Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Mobil dan Motor Produksi Bangsa Sendiri, Mengapa Sulit Berkembang?

10 November 2024   12:14 Diperbarui: 10 November 2024   12:16 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil Esemka ( sumber gambar:pinterest)

Proyek mobil listrik nasional ini dipandang sebagai peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan industri otomotif yang ramah lingkungan dan berbasis teknologi tinggi. Beberapa produsen mobil asing, seperti Hyundai dan Wuling, juga telah berinvestasi dalam produksi mobil listrik di Indonesia, menjadikan negara ini sebagai salah satu pusat pengembangan kendaraan listrik di Asia Tenggara.

Perjalanan mobil nasional Indonesia penuh dengan dinamika dan tantangan. Meski berbagai upaya untuk menciptakan kendaraan buatan dalam negeri telah ada sejak lama, baik itu melalui kolaborasi dengan perusahaan asing maupun inisiatif pengusaha lokal, Indonesia masih terus berusaha menciptakan mobil yang tidak hanya dapat bersaing di pasar domestik tetapi juga di pasar internasional. Tantangan besar dihadapi dalam hal teknologi, pendanaan, dan daya saing produk. Namun, langkah Indonesia menuju kendaraan listrik dan pengembangan teknologi otomotif ramah lingkungan memberikan harapan baru bagi industri otomotif nasional.

KENDALA DAN TANTANGAN 

 

Mari kita tengok mobil esemka, Mobil Esemka adalah salah satu upaya besar yang dilakukan oleh Indonesia untuk menciptakan mobil nasional (mobnas) yang dapat bersaing di pasar otomotif domestik. Meskipun mobil ini sempat mendapatkan perhatian besar sejak awal kemunculannya, ada sejumlah faktor yang menyebabkan Esemka hingga saat ini tidak berkembang sebagaimana diharapkan

Esemka tidak berkembang seperti yang diharapkan karena sejumlah faktor, mulai dari masalah kepercayaan konsumen, kualitas produk, dukungan purna jual yang terbatas, hingga persaingan yang sangat ketat dengan merek global. Di sisi lain, keberhasilan sebuah mobil untuk diterima di pasar sangat bergantung pada kemampuan produsen untuk menghadirkan produk yang berkualitas, serta memiliki jaringan layanan dan purna jual yang baik. Jika Esemka ingin berkembang, mereka perlu fokus pada peningkatan kualitas produk, inovasi teknologi, dan memperkuat infrastruktur distribusi dan pelayanan purna jual.

 Berikut adalah beberapa alasan mengapa Indonesia menghadapi tantangan dalam memproduksi mobil dan motor secara lebih mandiri dan berskala besar:

1. Teknologi dan R&D yang Terbatas

  • Keterbatasan Teknologi: Industri otomotif membutuhkan teknologi canggih untuk desain, pengembangan, dan produksi kendaraan. Indonesia masih tergolong tertinggal dibandingkan dengan negara-negara besar seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman yang memiliki keunggulan dalam riset dan pengembangan (R&D).
  • Investasi dalam Inovasi: Pengembangan mobil atau motor yang inovatif memerlukan dana yang besar untuk riset dan pengembangan. Banyak produsen otomotif Indonesia yang lebih memilih untuk bermitra dengan perusahaan global yang sudah mapan daripada mengembangkan teknologi mereka sendiri.

2. Skala Ekonomi yang Terbatas

  • Pasar Domestik yang Terbatas: Meskipun pasar Indonesia cukup besar, namun daya beli konsumen Indonesia masih terbatas dibandingkan dengan negara maju, sehingga produsen kendaraan lokal menghadapi kesulitan untuk mencapai skala ekonomi yang memungkinkan mereka bersaing dengan pemain global.
  • Keterbatasan Produksi Massal: Untuk dapat menghasilkan mobil atau motor dalam jumlah besar dengan biaya yang efisien, dibutuhkan pasar yang lebih luas dan dukungan industri penunjang yang kuat. Indonesia mungkin belum sepenuhnya mencapai tingkat produksi massal yang optimal.

3. Keterbatasan Infrastruktur dan Rantai Pasokan

  • Industri Pendukung yang Kurang Maju: Industri otomotif membutuhkan rantai pasokan yang sangat luas dan efisien, mulai dari suku cadang, material, hingga komponen elektronik. Indonesia, meskipun sudah memiliki banyak pabrik suku cadang, namun belum memiliki ekosistem yang sangat kuat dibandingkan dengan negara-negara industri besar.
  • Keterbatasan Infrastruktur: Infrastruktur untuk mendukung industri otomotif, seperti pabrik, logistik, dan fasilitas distribusi, masih perlu dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung produksi dalam jumlah besar.

4. Biaya Produksi yang Tinggi

  • Biaya Tenaga Kerja dan Material: Meskipun tenaga kerja di Indonesia relatif murah, biaya untuk bahan baku dan komponen otomotif tetap tinggi, terutama jika harus mengimpor teknologi dan bahan baku dari luar negeri.
  • Kendala Regulasi dan Pajak: Kebijakan pemerintah dalam hal pajak, regulasi, dan insentif industri juga bisa mempengaruhi biaya produksi. Misalnya, jika tarif impor komponen dan bahan baku tinggi, ini akan menambah biaya produksi kendaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun