Sosok laki-laki? Geni! Apakah dia sosok virus OZ yang Aquila katakan?
Jika benar, tidak heran jika dia berusaha mengacaukan ingatanku tentang roman picisannya bersama Lily. Apa yang OZ inginkan? Siapa alazon yang akan datang dalam dunia virtual ini?
Tunggu, virtual reality? Bisakah terasa senyata ini?
Tubuhku terentak mendengar pintu diketuk dengan anggun, namun memperdengarkan ketegasan. Daisy.
Aku segera menyembunyikan ponsel di kolong tempat tidur. Berusaha tidak terlihat panik, aku mengatur napas, memasang tatapan elang, senyum belati, kemudian membuka pintu.
"Sudah siap, Nyai?" Daisy bertanya, dengan intonasi yang terasa mengintimidasi.
"Dengan kesungguhan hati," jawabku yakin.
Aku mengikutinya menuju ruang kecil di belakang panggung balairung megah yang telah penuh dengan perempuan-perempuan hibrida hasil karya ratu kematian.
Begitu Nyai dipanggil, aku melangkah keluar dengan penuh percaya diri. Sekilas, aku menatap sosok El yang mulai memudar, pucat.
Aku mengambil alih situasi.
Bersamaan dengan riuh pembukaan jamuan dan kebrutalan para perempuan melahap daging laki-laki hidung belang, El menghilang. Menyisakan serpihan biner yang berceceran di lantai, lantas lenyap tanpa ucapan selamat tinggal.