Inklusivitas dalam pengalaman bersantap, yang memperhatikan kebutuhan diet dan latar belakang budaya yang beragam, juga mendorong rasa keterhubungan. Selain itu, kemajuan teknologi akan membentuk masa depan pengalaman bersantap. Contohnya, pengembangan meja makan pintar yang dapat menghitung kalori dari makanan yang dikonsumsi. Makanan cepat saji kemungkinan akan berfokus pada menu yang lebih sehat, keberlanjutan, serta teknologi canggih dalam pemesanan dan pengantaran. Teknologi realitas tambahan dan virtual akan menawarkan pengalaman kuliner yang lebih mendalam, mempengaruhi persepsi sensorik dan sosial konsumen.
Restoran dapat memanfaatkan realitas tambahan untuk menciptakan pengalaman yang lebih menarik, seperti melalui estetika dan storytelling yang sesuai dengan preferensi pelanggan. Ada juga ide untuk sistem yang menggunakan kamera untuk menganalisis gambar makanan, mengidentifikasi komponen dan ukuran porsi, serta memperkirakan asupan kalori melalui database online.
Dalam konteks ini, pengembangan tanaman pangan yang lebih tahan dilakukan melalui dua cara: pertama, dengan rekayasa genetik, seperti teknologi CRISPR, yang digunakan untuk menciptakan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap hama, penyakit, dan perubahan iklim, guna meningkatkan hasil panen dan mengurangi ketergantungan pada pestisida. Kedua, dengan meningkatkan kualitas dan nilai gizi, misalnya dengan menambah kandungan vitamin dan mineral dalam tanaman.
Selain itu, teknologi fermentasi dan mikroba digunakan untuk menghasilkan pangan nabati yang menyerupai produk hewani dan meningkatkan nilai gizi dari produk fermentasi, seperti yogurt dan kefir. Moga bermanfaat ****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H