Pohon mangga di depan rumah saya, tepat di pinggir kali telah berusia 16 tahun, Â pohon mangga itu dari jenis Lila Jiwa, atau di tempat saya disebut 'poh gedang madu, sebab kalau matang dan ada manisnya seperti madu pada bagian dagingnya.
Pohon mangga ini berbuah lebat, namun harus sering juga di semprot dengan pestisida dan fungsida, kalau tidak , Â walaupun berbunga tak akan berhasil panen. Sehingga benar kata seorang petani mangga di Buleleng, Bali Utara, saat ini kalau memiliki mangga tanpa rajin menyemprotkan pestisida dan fungisida, tidak akan pernah panen maksimal. Â
Anda tahu bukan , harga pestisida dan fungisida memang relatif mahal, dan harus memiliki Semprotan Tangan (Hand Sprayer) atau dengan mengkombinasi dengan perlatan mesin untuk proses penyemprotannya.Ini perlu modal.
Saya bertemu dengan seorang nenek tua di beranda rumahnya yang tengah menikmati buah mangga yang baru dipetik dari pohon di pekarangan rumahnya. Saat saya datang, nenek itu mengundang saya untuk ikut menikmati hasil kebunnya. Dia menawarkan buah mangga dan menyarankan saya memilih yang besar dan matang di pohon. Banyak petani mangga telah cerdas dalam bercocok tanam mangga,karena penyuluh dari dinas pertanian terus melakukan penyuluhannya.
Saat ini, musim mangga di Kabupaten Buleleng, Bali, berlangsung dari November hingga Januari. Pasar Banyuasri di Singaraja dihiasi dengan berbagai jenis mangga, mulai dari Amplem Sari, Aromanis, Golek, hingga Lila Jiwa. Produksi mangga di Indonesia mencapai 33.026.197 kuintal, dengan Jawa Timur sebagai provinsi penghasil terbesar, yaitu 14.888.903 kuintal. Meski demikian, Indonesia tidak masuk dalam 10 negara pengekspor mangga terbesar. Negara pengekspor mangga utama di dunia adalah Meksiko, Belanda, Thailand, dan Brasil. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor mangga Indonesia pada tahun 2021 tercatat sebesar USD 4,56 juta dengan jumlah 3.112 ton. Negara tujuan ekspor mangga Indonesia meliputi Singapura (USD 1,18 juta), Kanada (USD 0,76 juta), Amerika Serikat (USD 0,63 juta), dan Vietnam (USD 0,6 juta).
Kabupaten Buleleng memiliki mangga khas, yaitu mangga Manalagi yang tumbuh di Desa Depeha. Mangga ini memiliki kualitas sangat baik dan memenuhi standar pasar ekspor. Penelitian mengenai mangga dan manfaatnya bagi manusia terus berkembang. Berdasarkan penelusuran di Google Scholar dengan kata kunci "Mangifera indica", ditemukan sekitar 241.000 hasil, sementara untuk artikel yang berfokus pada Indonesia terdapat sekitar 23.200 artikel. Ini menunjukkan bahwa penelitian mengenai mangga, baik di dalam maupun luar negeri, sudah cukup banyak, dan mungkin ada juga produk paten yang dihasilkan dari buah mangga.
Tulisan ini bertujuan untuk mengulas sekilas mengenai buah mangga, kandungan kimianya (polyfenol ) , serta manfaatnya bagi kesehatan manusia. Mangga adalah buah yang sangat menarik, baik dari segi rasa, aroma, maupun teksturnya.
