Mohon tunggu...
Intan Aulia
Intan Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi universitas pamulang, jurusan ilmu komunikasi

hobi membaca dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Love

Opini: Bagaimana Hubungan Toxic Menghancurkan Diri Sendiri?

18 November 2024   23:34 Diperbarui: 19 November 2024   00:08 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kali kita mendengar ungkapan "Cinta itu buta", namun pada kenyataannya, cinta yang tidak sehat bisa menjadi racun yang secara perlahan menghancurkan diri kita. Dalam banyak hubungan toxic, kita terjebak dalam lingkaran toxic yang penuh dengan manipulasi, kontrol, dan  ketergantungan emosional. Dampaknya bukan hanya pada hubungan itu sendiri, tetapi juga pada kesehatan fisik dan mental kita.

Hubungan toxic sering terjadi karena ketidakseimbangan kekuasaan dan kontrol, di mana salah satu pihak berusaha mendominasi yang lain, baik secara emosional maupun fisik. Meskipun kita tahu bahwa hubungan yang sehat seharusnya membangun kita, banyak orang terjebak dalam pola yang sangat merusak ini. Mengapa kita bisa terjebak dalam hubungan toxic meskipun kita tahu itu menghancurkan? Jawabannya terletak pada ketergantungan emosional, rasa takut kehilangan, dan keyakinan bahwa kita bisa mengubah pasangan kita. Namun, dalam proses tersebut, kita sering kali kehilangan diri kita sendiri.

- Manipulasi Emosional yang Menghancurkan Kepercayaan Diri
Pasangan toxic sering kali meragukan kepercayaan kita dan meremehkan perasaan kita. Misalnya, pasangan bisa mengatakan, "Kamu terlalu overthinking," atau "Itu hanya pemikiran kamu saja," ketika kita menyuarakan ketidaknyamanan atau keberatan terhadap perilaku mereka. Hal ini membuat kita merasa bingung dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, sehingga kita kehilangan rasa percaya diri. Ketika kita terus-menerus berada dalam situasi ini, kita mulai merasa bahwa kita tidak cukup baik. Hal Ini memengaruhi pandangan kita terhadap diri sendiri, dan sering kali kita merasa tidak layak untuk mendapatkan yang lebih baik.

- Posesif yang berlebihan 
sikap atau perilaku yang menunjukkan keinginan untuk mengontrol atau membatasi kebebasan pasangan, sering kali karena rasa cemburu atau ketakutan akan kehilangan. Misalnya “kamu tidak boleh berteman dengan lawan jenis” atau “kamu tidak boleh ikut bermain bersama teman-teman kamu“.  Posesif yang berlebihan ini menyebabkan kita merasa terjebak. Kita merasa tidak punya kebebasan untuk membuat pilihan sendiri baik itu dalam pertemanan, pekerjaan, atau cara kita menghabiskan waktu. Ketika kita terus-menerus dipaksa untuk mengikuti standar pasangan kita, kita kehilangan identitas diri. Kita lupa apa yang kita inginkan, siapa kita, dan apa yang membuat kita bahagia. Yang ada hanya keinginan untuk memenuhi ekspektasi pasangan yang akhirnya merugikan diri kita.

- Dampak Kesehatan Mental dan Fisik
Hubungan toxic tidak hanya berdampak pada perasaan dan emosi kita, tetapi juga memiliki efek langsung pada kesehatan mental dan fisik. Stres yang terus-menerus, kecemasan, dan ketidakamanan dapat menyebabkan gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, atau bahkan gangguan fisik lainnya. Yang membuat diri kita merasa lelah dan tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kesehatan mental kita juga bisa sangat terpengaruh. Depresi dan gangguan kecemasan menjadi masalah yang sering muncul dalam hubungan yang toxic. Kita merasa terperangkap dalam situasi yang tidak ada jalan keluarnya, merasa tidak dihargai, dan merasa bahwa kita tidak layak mendapatkan kebahagiaan.

Kesimpulannya, Hubungan toxic memang bisa mengubah kita menjadi orang yang tidak lagi kita kenali. Ketergantungan emosional, posesif berlebihan, dan dampak psikologis yang ditimbulkan secara perlahan menghancurkan diri kita, baik secara fisik maupun mental. Hal ini menyebabkan kita kehilangan rasa percaya diri, identitas diri, dan kebahagiaan yang seharusnya kita miliki. Namun, menyadari bahwa kita terjebak dalam hubungan toxic adalah langkah pertama untuk keluar dari lingkaran tersebut. Kita harus memiliki keberanian untuk mengakhiri hubungan yang merugikan, meskipun itu terasa sulit. Memulihkan diri setelah hubungan toxic membutuhkan waktu dan usaha, tetapi kita berhak mendapatkan kebahagiaan dan kesehatan mental yang lebih baik. Karena jika seseorang mencintai kita, kita pasti akan mendapatkan cinta yang membebaskan, mendukung, dan memberi kita ruang untuk tumbuh. Jika hubungan yang kita jalani justru menguras energi dan mengubah kita menjadi bayangan diri kita yang lebih buruk, saatnya untuk berhenti dan menemukan cinta yang lebih sehat, termasuk cinta kepada diri sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun