Ada tiny house yang menggunakan pondasi, ada pula yang dibangun di atas trailer (tiny house on wheels), sehingga memudahkan kalau mau pindah-pindah rumah, bahkan dibawa traveling!
Hanya saja, tiny house tidak dapat kita maknai dari tampilan dan ukurannya.
Kalau sekadar rumah kecil dan sempit, di Indonesia pun ada, bahkan banyak sekali. Kontrakan petak, satu unit rumah susun, rumah mungil di gang, atau apartemen tipe studio, juga punya ukuran yang sama seperti tiny house.
Tapi, tiny house punya magis yang berbeda.
Mereka yang hidup di tiny house, secara sadar, memilih rumah berukuran mungil untuk mereka tinggali. Istilahnya, micro living. Jadi, bukan terpaksa karena tidak mampu membeli yang berukuran besar.
Dan, meski ada pula yang ingin mendapatkan rumah dengan harga lebih terjangkau, setidaknya mereka dapat memaknainya sebagai gaya hidup yang merdeka dan esensial.
Mereka merasa tentram dan tidak berangan-angan menjalani hidup ala sultan. Tawaduk.
Karena itu, jika kita mengulik kanal Youtube, Living Big in A Tiny House, kita akan menjadi saksi, bahwa orang-orang yang tinggal di tiny house, justru mengalami peningkatan kualitas hidup. Secara personal, mereka juga orang-orang yang cerdas, berkelas, percaya diri, serta memiliki prinsip yang kuat.
Dengan begitu, mereka benar-benar dapat menghargai, serta mencintai apa dan siapa yang mereka miliki. Bahkan, mereka mampu menjadikan tiny house sebagai suaka yang nyaman, dengan desain yang fungsional dan kustomisasi di mana-mana.
Lebih mahal dari rumah biasa? Bisa jadi. Tergantung kreativitas, kemampuan, dan keinginan penghuni rumah.