SELAYANG PANDANG POHON MANGGA
Mangifera indica L. (mangga), tanaman hijau abadi yang memiliki umur panjang dan termasuk dalam keluarga Anacardiaceae, telah dibudidayakan selama ribuan tahun di anak benua India karena buahnya yang sangat baik yang merupakan sumber kaya serat, vitamin A dan C, asam amino esensial, serta berbagai fitokimia. M. indica secara luas digunakan dalam berbagai sistem pengobatan tradisional untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Efek peningkat kesehatan dan pencegah penyakit dari M. indica dikaitkan dengan sejumlah fitokimia bioaktif, termasuk polifenol, terpenoid, karotenoid, dan fitosterol, yang ditemukan pada daun, kulit kayu, daging buah yang dapat dimakan, kulit, dan biji. M. indica telah terbukti menunjukkan berbagai aktivitas biologis dan farmakologis, seperti efek antioksidan, antiinflamasi, imunomodulator, antimikroba, antidiabetes, antiobesitas, dan antikanker. Beberapa studi telah dilakukan yang menunjukkan sifat tidak beracun dari komponen-komponen mangga. Namun, meskipun ada banyak studi individu yang menyelidiki efek antikanker dari berbagai komponen dari pohon mangga, tinjauan yang komprehensif, terkini, dan kritis mengenai data penelitian yang tersedia belum dilakukan menurut pengetahuan kami. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk memberikan evaluasi komprehensif dan kritis tentang potensi pencegahan kanker dan terapi antikanker dari M. indica dan fitokimianya dengan fokus khusus pada mekanisme aksi seluler dan molekuler. Bioavailabilitas, farmakokinetik, dan profil keamanan dari fitokomponen individu M. indica serta keterbatasan, tantangan, dan arah penelitian di masa depan juga telah dibahas.
Mangga merupakan salah satu buah tropis yang sangat populer di dunia. Dengan rasa manis dan aroma khas, buah ini berasal dari India sebelum akhirnya menyebar ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Nama "mangga" berasal dari bahasa Tamil, yaitu "mankay", yang terdiri dari kata "man" yang berarti pohon mangga dan "kay" yang berarti buah. Kata ini kemudian dibawa oleh orang Portugis ke Eropa dan berubah menjadi "manga" dalam bahasa Portugis, "mango" dalam bahasa Spanyol dan Inggris. Di Indonesia, kata ini diucapkan sebagai mangga, sedangkan dalam beberapa bahasa daerah, mangga dikenal juga dengan sebutan seperti pelem di Jawa dan buah di Sunda.
Terdapat bukti sejarah yang menunjukkan bahwa tanaman mangga telah dibudidayakan di India sejak ribuan tahun lalu. Dalam naskah kuno India, seperti Ramayana dan Mahabharata, mangga disebutkan sebagai buah yang sangat populer dalam cerita tersebut.
Mangga juga sering disebut dalam cerita dan legenda budaya India sebagai simbol penting, baik sebagai makanan maupun lambang keindahan. Masyarakat India percaya bahwa mangga merupakan wujud dari Dewa Prajapati, dan bahkan mangga menjadi simbol kekayaan dan keindahan dalam kehidupan mereka.
Mangifera indica L., yang lebih dikenal sebagai mangga, adalah tanaman dari keluarga Anacardiaceae yang umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis di dunia. Meskipun ada setidaknya 69 spesies berbeda yang termasuk dalam genus Mangifera, M. indica merupakan spesies yang paling umum. M. indica diyakini berasal dari India dan Asia Tenggara, di mana tanaman ini telah dibudidayakan selama lebih dari 4000 tahun. Karena popularitasnya yang luas, mangga adalah buah yang kedua paling banyak dibudidayakan setelah pisang, dengan produksi tahunan sekitar 42 juta ton Meskipun India memiliki produksi buah terbanyak, M. indica juga dibudidayakan di lebih dari 100 negara, termasuk Pakistan, China, Filipina, Thailand, Nigeria, Israel, Italia, Spanyol, Meksiko, dan Brasil. Mangga, yang juga dikenal sebagai "raja buah," adalah buah nasional India dan Filipina, dan pohon nasional Bangladesh  Baik buah mangga matang maupun mentah diolah menjadi berbagai produk makanan bernilai tambah, seperti jus, minuman (panna), acar, chutney, saus, pure, selai, serpihan sereal, bubuk, nektar, dan minyak Selain pemrosesan komersial, penggunaan mangga juga semakin meningkat dalam berbagai persiapan kuliner.
ASAL -USUL MANGGA
Tanaman ini berasal dari India dan kemudian menyebar ke seluruh dunia melalui perdagangan internasional. Seiring dengan berkembangnya perdagangan, mangga pun dikenal di banyak negara dan menjadi buah yang sangat digemari.
Mangga (Mangifera indica L.) adalah anggota keluarga Anacardiaceae, yang berasal dari India dan secara tradisional tumbuh di iklim tropis. Baru-baru ini, produksi mangga meningkat secara global. Meskipun di AS, saturasi pasar terbatas, konsumsi mangga terus meningkat. Di seluruh dunia, ada lebih dari seribu kultivar mangga. Alphonso adalah varietas yang paling populer, berasal dari India, dan dianggap yang terbaik di dunia karena aroma, rasa lezat, dan nilai gizinya yang tinggi. Kultivar yang paling mungkin dibeli oleh konsumen AS adalah Tommy Atkins, Kent, Keitt, Haden, dan Ataulfo. Tergantung pada kultivarnya, mangga bervariasi dalam sifat sensorik (ukuran, bentuk, berat, rasa manis, dan warna kulit) serta nilai gizi dan nutraseutikal. Meskipun daging mangga adalah bagian yang paling banyak dikonsumsi, sejak zaman kuno, konsumsi kulit batang dan daun mangga, terutama sebagai infus, telah dilaporkan untuk tujuan farmakologis dan pengobatan tradisional, terutama di negara-negara Asia Tenggara dan Afrika.
Pada abad ke-14, mangga diperkenalkan ke Timur Tengah dan Afrika melalui jalur perdagangan dari India. Selanjutnya, pada abad ke-16, mangga tiba di Amerika Selatan dibawa oleh pedagang Spanyol, dan dalam beberapa abad berikutnya, buah ini menyebar ke seluruh wilayah Amerika.
Di Eropa, pada abad ke-18, mangga dianggap sebagai buah eksotis yang mewah, meskipun sulit diproduksi secara komersial karena iklim yang kurang mendukung di sana. Namun, dengan pesatnya perkembangan perdagangan internasional, mangga kini menjadi salah satu buah paling populer di berbagai belahan dunia, termasuk Asia, Amerika Selatan, Karibia, dan Eropa.
Ahli botani Kumphius (1741) yang mempelajari tanaman mangga menyimpulkan bahwa tanaman ini baru mulai dibudidayakan di kepulauan Asia beberapa abad lalu. Dari India, mangga menyebar ke Semenanjung Malaysia, Indonesia, dan wilayah sekitarnya melalui pedagang India serta penyebar agama Hindu dan Buddha sekitar abad keempat hingga kelima SM.
Di Indonesia, setelah berkembang pesat, sebagian besar jenis mangga yang banyak ditanam adalah spesies Mangifera indica L., dengan varietas-varietasnya antara lain arumanis, golek, gedong, manalagi, gedong, dan cengkir. Jenis lain yang juga tumbuh di Indonesia adalah kemang dan kweni.
Mangifera indica, yang lebih dikenal sebagai mangga, adalah spesies tanaman berbunga hijau abadi dalam keluarga Anacardiaceae. Ini adalah pohon buah yang besar, yang dapat tumbuh hingga ketinggian dan lebar 30 meter (100 kaki). Ada dua populasi genetik yang berbeda pada mangga modern -- "jenis India" dan "jenis Asia Tenggara."
M. indica adalah pohon hijau abadi dengan ukuran sedang hingga besar yang tingginya bisa mencapai 10 hingga 45 m Kulit pohonnya digambarkan berwarna merah kecoklatan hingga abu-abu dengan tampilan seperti retakan superfisial, dan daun-daunnya bervariasi ukurannya Daun-daunnya lebih lebar di bagian dasar, meskipun kedua ujungnya meruncing ke arah ujung  Daunnya digambarkan sebagai lonjong linier dan lanset-elips. Ada sekitar 3000 hingga 5000 bunga kecil dalam setiap tandan bunga pohon tersebut yang warnanya merah muda kekuningan dan hijau kekuningan dengan bintik merah dan ungu pada kelopaknya
Nandwani 2015; Huda et al. 2015). Buahnya diklasifikasikan sebagai drupa dengan ukuran, berat, dan warna yang bervariasi. Buah mangga memiliki tiga komponen: (1) eksokarp adalah kulit luar halus buah yang berubah warna saat matang dari hijau menjadi kuning atau merah-oranye; (2) mesokarp, yang juga disebut sebagai daging buah mangga, awalnya padat, tetapi melunak saat buah matang menghasilkan serat-serat lembut yang berwarna kuning-oranye; dan (3) endokarp berbentuk oval tunggal yang juga dikenal sebagai biji atau inti mangga.
Secara umum, buah mangga merupakan sumber yang baik untuk karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin, mineral, dan karotenoid Selain rasa manis dan nilai gizi, berbagai bagian dari M. indica, seperti kulit pohon, kayu dalam, daun, kulit buah, daging buah, dan biji, memiliki kegunaan etnomedisin dalam sistem pengobatan tradisional dan lokal (misalnya Ayurveda, Siddha, dan Unani) untuk mengobati berbagai penyakit manusia. Negara-negara seperti Bangladesh, Benin, Brasil, Kepulauan Canary, Kuba, Fiji, Ghana, Guyana, Haiti, India, Madagaskar, Mali, Nikaragua, Nigeria, Pakistan, Peru, Senegal, Sri Lanka, Tanzania, dan Tonga menggunakan komponen mangga untuk mengobati berbagai penyakit, seperti anemia, malaria, diare, gangguan lambung, gangguan hati, batuk, jaundice, anemia, perdarahan, luka, dan diabetes (Ediriweera, Tennekoon, dan Samarakoon 2017). Efek terapeutik mangga kemungkinan disebabkan oleh, tetapi tidak terbatas pada, sifat antioksidan, antiinflamasi, imunomodulatori, antimikroba, antibakteri, antivirus, antifungal, antiparasit, antialergi, antipiretik, antispasmodik, hipotensif, kardiotonik, hipolipidemik, antidiarrheal, gastroprotektif, hepatoprotektif, dan antitumor dari berbagai fitokimia yang ada dalam M. indica
Sebagian besar tinjauan sebelumnya memberikan gambaran umum tentang berbagai aplikasi etnofarmakologi, berbagai sifat farmakologis, dan potensi terapeutik multifaset dari M. indica (Shah et al. 2010; Burton-Freeman, Sandhu, dan Edirisinghe 2017; Ediriweera, Tennekoon, dan Samarakoon 2017; Lauricella et al. 2017; Batool et al. 2018). Beberapa artikel berfokus pada senyawa dari bagian anatomi tertentu dari pohon mangga, misalnya atau fitokimia tertentu, misalnya mangiferin atau penyakit yang terkait dengan stres oksidatif (Sells, Villa, dan Rastrelli 2015). Meskipun ada banyak laporan eksperimen individu mengenai efek antikanker dari berbagai komponen dari pohon mangga, hingga saat ini, belum ada tinjauan komprehensif dan kritis tentang data penelitian yang tersedia mengenai pencegahan dan intervensi kanker oleh berbagai komponen bioaktif dari M. indica. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara kritis literatur yang tersedia untuk memberikan gambaran lengkap tentang potensi pencegahan dan terapi kanker dari M. indica dengan penekanan pada mekanisme molekuler aksi.
SENYAWA POLIPENOL PADA MANGGA
Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik merupakan metabolit sekunder yang penting dan dapat dibagi menjadi asam fenolik dan polifenol. Senyawa-senyawa ini biasanya terikat dengan kelompok gula, terikat pada satu atau lebih gugus fenolik, atau dapat ditemukan dalam bentuk turunan ester atau metil-ester. Mangga merupakan salah satu sumber utama senyawa fenolik ini.
