Mohon tunggu...
Nabila Syifa Nurrahmah
Nabila Syifa Nurrahmah Mohon Tunggu... Lainnya - Student

Student at Faculty of Fishery and Marine Science, Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Pemasaran Produk Cheese Tuna Fish Roll

4 November 2021   18:55 Diperbarui: 4 November 2021   19:13 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saluran Distribusi Produsen Tuna Fish Roll/Dokpri

Penulis : Junianto* dan Nabila Syifa Nurrahmah**

* Dosen Departemen Perikanan, Unpad

** Mahasiswa Prodi Perikanan, Unpad

Belakangan ini, produk frozen food banyak dijumpai di pasaran. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya peluang pasar dari produk ini adalah perubahan dan perkembangan zaman. Orang-orang mulai banyak disibukkan dengan pekerjaan dan aktivitas lainnya, sehingga mereka memiliki waktu yang terbatas, bahkan untuk menyediakan makanan di rumah. 

Terlebih, dengan adanya kemajuan dan kemudahan teknologi, hampir setiap rumah sudah mulai memiliki lemari pendingin. Faktor-faktor tersebutlah yang meningkatkan peluang frozen food di pasaran. Selain penyajiannya yang mudah dan praktis, produk pangan beku juga umumnya memiliki masa simpan produk yang lebih panjang.

Produk pangan yang banyak dijadikan olahan frozen food diantaranya adalah produk-produk perikanan, yang pada dasarnya merupakan produk yang mudah rusak (perishable). Contoh produk olahan perikanan beku adalah fish roll. Fish roll yang banyak beredar di pasaran biasanya berasal dari komoditas ikan tuna dan lele. 

Cheese tuna fish roll merupakan salah satu varian dari fish roll. Produk olahan ini berupa lumatan daging tuna yang dicampur dengan tepung, telur dan bumbu-bumbu dengan isian berupa keju mozarella yang dibalut oleh kembang tahu. 

Salah satu keunggulan dari produk ini adalah adanya isian keju mozzarella yang saat ini banyak digemari oleh masyarakat serta menjadi bahan pangan yang banyak digunakan dalam 'makanan-makanan kekinian’. 

Sama seperti produk pangan beku lainnya, produk ini mudah untuk diolah, bisa hanya dengan penggorengan atau pengukusan saja. Selain itu, produk ini juga mudah dikreasikan menjadi berbagai olahan makanan lainnya. Cheese tuna fish roll juga dapat menjadi olahan ikan alternatif bagi orang-orang yang tidak terlalu menyukai makan ikan secara langsung.

Untuk menganalisis pasar Cheese tuna fish roll ini ada beberapa hal yang perlu untuk dilakukan yaitu menganalisis konsumen, menganalisis pesaing dan perencanaan pemasarannya.  Analisis konsumen itu dilakukan terhadap kebutuhan konsumen akan Cheese tuna fish roll dan segmen pasar yang akan ditargetkan.

Kebutuhan konsumen terhadap produk cheese tuna fish roll termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis, dimana konsumen membutuhkan produk ini sebagai  makanan untuk kelangsungan hidupnya. Selain itu, kebutuhan konsumen akan produk olahan ikan ini juga didorong oleh kondisi kehidupan modern dimana orang-orang memiliki waktu terbatas untuk menyiapkan makanan di rumah akibat pekerjaan atau kegiatan lainnya, serta mulai banyaknya masyarakat yang sadar akan pemilihan produk pangan kaya gizi.

Segmentasi pasar dari produk cheese tuna fish roll adalah wilayah Indonesia, remaja hingga dewasa, semua kalangan kelas sosial, serta khususnya bagi masyarakat yang memiliki waktu terbatas untuk menyiapkan makanan.  Segmen ini sangat luas dan besar, sehingga perlu ada pembatasan misalnya hanya pada daerah lokasi pemasarannya, agar lebih efektif dan efisian.

Analisis pesaing penting dilakukan untuk memperbaiki dan memperkuat bisnis, kegiatan analisis ini dapat dilakukan dengan cara mempelajari operasional dan perkembangan bisnis pesaing.  Identifikasi pesaing dapat dilakukan dengan cara mempelajai rival, pendatang baru, substitusi, dan jumlah pesaing yang ada di pasaran.

Rival pada industri tuna fish roll adalah perusahaan lain yang memasarkan produk fish roll berbahan dasar ikan tuna di seluruh Indonesia. Adapun jumlah dari rival yang ada di Indonesia terdapat sekitar 15 perusahaan. Pendatang baru pada industri tuna fish roll umumnya berbentuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di jawa barat dengan jumlah melebihi 20 usaha. 

Adapun subtitusi pada industri tuna fish roll merupakan perusahaan yang memasarkan produk fish roll di Indonesia yang berbahan dasar campuran ikan tuna dengan ikan lain, maupun berasal dari bahan baku ikan selain tuna. Jumlah dari substitusi pada industri tuna fish roll terdapat sekitar 10 perusahaan.

Bentuk pasar dari industri olahan frozen food cheese tuna fish roll merupakan pasar persaingan sempurna dengan ciri utama terdapat banyak penjual dan pembeli serta pembeli maupun penjual mempunyai informasi yang lengkap mengenai pasar.  

Bentuk persaingan dari produk cheese tuna fish roll terdiri dari dua bentuk, yaitu persaingan generik dimana target pasar dari perusahaan pesaing adalah sama, serta persaingan merk dimana produk fish roll yang dijual tidak memiliki perbedaan harga yang signifikan tetapi merk dari produk berbeda-beda.

Perencanaan pemasaran produk cheese tuna fish roll dimulai dari perancangan produk cheese tuna fish roll, penentuan harga, promosi dan distribusi.  Dalam perancangan produk produk cheese tuna fish roll ini hal-hal yang menjadi perhatian adalah organoleptiknya, nilai nutrisinya, kemasan dan ukurannya. 

Karakteristik organoleptik dari produk fish roll adalah memiliki rasa yang gurih, bagian dalam bertekstur lembut dan kenyal sedangkan bagian luar lembut dan sedikit garing, beraroma khas ikan serta bumbu. Adapun standar mutu organoleptik untuk produk fish roll mengacu pada SNI 2694:2013 yaitu dengan skor minimal parameter uji adalah 7.

Selain itu, nilai nutrisi juga menjadi aspek penting dalam pemasaran. Karena informasi nilai gizi ini dapat meningkatkan daya saing produk di pasaran. Nutrisi dari setiap 25 g fish roll yaitu : energi 167 kj (40 kkal), lemak 0,50 g, protein 3,00 g, karbohidrat 6,00 g, dan sodium 210 mg, dengan persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebesar 2%.

Terdapat dua variasi ukuran untuk produk cheese tuna fish roll yang dipasarkan, yaitu 1 kg dan 500 g. Satu buah cheese tuna fish roll memiliki bobot sebesar 25 g, sehingga untuk kemasan produk 1 kg berisikan 40 buah cheese tuna fish roll, sedangkan untuk kemasan produk 500 g berisikan 20 buah. 

Variasi ukuran ini dapat memudahkan konsumen untuk membeli produk sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Bentuk dari tuna fish roll ini adalah bulat panjang. Bentuk ini banyak disukai masyarakat karena memudahkan untuk divariasikan saat diolah kembali, seperti dapat dipotong bulat, miring, dan ditusuk untuk dibakar.

Produk cheese tuna fish roll dikemas menggunakan plastik dengan memanfaatkan teknologi vacuum. Pemanfaatan teknologi vacuum ini bertujuan untuk menjaga mutu dan cita rasa produk serta untuk mencegah terjadinya kerusakan nilai gizi. 

Selain memperhatikan fungsinya, aspek penting kemasan adalah desain dan  informasi produk. Desain dari kemasan produk cheese tuna fish roll berisi visualisasi saran penyajian produk, logo perusahaan, identitas perusahaan, komposisi dan informasi nilai gizi, logo halal, nomor bpom, tanggal kadaluarsa dan kode produksi, serta petunjuk penyajian.

