Penjor melengkung indah di depan rumah wraga,  itu pertanda bahwa ada hari raya sebnetar lagi datang, dirayakan  dengan suasana meriah.   Hari ini, mulai meriah di Bali, Ya, karena ada hari raya Galungan, namun ada juga untuk acara  tertentu. Penjor menjadi identitas penuh makna, disana ada kegembiraan. Disana berpendar sebuah ekstasa rohani bahwa  keindahan adalah inisiasi kebahagiaan.Â
Di bingkai itu, keindahan memberikan pengalaman estetis yang menyenangkan, menciptakan rasa kagum dan apresiasi akan ketakjuban manusia pada Yang memberikan Kehidupan.  Juga  ada binar-binar Ekspresi: mengalir untuk menyatakan diri bahwa, Keindahan dapat digunakan sebagai sarana ekspresi diri, baik dalam seni, musik, maupun arsitektur. Juga tak kalah penting dia adalah identitas emosi, sebab  keindahan sering kali membangkitkan emosi, memberikan ketenangan, kebahagiaan, atau inspirasi.
Manusia sebagai sosok " animal symbolicum , tak pernah lepas dari simbolisme: yakni banyak karya seni dan desain mengandung makna simbolis, menyampaikan pesan atau nilai tertentu, termasuk simbolisme penjor itu.Â
Seperti halnya,pemikrian  sejak zaman Aristoteles, tradisi telah mendefinisikan manusia sebagai animal rationale (hewan yang rasional). Namun, Cassirer berpendapat bahwa ciri khas manusia bukan terletak pada sifat metafisik atau fisiknya, melainkan pada karyanya. Manusia tidak dapat dikenali secara langsung, tetapi harus dipahami melalui analisis terhadap alam simbolik yang diciptakan manusia secara historis.
Dengan demikian, manusia seharusnya didefinisikan sebagai animal symbolicum (hewan pembuat simbol). Berdasarkan pandangan ini, Cassirer berusaha memahami sifat manusia dengan mengeksplorasi bentuk-bentuk simbolik dalam semua aspek pengalaman manusia. Karyanya tercermin dalam tiga jilid Philosophie der Symbolischen Formen (1923--1929), yang diterjemahkan sebagai "The Philosophy of Symbolic Forms, dan dirangkum dalam An Essay on Man. W. J. T. Mitchell menggunakan istilah ini dalam esainya tentang "representasi" untuk menyatakan bahwa "manusia, bagi banyak filsuf baik kuno maupun modern, adalah 'hewan representasional', homo symbolicum [sic], makhluk yang karakteristiknya adalah penciptaan dan manipulasi tanda - sesuatu yang mewakili atau menggantikan sesuatu yang lain." Pada titik itulah kita hendak memaknai penjor.
Penjor, berkaitan salah satunya dengan  Hari raya galungan sebentar lagi, dirayakan oleh umat Hindu di Indonesia, khususnya di Bali. Tepatnya tanggal 25 September 2024. Bagi teman-teman yang berkunjung ke pulau bali, maka hiasan penjor depan rumah umat Hindu akan semarak.
 Pengalaman saya bertutur, Saya selalu membuat penjor, namun kinia sudah semakin simple, karena dengan membeli beberapa komponennya, kita bisa merakitnya, sehingga penjor dapat dengan mudah dibuat. Komponen itu telah di jual di pasar-pasar di Bali.
Berbeda dengan jaman dahulu, perlu mengambil dari ladang/tegalan yang ada pohon enau, untuk mengambil ambu, bambu juga kita cari ke kebun, kemudian semuanya dirakit dengan ornamen dibuat sendiri, dari janur kelapa atau janur dari pohon enau. Mengukirnya dari pagi sampai siang, biasanya setalah ayah dan ibu selesai memasak daging dan membuat banten, ngelawar di penampahan Galungan.
Kami membuatnya setalah makan agak siang, setelah itu baru berangkat ke swah, sambil mengumpulkan rumput untuk ternak, agar bisa merayakan Hari raya galungan, tanpa di ganggu oleh ternak piaraan kita.