan bisa ingat banyak hal, tentu, tidak sembarang wanita diusia yang sudah mendekati renta itu , masih bisa  eroik dan bersemangat seperti dia." Aku adalah wanita kuat," seperti pernah dikatakannya di suatu kesempatan. 

Inilah salah satu yang menjadi magnet para kader partai banteng moncong putih itu, setia dan bulat patuh padanya.  Namun demikian,  saya masih berharap diusia senjanya Ibu Mega, menjadi sosok politikus dan negarawan, yang setia pada  petitih ini, Politik yang bijak adalah politik yang mampu mempersatukan perbedaan dan membangun kerjasama yang harmonis. Mungkin itu yang kekeh ibu Mega lakukan dengan caranya sendiri. Yang kerap sulit dimaknai oleh lawan politiknya, termasuk saya. 

Itu sebabnya, sekolah politiknya meluluskan banyak kader politikus hebat, kemudian mengabdi pada negara, namun  kerap terjadi tak sejalan dengan garis partai, adagium pun berlaku, Setiap orang berbakat di bidang tertentu. Sekolah (guru)  hanya harus menemukan apa bakatnya, setelah itu dia berkembang melebihi guru-gurunya. Sebab murid pintar dan cerdas, biasanya berkembang sesuai dengan zaman, dan terus berikhtiar mengusung sebuah  prestasi demi negara, sekolah politik PDIP sudah teruji meluluskan,  Jokowi, Gibran, Boby Nasution, Effendi Simbolon, dan lain-lain. Namun mereka dipecat dari almamater yang melahirkannya. atau tidak diakui anak didiknya. Lucu dan menarik memang?  Atau ada yang keliru? Entahlah.

Atau, semua kader partai harus patuh, sujud, seperti robot, tanpa kreasi, politik memang harus kaku atau fleksibel, menjadi perdebatan,  tergantung dari  sudut pandang mana hendak ditatap. Namun sejatinya, disinilah  perlu dimamah dan dicerna secara arif,  Partai  adalah organisasi seperti layaknya makhluk hidup, karena memiliki siklus kehidupan yang serupa dengan kehidupan organisme. Seperti halnya makhluk hidup yang lahir, tumbuh, berkembang, dan akhirnya mengalami kematian, organisasi juga mengalami fase-fase serupa. kalau tidak dipelihara  dengan baik.

Sebuah organisasi dapat "lahir" ketika didirikan, kemudian berkembang seiring dengan pencapaian tujuannya, menghadapi tantangan, serta beradaptasi dengan perubahan lingkungan sekitar. Namun, seperti makhluk hidup, organisasi juga dapat mengalami penurunan, krisis, atau bahkan "kematian" apabila tidak mampu beradaptasi atau mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, organisasi, layaknya makhluk hidup, harus dikelola dengan bijaksana agar tetap dapat bertahan dan berkembang. Dititik itu, maka Keberhasilan sebuah partai terletak pada kekuatan kolektifnya, bukan pada individu semata. Bersama, kita akan tumbuh dan berkembang."itulah spiritnya.  

A STRATEGY OF INGRATIATION

Kembali ke suasana Pidato Ibu Megawati, Nampak semua kader, semangat  dan benar-benar menjadi semacam  nasihat pada anak-anak mereka. Pidato ini adalah nasihat pada anak-anak banteng, yang terus bergerak membawa misi politik untuk wong cilik dan menegakkan demokrasi, walaupun tak sedikit orang nynyir, partai yang tidak menjalankan demokrasi dan , juga menerapkan dinasti. Begitulah kritik orang luar. Namun dalam internal PDIP tak sedikit yang berjuang dengan   strategi, meminjam  konsepsi Judge, T. A., & Bretz Jr, R. D. (1994). Sebagai a strategy of ingratiation"  yang tertuang  secara jernih dalam artikelnya berjudul"Political influence behavior and career success.  Yang termuat dalam Journal of management.  Lalu apa yang dimaksud dengan " a strategy of ingratiation" itu?

A strategy of ingratiation merupakan taktik yang berfokus pada atasan. Sebuah perilaku, yang membuat  visi misi Pempinnya senang, Tentu ini telah dibuktikan bahwa   perilaku pengaruh politik terhadap kesuksesan karir.  Nampaknya  para lingkaran Ibu mega dalam PDIP, dominan diisi oleh mereak yang menganut A strategy of ingratiation.  Apakah salah ? tentu tidak sepanjang strategi itu benar-benar mengoptimalkan pencandraan berdasarkan fakta dan analisis ilmiah. Dan bukan  menyodorkan data palsu.

Ingrasi dapat dijelaskan sebagai upaya perilaku pengaruh yang bertujuan untuk meningkatkan kesukaan atau kemiripan dengan individu yang menjadi sasaran . Inti dari perilaku ingrasi jelas terletak pada usaha untuk terlihat menyenangkan Dalam karya penting tentang ingrasi, Jones (1964) mengidentifikasi tiga jenis taktik ingrasi: meningkatkan citra orang lain (misalnya, dengan memuji); presentasi diri (contohnya, bersikap rendah hati palsu, tersenyum, memberikan bantuan); dan konformitas pendapat (misalnya, mengungkapkan nilai dan keyakinan yang serupa dengan milik individu yang menjadi sasaran). Motif utama dari taktik peningkatan orang lain adalah untuk memperoleh kesukaan (Ralston, 1985). Bahkan, teori keseimbangan Heider (1958) memprediksi bahwa kesukaan akan dibalas. Artinya, jika individu A merasa bahwa individu B menyukainya, maka individu A akan terdorong untuk menyukai individu B (Ralston & Elsass, 1989). Banyak penelitian dalam psikologi sosial mendukung gagasan bahwa orang cenderung menyukai mereka yang menyukai mereka.

 Dengan cara yang serupa, taktik presentasi diri seperti kerendahan hati palsu dan pemberian bantuan juga dapat meningkatkan kesukaan Selanjutnya, motivasi untuk meningkatkan kesukaan mungkin menjadi dasar dari konformitas pendapat, karena paradigma kesamaan-atraksi yang terkenal (Byrne, 1971) menunjukkan bahwa konformitas pendapat dapat memperkuat persepsi kesamaan, yang kemudian mengarah pada ketertarikan atau kesukaan.

Promosi diri adalah upaya untuk menonjolkan pencapaian, sifat, atau kualitas pribadi dengan tujuan untuk menyajikan diri dalam cahaya yang lebih positif (Ferris & Judge, 1991). Menurut Ferris dan Judge, promosi diri dapat muncul dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu sebagai klaim hak (misalnya, pernyataan verbal mengenai tanggung jawab atas peristiwa atau hasil positif), atau sebagai pembesaran (misalnya, upaya untuk melebih-lebihkan atau memaknai pencapaian seseorang lebih dari yang seharusnya).

Upaya promosi diri juga telah menjadi fokus teori dan penelitian dalam psikologi sosial. Bias melayani diri sendiri merujuk pada kecenderungan individu untuk mengaitkan hasil yang positif dengan diri mereka sendiri dan hasil yang negatif dengan faktor

Dengan memberikan alasan untuk kejadian negatif  dan mengambil atau melebih-lebihkan kredit untuk peristiwa positif (Gioia, 1989), individu secara aktif mempromosikan penilaian terhadap kualifikasi, prestasi, atau kinerja mereka. Bagaimana bias melayani diri sendiri dapat berperan dalam memfasilitasi kesuksesan karir? Salah satu penjelasan yang mungkin datang dari model pemrosesan kognitif.

Ketika pengamat sosial (misalnya, atasan atau pewawancara) mengumpulkan informasi tentang individu, mereka akan mencari penjelasan mengenai peristiwa yang mereka amati (Crocker, 1981). Karena pengamat sosial sering kali mengkodekan dan menyimpan informasi dalam bentuk evaluatif, penjelasan tentang perilaku, sebagaimana dipersepsikan oleh evaluator, menjadi sangat penting dalam cara informasi tersebut diingat. Oleh karena itu, jika seseorang dapat membuat pengamat sosial mengaitkan peristiwa positif dengan individu tersebut dan mengaitkan peristiwa negatif dengan faktor-faktor di luar kendali individu, evaluasi kinerja yang lebih baik, peringkat promosi, atau kenaikan gaji bisa saja terjadi (Ferris et al., dalam pers).

Gioia (1989) mengemukakan bahwa bias pro-self mungkin sangat relevan dalam hal promosi diri karena individu memproses informasi tentang perilaku mereka sendiri. Karena bias pro-self memengaruhi cara informasi disimpan dalam ingatan), hal ini dapat menyebabkan individu memberi kredit kepada diri mereka sendiri atas hasil yang positif dan menyalahkan faktor eksternal atas kegagalan, serta mendorong karyawan untuk melakukan promosi diri agar memberikan informasi yang paling positif tentang diri mereka kepada pewawancara atau atasan. Dengan demikian, pendekatan kognitif ini menunjukkan bahwa promosi diri dapat berperan penting dalam mencapai hasil yang berkaitan dengan kesuksesan karier.

STRATEGI MENGGAPAI KEKUASAAN

Sekolah partai memang , Cita-citanya  dalah mengimplemntasikan tujuan partai. Tujuan utama partai politik adalah untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dalam sistem pemerintahan, serta mewakili kepentingan masyarakat dalam proses politik.  Partai politik bertujuan untuk mewakili kelompok-kelompok atau segmen-segmen masyarakat tertentu dalam pemerintahan. Ini termasuk menyuarakan aspirasi, kebutuhan, dan kepentingan masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik.

Partai politik memiliki peran penting dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan dalam pemerintahan. Ini termasuk dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Partai berusaha untuk menciptakan program-program yang sesuai dengan ideologi mereka dan menguntungkan masyarakat luas. Mengawasi PemerintahanSelain berkompetisi untuk mendapatkan kekuasaan, partai politik juga memiliki fungsi pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Mereka memastikan agar kebijakan yang diambil oleh pemerintah sesuai dengan kepentingan rakyat dan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip yang sudah dijanjikan.

Memberikan Pendidikan Politik, itu adalah tugas partai memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, terutama mengenai hak-hak politik, kewajiban warga negara, serta cara-cara yang tepat dalam berpartisipasi dalam proses politik. Ini penting untuk membentuk kesadaran politik yang baik di kalangan rakyat.

Yang terpenting adalah, menjaga stabilitas politik partai politik, yang  berfungsi untuk menciptakan stabilitas politik dalam negara. Dengan berkompetisi secara sehat dan mengedepankan kepentingan umum, partai politik dapat membantu mencegah ketegangan atau konflik politik yang merugikan negara.berusaha membangun identitas politik yang jelas berdasarkan ideologi atau prinsip-prinsip tertentu. Identitas ini penting untuk menarik pemilih yang sejalan dengan nilai-nilai yang diusung oleh partai. Secara keseluruhan, partai politik bertujuan untuk mengorganisir kepentingan politik, mendemokratisasi proses politik, serta memajukan negara dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada rakyat.

STRATEGI MENGGAPAI KEKUASAAN

Strategi menggapai kekuasaan bisa bervariasi tergantung pada konteks politik, sosial, dan individu yang terlibat. Namun, ada beberapa langkah umum yang sering diterapkan untuk mencapai tujuan ini, baik dalam ranah politik, organisasi, atau usaha pribadi. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa dipertimbangkan:

Peratama, Membangun Jaringan dan Aliansi.
Kekuasaan sering kali diperoleh melalui dukungan dari orang lain. Membangun jaringan yang kuat dengan individu atau kelompok yang memiliki kepentingan yang sama sangat penting. Aliansi ini bisa memberikan dukungan politik, sumber daya, atau informasi yang berguna.

Kedua, Mendapatkan Legitimasi.
Untuk memperoleh kekuasaan, seseorang harus diterima atau diakui oleh masyarakat atau kelompok tertentu. Ini bisa dilakukan dengan membangun kredibilitas, menunjukkan integritas, dan menjelaskan visi serta tujuan yang dapat menguntungkan banyak pihak.

Ketiga, Memahami dan Mengelola Publik.
Mempunyai pengaruh terhadap publik atau kelompok tertentu bisa sangat menentukan dalam meraih kekuasaan. Mengelola opini publik dengan cara yang baik, baik melalui media sosial, kampanye, atau berbicara langsung, bisa memperkuat posisi seseorang.

Keempat, Pengendalian Informasi.
Menguasai informasi dan bagaimana informasi tersebut disebarkan sangat penting. Ini termasuk kemampuan untuk mengontrol narasi atau mendistorsi persepsi orang lain terhadap seseorang atau situasi.

Kelima, Menggunakan Kekuasaan yang Ada.
Jika seseorang sudah berada dalam posisi tertentu, memanfaatkan kekuasaan yang ada untuk memperluas pengaruh dan mendapatkan lebih banyak dukungan adalah langkah yang strategis. Ini bisa berupa penggunaan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Keenam, Beradaptasi dengan Lingkungan.
Mengamati dan beradaptasi dengan perubahan situasi sangat penting. Seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika politik, seseorang yang ingin meraih kekuasaan harus fleksibel dalam menghadapi tantangan dan perubahan tersebut.

Ketujuh, Memiliki Visi dan Misi yang Jelas
Sebuah visi yang jelas akan menginspirasi orang untuk mendukung dan mengikuti. Jika seseorang dapat menyampaikan tujuan besar yang bisa membawa perubahan positif, banyak orang akan lebih cenderung untuk memberikan dukungan.

Kedelapan, Taktik Pengaruh dan Persuasi
Menguasai seni persuasi atau mempengaruhi orang lain agar setuju dengan pendapat atau rencana yang dimiliki sangatlah krusial. Kemampuan bernegosiasi dan merangkul berbagai pihak yang berbeda pendapat juga menjadi bagian penting dalam mencapai kekuasaan.

Kesembilan, Menghadapi Tantangan dan Konflik dengan Bijaksana
Ketika mengejar kekuasaan, pasti ada banyak tantangan dan konflik yang harus dihadapi. Sebagai pemimpin atau calon pemimpin, kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan bijak dan adil dapat meningkatkan kepercayaan orang terhadap dirinya.

Kesepuluh, Menggunakan Keunggulan Pribadi atau Sumber Daya
Memanfaatkan keunggulan pribadi atau sumber daya yang ada (misalnya, keterampilan, latar belakang, atau kekayaan) untuk mendukung pencapaian tujuan juga merupakan salah satu strategi yang bisa digunakan.

Secara keseluruhan, strategi untuk menggapai kekuasaan membutuhkan kombinasi antara kecerdasan politik, keterampilan interpersonal, visi yang jelas, serta kemampuan untuk menangani berbagai dinamika sosial dan politik dengan bijaksana.

Saya akhiri  ulasan ini dengan mengutif,  kata bijak Nelson MandelaDemokrasi bukan tentang siapa yang menang atau kalah, tetapi tentang siapa yang didengar."

Lalu masihkah Pidato  Ibu Megawati  didengar, dan mau diikuti oleh rakyat? Waktu yang menjawab semua itu, Moga bermanfaat***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun