Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari remaja di seluruh dunia. Platform medsos seperti Instagram, TikTok, Snapchat, Twitter, dan Facebook menawarkan berbagai cara untuk berinteraksi, berbagi momen, dan menjelajahi dunia. Namun, terlepas dari manfaatnya, media sosial juga memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan mental remaja.Â
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan depresi pada remaja. Konten yang mereka konsumsi sering kali menggambarkan kehidupan yang tampak sempurna, sehingga membuat mereka merasa tidak cukup baik atau tidak puas dengan kehidupannya sendiri.
FOMO (Fear of Missing Out) atau rasa takut ketinggalan juga sering muncul ketika anak melihat temannya melakukan aktivitas menyenangkan tanpa dirinya. Media sosial dipenuhi dengan gambar yang di-photoshop dan diedit, sehingga menciptakan standar kecantikan yang tidak realistis.Â
Remaja sering membandingkan diri mereka dengan gambaran-gambaran ini, yang dapat menyebabkan masalah citra tubuh dan rendahnya harga diri. Mereka mungkin merasa tertekan untuk tampil sempurna dan berusaha mencapai standar kecantikan yang tidak dapat dicapai, yang  dapat menyebabkan gangguan makan dan masalah kesehatan mental lainnya.Â
Cyberbullying adalah salah satu dampak negatif yang paling nyata dari media sosial; Remaja sering kali menjadi korban pelecehan, hinaan, atau ancaman  online, yang dapat meninggalkan luka psikologis yang mendalam. Akibatnya, kejadian cyberbullying dapat menyebabkan stres, depresi, dan bahkan pikiran atau tindakan untuk bunuh diri.
Menggunakan medsos sebelum tidur terbukti mengganggu tidur remaja; cahaya biru yang dipancarkan layar ponsel pintar dapat menghambat produksi melatonin atau bisa juga disebut sebagai hormon pengatur tidur. Selain itu, kecenderungan untuk terus-menerus memeriksa notifikasi dapat menyebabkan remaja tidur lebih lama dari biasanya, sehingga menyebabkan kurang tidur dan kelelahan.Â
Meskipun jejaring sosial menyediakan cara untuk tetap berhubungan dengan teman, interaksi ini sering kali hanya bersifat dangkal dan tidak dapat menggantikan interaksi tatap muka yang sebenarnya. Remaja yang menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial mungkin mengabaikan hubungan di kehidupan nyata, yang penting bagi perkembangan sosial dan emosional mereka.
Untuk mengatasi dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental remaja, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif. Orang tua, guru, dan remaja sendiri perlu mewaspadai dampak media sosial dan cara menggunakannya dengan bijak. Penting untuk menyadari pentingnya membatasi waktu layar dan melakukan aktivitas sehat secara offline.Â
Membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial dapat membantu mengurangi dampak negatifnya. Aplikasi dan fitur manajemen waktu layar yang terpasang pada handphone dapat membantu mengelola batasan ini. Sekolah dan masyarakat harus menyediakan program promosi kesehatan mental, termasuk konseling, kegiatan ekstrakurikuler, dan kampanye anti-cyberbullying.Â
Mendorong remaja untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial di dunia nyata, seperti olahraga, klub hobi, dan kerja sukarela, dapat membantu mereka mengembangkan hubungan yang lebih dalam dan bermakna.Â
Platform media sosial harus  melindungi penggunanya, terutama remaja, dengan menerapkan kebijakan yang lebih ketat terhadap konten berbahaya dan memberi mereka alat yang lebih baik untuk melaporkan dan memerangi cyberbullying.Â