Asam Fenolik
Asam fenolik adalah metabolit sekunder penting yang berperan dalam melindungi tubuh dari berbagai penyakit dan memiliki peran besar dalam pemeliharaan kesehatan manusia. Daging buah mangga mengandung asam fenolik turunan hidroksisinamat dan hidroksibenzoat, yang ditemukan dalam bentuk bebas atau terkonjugasi dengan glukosa atau asam kinat, atau keduanya. Asam galat, asam sirin, asam vanilat, dan asam protokatekuat adalah komponen utama dari kelompok asam hidroksibenzoat, sementara asam p-kumarat, asam ferulat, asam klorogenat, dan asam kafeat adalah konstituen utama dari kelompok asam hidroksisinamat. Jenis dan kadar asam fenolik bervariasi tergantung pada jenis mangga, lokasi tumbuh, dan tingkat kematangan. Pada sebagian besar varietas mangga, asam ferulat memiliki konsentrasi tertinggi (33,75 mg), diikuti oleh asam klorogenat (0,96--6,20 mg), asam galat (0,93--2,98 mg), asam vanilat (0,57--1,63 mg), asam protokatekuat (0,77 mg), dan asam kafeat (0,25--0,10 mg) per 100 g berat buah segar. Sebaliknya, asam klorogenat merupakan konstituen utama (90%) dalam daging buah mangga Ataulfo, diikuti oleh asam galat (4%), asam vanilat (30%), dan asam protokatekuat (56%) pada tahap kematangan akhir. Â Hu et al. Â mengidentifikasi 34 turunan asam fenolik, seperti gallotanin dan kuersetin, serta pertama kali mengidentifikasi asam rosmarinat dalam daging buah mangga menggunakan UPLC-ESI-QTOFMS. Ramirez et al, mengidentifikasi mangiferin, homomangiferin, dan dimetil mangiferin dalam daging buah varietas Tommy Atkins dan Pica. Mangiferin, yang merupakan kristal kuning, termasuk dalam keluarga xanton secara kimiawi dan dikenal memiliki aktivitas farmakologis, seperti anticancer, antimikroba, anti-aterosklerotik, anti-alergi, anti-inflamasi, analgesik, dan imunomodulator
Pigmen
Perubahan warna dan tekstur kulit serta daging buah dapat digunakan untuk menentukan tahap kematangan buah. Mangga yang masih mentah umumnya berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kuning atau oranye saat matang. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh jenis kultivar dan juga dapat menunjukkan kualitas buah. Berbagai pigmen, seperti klorofil, karotenoid, dan flavonoid, bertanggung jawab atas perubahan warna dan metabolisme dalam buah mangga.
Klorofil
Warna hijau pada mangga disebabkan oleh adanya klorofil. Terdapat dua jenis klorofil dalam buah mangga: klorofil a yang memberikan warna biru-hijau dan klorofil b yang memberikan warna kuning-hijau, dengan perbandingan 3:1. Kandungan klorofil berkurang seiring dengan pematangan buah, karena tilakoid di dalam kloroplas mulai hancur. Penurunan kandungan klorofil ini meningkatkan konsentrasi karotenoid di daging dan kulit buah, menyebabkan perubahan warna dari hijau menjadi kuning keemasan, merah, atau oranye, tergantung pada varietasnya. Kandungan klorofil ini dapat berkurang akibat etilen dan peningkatan sintesis de novo enzim klorofilase
Karotenoid
Mangga adalah salah satu sumber utama karotenoid, yang terutama bertanggung jawab atas warna kulit dan daging buah seperti kuning, oranye, atau merah. Karotenoid yang terdapat dalam mangga termasuk dua kelompok utama: karotenoid hidrokarbon atau karoten (-, -, dan -karoten) dan xantofil atau turunan teroksigenasi (auraksantin, anteraksantin, neoksantin, lutein, violaksantin, kriptoxantin, dan zeaxantin). Terdapat 25 jenis karotenoid yang telah diidentifikasi dalam daging dan kulit mangga. Di antara karotenoid tersebut, all-trans--karoten adalah yang paling melimpah (sekitar 60% dari total kandungan karotenoid) diikuti oleh all-trans dan 9-cis-violaksantin Kandungan karotenoid ini bervariasi tergantung pada tahap kematangan buah dan kondisi lingkungan setempat. Ellong et al. melaporkan empat varietas karotenoid yang berbeda pada mangga Bassignac, dengan kandungan tertinggi (hampir dua kali lipat) ditemukan pada mangga yang sudah matang sepenuhnya (4,138 mg/100 g) dibandingkan dengan mangga yang belum matang. Berdasarkan Basis Data Nutrisi USDA , mangga Tommy Atkins mengandung 0,64 mg -karoten, 0,009 mg -karoten, 0,01 mg -kriptoxantin dan lutein, serta 0,023 mg zeaxantin per 100 g. Manthey dan Perkins-Veazie  menyarankan bahwa variasi kandungan karotenoid lebih dipengaruhi oleh jenis kultivar, bukan lokasi produksinya.
