Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengulik "Sharing Economy" dari Bisnis Rental Mobil Berbasis Teknologi

6 September 2018   11:58 Diperbarui: 10 September 2018   15:27 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era digital melimpahi kita dengan startup yang bagian besarnya digawangi oleh gen Y. Membidik generasi milenial, mereka tahu bagaimana taktik jitu menggaet pasar. Praktis, mudah, dan kekinian, menjadi nilai jual. Setiap startup begitu lihai menyiapkan vibe dan hype demi mendapatkan konsumen loyal yang sebagiannya, kadung adiksi.

Efek positif dan negatif jadi persepsi yang subjektif. Perekonomian membaik bagi mereka yang mampu rileks menikmati arus perubahan. Sementara yang tidak, terpaksa rela mengucapkan selamat jalan, perlahan-lahan.

Tak perlu lagi penjabaran panjang lebar, kita pernah sama-sama menyaksikan kericuhan ojek pangkalan dan ojek online berebut lahan. Hasilnya, di samping faktor keprihatinan driver dan keterampilan teknis, kelihaian dalam memuaskan konsumen menjadi garda depan dalam pertempuran. Ojek online, atau lebih tepatnya perusahaan ojek online masih kokoh berdiri dan tak henti merampungkan inovasi.

Ojek pangkalan yang belum sanggup membarui kendaraan dan gagap menggunakan gawai, terpinggirkan. Sebagian di antaranya, melampiaskan kekesalan dengan satu-satunya cara yang terlintas di kepala. Insting purbanya berkata, jika tak mampu menaiki tangga, jatuhkan saja tangganya. Rupanya, khotbah tentang rezeki-tidak-akan-pernah-tertukar tidak mempan untuk menghibur gerombolan vandal.

Tapi ... tunggu.

Bukankah sharing economy hadir sebagai solusi? Bagaimana agar basis teknologi yang catchy, tidak menjadi predator bagi para "petahana" konvensional?

Tidak hanya kebijaksanaan generasi lama dalam menerima intervensi teknologi, startup yang hadir sebagai "anak baru" pun harus tampil lebih ramah lagi.

Gambaran cukup jelas, dapat kita tengok dalam model bisnis rental mobil berbasis teknologi. Salah satunya, marketplace rental mobil online, Joorney. Menerapkan sharing economy atau ekonomi berbagi, platform semacam ini memberi kita tontonan bagaimana periode virtual tengah berjalan.

Jika kita mengulik Joorney, gaung kehadiran mereka dalam ranah bisnis rental mobil online pada pertengahan 2017 tidaklah begitu masif dan agresif. Namun, justru pembawaan yang santai itu membuatnya tampak hangat dan bukan ancaman. Joorney bahkan menjadi angin segar bagi bisnis rental mobil pribadi.

Dan, benar saja, setahun dari kelahirannya, mereka telah mampu menjangkau hingga 17 kota di Indonesia

Memang, segmentasi dan jumlah konsumen yang berbeda, jadi faktor utama perbedaan pola antara ojek/taksi online dan bisnis rental mobil online ketika melakukan penetrasi. Namun, basis perbedaannya bukan pada marketing, melainkan implementasi sharing economy yang tidak setengah hati.

Solusi, harus tetap jadi solusi.

Agar pelaku bisnis rental mobil mau bergabung dengan sistem marketplace, setidaknya mereka harus mampu melihat 5 poin berikut ini:

  • Keuntungan
  • Kemudahan
  • Kebebasan
  • Kenyamanan

Untuk berdamai dengan poin pertama, pemilik armada rental hanya perlu memahami bahwa keuntungan akan hadir ketika preferensi konsumen semakin mengarah ke penggunaan teknologi dalam aktivitas sehari-hari. Sementara itu, poin kedua dapat diterima ketika mereka terampil menggunakan gawai dan terbiasa dengan sistem dalam jaringan.

Namun, poin ketiga dan keempat lain cerita. Pengelola platform yang perlu legawa dan memberi ruang pada mitra. Sebagai pemilik armada, mereka berhak menentukan prosedur, serta syarat dan ketentuan, terutama terkait harga.

Dan, dalam poin keempat, kenyamanan dapat dibentuk apabila pemilik armada mendapat perlakuan setara sebagai penggerak bisnis. Hubungan harus terjalin sebagai mitra horizontal, bukan hirarki. Penting bagi setiap stakeholder untuk sama-sama merasa memiliki bisnis. Atau, minimal, jiwa egosentris yang tersisa dapat berguna untuk kepentingan bersama, tidak hanya tindakan oportunis semata.

Dari pola sharing economy yang utuh, kebebasan dan kenyamanan dapat diwujudkan. Melalui prosesnya, kita bisa melihat cara manusia berinteraksi dan berbagi di dunia teknologi.

Analoginya, pengembang platform marketplace rental mobil bertindak sebagai pemilik etalase. Mereka mengajak pengelola bisnis rental mobil untuk menjajakan mobil-mobil sewaan di etalase tersebut. Pemilik mobil yang unitnya idle pun diperkenankan ikut serta. Sementara itu, para pengelola bisnis bisa jadi bukanlah pemilik langsung, melainkan hanya pengepul aset titipan para pemilik mobil yang ingin asetnya lebih bernilai.

Kemudian, pengembang platform, pengelola bisnis rental mobil, dan pemilik aset, bahu membahu mengumpulkan konsumen di depan etalase yang sama. Terjadilah persaingan sempurna dengan transparansi harga, serta informasi detail atas tipe dan spesifikasi mobil sewaan.

Lantas, bagaimana dengan persaingan antar etalase yang ada?

Lagi-lagi, dengan berbagi.

Untuk menjalin kerja sama yang baik dengan mitra, dalam hal ini Joorney, memberi kebebasan kepada pengelola rental mobil untuk menentukan harga, prosedur, serta syarat dan ketentuan sewa. Pembayaran pun dilakukan secara langsung dari konsumen ke pemilik rental mobil, tanpa potongan harga.

Sementara itu, untuk menarik perhatian konsumen milenial, pengelola etalase perlu melakukan upaya pemasaran, dalam jaringan dan luar jaringan. Dalam jaringan, tentu dengan konten-konten bermanfaat pada situs dan linimasa media sosial. Termasuk di dalamnya, panduan bisnis rental mobil, rekomendasi wisata, tips dan trik traveling, review mobil, dan hal-hal lain yang berkaitan. Luar jaringan, dapat dilakukan melalui jaringan pertemanan atau promosi dalam bisnis lainnya.

Berbagi dan berbagi.

Kita juga tentu ingat, subsidi besar-besaran yang harus digelontorkan oleh perusahaan ojek online di awal kelahiran mereka. Begitu pula kerugian Facebook, Google, dan perusahaan teknologi lainnya yang harus bersabar demi tujuan jangka panjang.

Seluruhnya, menjadi sebuah simpulan, adanya kekekalan hukum yang berlaku sejak bumi ini tercipta. Memberi sebelum menerima. Berbagi sebelum mendapatkan. Menanam sebelum memanen.

Ya.

Sejak awal, hukum asal semesta dan insting dasar manusia tak pernah berubah. Untuk bertahan, keselarasan dengan cara kerja alam menjadi syarat utama.

Sharing economy, cooperative economy, atau apa saja, hanya istilah yang terdengar lebih cetar membahana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun