Meski ya ... saya akui bahwa selama 7 bulan, Februari-Agustus 2018, saya cuma "orang pinggiran" dengan following dan followers 0.
Saat itu, saya belum mengisi kanal Fiksiana, dan hanya menulis 8 artikel seputar rental mobil, karena keterlibatan saya dalam bisnis tersebut.
Hingga, tepat di akhir Agustus, saya iseng memasukkan cerpen yang lama mengendap di File Manager. Dan ... jreng, jreng. Terpilih jadi headline, nilai tertinggi, sekaligus terpopuler!
Semua Demi Rinai, menjadi debut saya di Fiksiana.
Momen itu, lantas mendatangkan riuh apresiasi dan saya terpacu menayangkan cerpen lainnya, Gigi Bungsu dan Kopi Tanpa Gula. Dan lalu ... headline lagi! Wow!
Syukurlah, kontrak dengan bisnis rental mobil telah usai awal September, sehingga saya dapat berhenti menulis tentang bisnis dan ekonomi, lalu mulai mengeksplorasi dunia fiksi kembali.Â
Ya, kembali.
Sebelumnya, saya pernah menulis puisi, cerpen, dan novel, namun tidak tergarap dengan serius karena saya lakukan semata-mata demi kemerdekaan dan kesenangan.
Kemudian, setelah berkenalan dengan Fiksiana, saya mulai beranjak melakukan petualangan untuk mencapai batas baru dalam perjalanan memproduksi kata-kata dan metafora.
Rangkaian cerita semi omnibus Tenggelam di Langit yang wujudnya begitu abstrak pun saya sebarkan di Kompasiana. Ya, sih, tidak bersambut terlalu baik, namun sudah cukup membuat saya lega telah membagikan karya pada dunia.
Kemudian, sepanjang September 2018, saya baru aktif menayangkan puisi dan cerpen, yang baru dan yang lama.