Awan menggelegar. Petir lebih tak sabar untuk menyambar.
"Hujan..."
Samar kudengar suara Angin memanggilku. Aku tak peduli. Aku rusuh sendiri.
Maaf Rinai, aku memang hujan sialan.
Mulai hari ini, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan menjamin kamu tidak kehujanan. Kamu bahkan tidak perlu keluar dari gedung pelindungmu.
Dan, selanjutnya kalian lihat saja di televisi.
Selama seminggu, kantor berita negeri ini mengabarkan hal yang sama. Aktivitas warga lumpuh oleh banjir di segala penjuru mata angin. Jangankan jalanan, rumah-rumah berlantai dua sudah tak lagi kelihatan. Pohon-pohon tumbang. Termasuk pohon ketapang raksasa yang tumbuh tepat di depan asrama.
Apa kabar Rinai? Ah, sudahlah.
Benar katamu, Sayang. Aku memang hujan sialan.
***
NS Pertiwi
Cimahi, 21-8-2017