Saya tidak habis pikir, tim Kompasiana ini bisa-bisanya membuat saya merasa jadi remaja lagi.
Debar kebahagiaan saat nama dan foto saya terpampang dalam deretan nominasi Kompasiana Awards, Best in Fiction, benar-benar membuat saya tumpah-ruah.
Apa yang tumpah?Â
Macam-macam, yang jelas segala perasaan yang hanya dapat dijabarkan dengan kata yang uwow~ dan uwuwu~
Tapi, jeda dulu.
Karena sejujurnya ... saya juga patah hati.
Serius. Saya seharusnya tidak ada dalam daftar nominasi.Â
Di luar persoalan kualitas dan kuantitas tulisan yang tidak ada apa-apanya dibanding K-er kawakan, faktanya saya tidak memenuhi syarat untuk dinominasikan!
Dalam Microsite Kompasianival 2018, pada kolom nominasi tertulis, "Nominasikan diri sendiri atau teman Kompasianer lain yang kamu anggap layak mendapat salah satu predikat di Kompasiana Awards 2018. Syaratnya? Cukup dengan memiliki akun Kompasiana sebelum tahun 2018. ...."
Dan ... benar! Saya tidak memenuhi syarat karena email tersebut tertanggal 2 Februari 2018.
Padahal, terkait Kompasianival 2018 ini, saya hanya ingin menominasikan dua K-er favorit saya. Dan, karena yakin mereka berdua pasti masuk sebagai nominasi, saya pun mengabaikan pengumuman Kompasiana.
Tapi, setelah membaca tulisan Mbak Indria Salim, dan melihat nama saya ikut muncul secara ajaib, saya takjub dan malah jadi patah hati.
Kenapa saya ada di sana? Kenapa kita tidak berjumpa lebih awal K? Kenapa?
Tahukah? Rasanya seperti gagal menikah karena terganjal usia dan restu orang tua!
Aih, melankolis sekali. Tidak, tidak! Ada baiknya saya tidak berandai-andai karena semua telah berjalan sesuai skenario-Nya.
Namun, saya merasa perlu mengklarifikasi, bahwa saya tidak seharusnya berada dalam nominasi, kecuali aturan mainnya memungkinkan untuk diganti. Xixixi~
Dan lagi, saya jelas tak pantas untuk patah hati.
Dilarang menerima sesuatu yang bukan hak, meski berupa nominasi, ye kan?
Lagipula, perjalanan saya di Kompasiana sudah terbentuk dari kenangan dan pengalaman yang menyenangkan.Â
Bagi seorang smartphone warrior seperti saya, tampilan dashboard Kompasiana terasa sangat apik dan bersahabat.
Meski ya ... saya akui bahwa selama 7 bulan, Februari-Agustus 2018, saya cuma "orang pinggiran" dengan following dan followers 0.
Saat itu, saya belum mengisi kanal Fiksiana, dan hanya menulis 8 artikel seputar rental mobil, karena keterlibatan saya dalam bisnis tersebut.
Hingga, tepat di akhir Agustus, saya iseng memasukkan cerpen yang lama mengendap di File Manager. Dan ... jreng, jreng. Terpilih jadi headline, nilai tertinggi, sekaligus terpopuler!
Semua Demi Rinai, menjadi debut saya di Fiksiana.
Momen itu, lantas mendatangkan riuh apresiasi dan saya terpacu menayangkan cerpen lainnya, Gigi Bungsu dan Kopi Tanpa Gula. Dan lalu ... headline lagi! Wow!
Syukurlah, kontrak dengan bisnis rental mobil telah usai awal September, sehingga saya dapat berhenti menulis tentang bisnis dan ekonomi, lalu mulai mengeksplorasi dunia fiksi kembali.Â
Ya, kembali.
Sebelumnya, saya pernah menulis puisi, cerpen, dan novel, namun tidak tergarap dengan serius karena saya lakukan semata-mata demi kemerdekaan dan kesenangan.
Kemudian, setelah berkenalan dengan Fiksiana, saya mulai beranjak melakukan petualangan untuk mencapai batas baru dalam perjalanan memproduksi kata-kata dan metafora.
Rangkaian cerita semi omnibus Tenggelam di Langit yang wujudnya begitu abstrak pun saya sebarkan di Kompasiana. Ya, sih, tidak bersambut terlalu baik, namun sudah cukup membuat saya lega telah membagikan karya pada dunia.
Kemudian, sepanjang September 2018, saya baru aktif menayangkan puisi dan cerpen, yang baru dan yang lama.
Serunya, satu bulan bergembira, saya mendapat K-rewards yang lumayan untuk mengisi kuota. Kabar baik pun datang dari Blog Competition Campina.
Sungguh bulan yang luar biasa! Alhamdulillah!
Karena itulah, Kompasiana bagi saya, sudah seperti laboratorium kata-kata.
Tempat saya bereksperimen dan mencoba racikan-racikan baru untuk kemudian terlahir dan hadir.Â
Tempat saya bersenang-senang, memperluas cakrawala, dan terkoneksi dengan K-ers yang baik hati.Â
Jadi, meskipun karena pengakuan ini saya terhapus dari daftar nominasi Best in Fiction, setidaknya saya telah mengetahui bahwa ternyata, karya saya berterima.
Dengan itu saja, saya sudah cukup gembira.
Salam hangat, K-ers dan admin K!
***
N. Setia Pertiwi
Cimahi, 19 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H