Guliran teknologi membawa perubahan pada cara kita memandang dan menjalankan peradaban. Segala jenis interaksi sosial, mulai dari perdagangan hingga hubungan personal mengalami perpindahan. Dari luring, menjadi daring. Dari pertemuan raga, menjadi jalinan bit-bit digital.
Unstoppable. Kehadirannya niscaya, sekaligus dilema. Sulit ditolak, sulit dihindari, dan sulit dicegah. Tidak ada yang benar-benar bisa melepaskan diri. Orang-orang mengikuti arus, demi tetap terlibat dan eksis dalam koloni mereka. Lebih dari membangun citra diri, populer pada jejaring juga dilakukan sebagai insting. Mempertahankan sumber daya untuk bertahan hidup, secara material dan kesehatan mental.
Kendati demikian, kelembaman rupanya hanya menjadi mitos. Kemudahan interaksi pada dimensi yang terlipat dalam perangkat, tidak sepenuhnya melenyapkan mobilitas.
Contohnya, belanja daring yang berimplikasi pada meningkatnya intensitas ekspedisi.
Selain itu, inspirasi dari para traveler yang menghiasi linimasa, membuat perjalanan dan penjelajahan jadi laiknya kompetisi. Berlomba-lomba mengunjungi dan menampilkan destinasi paling kekinian, instagramable, hits, anti-mainstream, viral, atau apalah istilah yang digunakan oleh netizen milenial.
Vibe yang ditebarkan para selebgram, vlogger, blogger, dan segenap jajaran influencer, berhasil menggiring traveling ke level lanjutan. Menjadi seorang nomad bukan lagi monopoli kaum bohemian, melainkan gaya hidup yang menarik untuk dilakukan, sekaligus dibagikan.
Karena itulah, sarana transportasi yang andal jadi kebutuhan yang cukup mendesak.
Meski sempat ricuh sebagai reaksi alami terhadap intervensi, angkutan publik, transportasi online, maupun rental kendaraan, kini mendapatkan segmentasi pasarnya masing-masing.
Hanya saja, untuk mampu berkembang, atau minimal, bisa bertahan, setiap penyedia armada perlu menyadari arah perubahan yang dimotori oleh gandrungnya manusia pada teknologi. Etika-etika kuno terkait perebutan pelanggan atau ungkapan "tidak ada yang gratis", telah mencapai tanggal kadaluarsa. Persaingan terbuka, pembagian "kue" ekonomi, dan konten-konten gratis menjadi strategi investasi baru yang harus kita pahami.
Karena tak pelak, limpahan informasi membuat konsumen semakin cerdas, serta memiliki banyak tuntutan. Di masa kejayaan marketplace online, perbandingan dan pembandingan terjadi secara organik. Konsumen menyukai pilihan yang beragam, penawaran harga yang menarik, serta pengalaman bertransaksi yang unik dan memberi kesan. Maka, sebagai pihak yang wajib membaca zaman, bisnis rental kendaraan juga perlu penyesuaian.
Bisnis rental kendaraan, termasuk mobil, motor, minibus, truk, dan lainnya, sulit untuk berjalan sendiri-sendiri tanpa koneksi. Kepakan sayap bisnis rental kendaraan di langit virtual haruslah saling menopang. Mengadaptasi konsep pasar tradisional, bisnis rental kendaraan juga perlu bekerja sama dan berbagi ruang, untuk memancing kehadiran pelanggan.