Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Rehal Gelandangan Virtual

16 Oktober 2018   21:30 Diperbarui: 17 Oktober 2018   18:07 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tersengal di belantara linimasa. Mencari omong-omong yang tidak kosong, mencari kabar-kabar yang bukan bohong.

Seperti ketenangan dalam kepompong, meski rembulan membiarkan serigala melolong-lolong.

Terenyak aku di bawah pohon. Ketika burung hantu yang renta dan bijaksana menghitung sisa umur umat manusia.

Aku bersila di antara luminans jamur-jamur yang takzim mendengarkan khotbah berisi keluh kesah. Melawan serapah yang megah dalam balutan sastra komedi gelap kegemaran kucing hutan dan rakun-rakun yang suka sekali bercanda.

Mereka yang bernasib paling ngenas, akan tertawa paling keras. Aturan main tidak mengenal cemas pada rahang yang nyaris lepas.

Sini, aku sampaikan rahasia-rahasia yang tinggal sia-sia.

Orang-orang ingin kembali jadi gumpalan, daging dan tulang. 

Pada masa ketika ucapan memiliki kesempatan untuk ampunan. Pada zaman tanda-tanda Tuhan masih hidup di jalan-jalan, pasar-pasar, bahkan ruang-ruang perkantoran.

Dan, menjelang tengah malam, kita akan mendengar kunang-kunang yang terbang sambil berdendang. 

Kode-kode biner bukanlah dosa, selama belum bermukim dalam persepsi dan paradigma.

***

N. Setia Pertiwi
Cimahi, 16 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun