Kelebihan-kelebihan ini menjadikan torium sebagai pilihan yang menarik untuk pengembangan energi nuklir di masa depan.
Inilah menjadi pencermatan Presiden terpilih Prabowo Subianto, disalah satu pidatonya menyebut, Â Kandungan tambang kita mengandung uranium, thorium, (https://www.youtube.com/watch?v=HC2a6Pj3nJo) menit ke 13.44.
Mineral yang Mengandung Thorium: Thorium biasanya ditemukan dalam mineral seperti monazite, yang dapat ditemukan di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di daerah yang memiliki aktivitas geologi tinggi.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama DPR telah sepakat untuk memasukkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sebagai bagian dari sumber energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Kesepakatan ini sejalan dengan dimasukkannya nuklir dalam Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EBET). Sebelumnya, Kementerian ESDM juga telah merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 mengenai Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang mempercepat target pengoperasian PLTN menjadi tahun 2032, dari yang sebelumnya ditargetkan pada tahun 2039.
SELAYANG PANDANG THORIUM
Torium adalah unsur kimia dengan simbol Th dan nomor atom 90. Torium adalah logam perak ringan yang sedikit radioaktif dan akan ternoda menjadi abu zaitun ketika terpapar udara, membentuk torium dioksida; logam ini cukup lunak dan dapat ditempa serta memiliki titik lebur yang tinggi. Torium adalah aktinida elektropositif yang dominan dalam keadaan oksidasi +4; ia cukup reaktif dan dapat menyala di udara ketika dalam bentuk partikel halus.
Semua isotop torium yang diketahui tidak stabil. Isotop yang paling stabil, 232Th, memiliki waktu paruh sekitar 14,05 miliar tahun, atau hampir seumur alam semesta; ia meluruh sangat lambat melalui peluruhan alfa, memulai rantai peluruhan yang dinamakan seri torium yang berakhir pada 208Pb yang stabil.Â
Di Bumi, torium dan uranium adalah satu-satunya unsur yang tidak memiliki isotop stabil atau hampir stabil yang masih terjadi secara alami dalam jumlah besar sebagai unsur primordial.Â
Torium diperkirakan lebih dari tiga kali lebih melimpah dibandingkan uranium di kerak Bumi, dan terutama diperoleh dari pasir monazit sebagai produk sampingan dari ekstraksi logam tanah jarang.
Torium ditemukan pada tahun 1828 oleh mineralogis amatir Norwegia, Morten Thrane Esmark, dan diidentifikasi oleh kimiawan Swedia, Jns Jacob Berzelius, yang menamakannya setelah Thor, dewa petir dalam mitologi Norse. Aplikasi pertama torium dikembangkan pada akhir abad ke-19. Radioaktivitas torium diakui secara luas pada dekade pertama abad ke-20. Pada paruh kedua abad tersebut, penggunaan torium banyak digantikan karena kekhawatiran mengenai radioaktivitasnya.