Flavonoid dan Flavanol
Fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi, seperti askathekin, kuersetin, antosianin, kaempferol, rhamnetin, dan asam tanat, termasuk dalam kelas flavonoid. Daging mangga segar mengandung kuersetin dan glikosidanya dalam jumlah besar (46,6 mg/kg) serta kaempferol, rhamnetin, myricetin, dan fistien dalam jumlah lebih rendah Di antara tanin terkondensasi dan pro-antosianin, katekin hadir dalam konsentrasi yang lebih tinggi (1,72 1,57 mg per 100 g berat segar (FW)) dibandingkan dengan epikatekin (0,15 0,0 mg per 100 g FW). Selain monomer pro-antosianin tersebut, daging mangga juga mengandung senyawa dimmer, trimer, dan tetra-hexamer Selain tanin terkondensasi, daging mangga mengandung tanin terhidrolisis, gallotanin, dan beberapa turunan mereka dalam jumlah kecil (2 mg/100 g)
 Fitosterol
Daging buah mangga memiliki kadar lipid dan asam lemak yang rendah, sementara biji mangga merupakan sumber lipid yang kaya. Vilela et al. menganalisis profil lipid pada dua belas kultivar M. indica L. yang ditanam di Pulau Madeira menggunakan GC-MS, dan melaporkan komposisi kuantitas dan kualitas yang serupa dari sterol bebas dan glikosilat (44,8--70,7%) serta asam lemak (22,6--41,9%) dalam komponen lipofilik total. Vilela et al. [65] juga mengidentifikasi kandungan yang lebih rendah dari alkohol alifatik rantai panjang dan -tokoferol. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi 100 g mangga segar dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan dengan menyediakan 9,5--38,2 mg fitosterol (bebas dan glikosilat) serta 0,7--3,9 mg asam lemak -3 dan -6.
Senyawa polifenol yang ditemukan dalam mangga, termasuk asam fenolik dan flavonoid, Penelitian terbaru telah menunjukkan relevansi polifenol mangga terhadap kesehatan usus dan pencegahan penyakit peradangan kronis, termasuk penyakit radang usus. Mikrobioma usus memainkan peran penting dalam membangun dan mempertahankan fungsi penghalang usus, mengubah komponen makanan yang tidak diserap, dan mengatur sistem imun usus. Penggunaan probiotik dan prebiotik dapat memodulasi komposisi mikrobiota usus untuk mempengaruhi respons imun tuan rumah. Prebiotik seperti serat dan oligosakarida yang tidak dapat dicerna diketahui dapat mendorong pertumbuhan mikrobiota usus yang menguntungkan. Beberapa penelitian terbaru telah menunjukkan potensi interaksi polifenol--mikrobiota, di mana polifenol, termasuk gallotannin yang kaya dalam mangga, berfungsi dalam mikrobiota usus sebagai prebiotik, dan mikrobiota usus bertindak pada polifenol untuk meningkatkan ketersediaan hayatinya. Tinjauan ini memberikan gambaran tentang temuan terbaru yang relevan dengan dampak polifenol mangga terhadap mikrobioma usus dan kesehatan usus. termasuk salad, salsa, es krim, dan berbagai makanan penutup berbahan mangga (Tharanathan, Yashoda, dan Prabha 2006). Minyak inti mangga (biji) digunakan dalam pembuatan biskuit, muffin, dan juga sebagai alternatif mentega kakao.
PROFIL FITOKIMIA M. INDICA
Fitokimia pada mangga berbeda-beda tergantung pada kultivar, wilayah penanaman, praktik budidaya, serta kondisi gizi tanaman). Berbagai bagian anatomi dari pohon mangga, termasuk buah (daging, kulit, dan biji), bunga, daun, dan kulit batang, menghasilkan berbagai jenis fitokimia. Fitokimia ini dapat diklasifikasikan secara luas menjadi polifenol, terpenoid, karotenoid, sterol, karbohidrat, asam amino, asam lemak, dan vitamin). Polifenol, termasuk flavonoid, xanton, dan asam fenolik, adalah senyawa yang paling banyak terdapat pada M. indica.
Fitokimia polifenolik utama pada tanaman dan buah mangga adalah asam galat, asam ellagat, propil dan metil galat, mangiferin, katekin, kuersetin, kaempferol, rhamnetin, antosianin, asam benzoat, dan asam protokatekuat; Tanaman mangga serta buahnya mengandung fitokimia lain, seperti triterpenoid (lupeol dan friedelin), karotenoid (-karoten dan lutein), fitosterol (kampesterol dan -sitosterol), asam lemak (asam stearat dan asam oleat), asam amino (asam aspartat, prolin, valin, sistein, alanin, treonin, dan triptofan), serta nutrisi utama seperti asam askorbat
Buah mangga mengandung beberapa senyawa aroma aktif yang memberikan buah mangga wangi yang estetik dan manis. Setidaknya 54 senyawa aroma aktif dilaporkan ditemukan pada buah mangga yang dipanen dari pohon dari lima kultivar mangga, Â Senyawa polifenol yang ditemukan dalam mangga, termasuk asam fenolik dan flavonoid, memiliki sejumlah manfaat kesehatan yang signifikan. Berikut adalah beberapa manfaat utama senyawa polifenol dari mangga:
1. Â Â Â Â Aktivitas Antioksidan
Senyawa polifenol, terutama flavonoid dan asam fenolik, memiliki sifat antioksidan yang kuat. Mereka dapat melawan kerusakan sel akibat radikal bebas yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif berhubungan dengan berbagai kondisi kesehatan, seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker. Dengan mengurangi stres oksidatif, senyawa polifenol membantu melindungi tubuh dari kerusakan seluler dan memperlambat penuaan.
2. Â Â Â Â Anti-Inflamasi
Senyawa-senyawa ini juga memiliki efek anti-inflamasi yang dapat membantu mengurangi peradangan dalam tubuh. Peradangan kronis merupakan faktor risiko utama untuk berbagai penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan arthritis. Dengan mengurangi peradangan, senyawa polifenol dalam mangga dapat mendukung kesehatan jangka panjang.
3. Â Â Â Â Mendukung Kesehatan Jantung
Konsumsi polifenol dari mangga dapat mendukung kesehatan kardiovaskular dengan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dan mengurangi kadar kolesterol jahat (LDL). Mereka juga dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko aterosklerosis, yang merupakan penumpukan plak pada dinding pembuluh darah.
4. Â Â Â Â Aktivitas Antimikroba
Beberapa senyawa polifenol, seperti mangiferin, memiliki sifat antimikroba yang dapat melawan patogen penyebab penyakit, termasuk bakteri dan virus. Ini membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
5. Â Â Â Â Meningkatkan Kesehatan Pencernaan
Polifenol dalam mangga dapat membantu meningkatkan kesehatan pencernaan dengan mendukung pertumbuhan mikrobiota usus yang sehat. Mereka dapat berfungsi sebagai prebiotik, yang memberikan dukungan bagi bakteri baik di usus dan meningkatkan fungsi pencernaan secara keseluruhan.
6. Â Â Â Â Potensi Antikanker
Beberapa studi menunjukkan bahwa senyawa polifenol dalam mangga, seperti mangiferin, memiliki sifat antikanker dengan menghambat pertumbuhan sel kanker dan mencegah metastasis. Senyawa ini dapat berperan dalam penghambatan perkembangan sel kanker pada beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara, prostat, dan hati.
7. Â Â Â Â Meningkatkan Imunitas
Polifenol juga dapat berperan dalam memperkuat sistem kekebalan tubuh. Sifat antioksidan dan anti-inflamasi mereka membantu menjaga keseimbangan imun tubuh, mempercepat proses pemulihan, dan mengurangi risiko infeksi.
Secara keseluruhan, senyawa polifenol dalam mangga memberikan berbagai manfaat kesehatan yang mendukung sistem tubuh yang sehat dan mencegah beberapa penyakit kronis.
. Moga bermanfaat*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H