Strategi penentuan yang dapat digunakan dalam menentukan harga jual produk tuna fish roll ini diantaranya adalah metode cost-plus pricing. Penggunaan metode cost-plus pricing ini bertujuan untuk mendapatkan laba dari produk yang dijual. Biaya pokok yang dibutuhkan dalam pembuatan 1 Kg Cheese Tuna Fish Roll adalah sekitar Rp.79.500,- dan laba yang diinginkan untuk setiap bungkus adalah Rp.6.000,-, maka harga jual produk Cheese Tuna Fish Roll untuk volume 1 kg adalah Rp.85.500,- sedangkan untuk volume 500 g harga jualnya adalah Rp.45.750,-. Berikut merupakan rincian dari harga pokok pembuatan 1 kg Cheese Tuna Fish Roll :

Rincian Harga Pokok Pembuatan 1 Kg Cheese Tuna Fish Roll/Dokpri 
Rincian Harga Pokok Pembuatan 1 Kg Cheese Tuna Fish Roll/Dokpri 
Kegiatan promosi dari produk cheese tuna fish roll dilakukan dengan tiga teknik promosi, yaitu periklanan, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung. Periklanan dilakukan dengan memanfaatkan platform digital seperti sosial media, layanan iklan digital (contohnya instagram ads, facebook ads, youtube ads, google ads, dan radio), dan marketplace.

Selain kegiatan promosi, distribusi juga merupakan aspek yang penting dalam pemasaran produk. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan distribusi adalah sistem saluran distribusi. Berikut merupakan saluran distribusi dari produsen cheese tuna fish roll :

Saluran Distribusi Produsen Tuna Fish Roll/Dokpri
Saluran Distribusi Produsen Tuna Fish Roll/Dokpri
  1. Produsen – Konsumen : Pada saluran distribusi ini produsen menyalurkan produk cheese tuna fish roll langsung pada konsumen (konsumen membeli langsung pada produsen).
  2. Produsen – Pengecer – Konsumen : Pada saluran distribusi ini konsumen mendapatkan produk cheese tuna fish roll dari pengecer seperti convenience store, warung atau toko di pasar, dan toserba, dimana pengecer ini mendapatkan produk langsung dari produsen.
  3. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen : Pada saluran distribusi ini terdapat dua tingkatan saluran, dimana konsumen mendapatkan produk dari pengecer yang mendapatkan produk dari pedagang besar seperti supermarket dan pusat grosir.
  4. Produsen – Agen – Pedagang Besar/Pengecer – Konsumen : Pada saluran distribusi ini produsen akan menyalurkan produknya pada agen resmi yang dipilih produsen untuk menyalurkan lagi produknya pada pedagang besar, pengecer, dan konsumen

REFERENSI :

  1. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2020. Pedoman Implementasi Peraturan Badan POM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta.Ginting, R. 2010. Perancangan Produk. Graha Ilmu. Yogyakarta.
  2. Kasmir, K. 2012. Kewirausahaan. Cetakan ke-7. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
  3. Kotler, P., dan G. Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi keduabelas. Erlangga. Jakarta.
  4. Lenggogeni, L., dan A.T. Ferdinand. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing dalam Upaya Meningkatkan 
  5. Keputusan Pembelian. Diponegoro Journal of Management, Vol. 5 (3) : 1-12.
  6. Mane, K.A. 2016. A Review on Active Packaging : An Innovation in Food Packaging. International Journal of Environment, Agriculture, and Biotechnology, Vol 1 (3) : 544-549.
  7. Riyadi, P.H., dan Wijayanto, D. 2012. Manajemen Industri Perikanan. UPT Undip Press. Semarang.
  8. Sejati, Sendg. 2018. Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham H. Maslow dan Relevansinya dengan Kebutuhan Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam. Skripsi. Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Institut Agama Islam Negeri Bengkulu. Bengkulu.
  9. Sudrartono, Tiris. 2019. Pengaru Segmentasi Pasar terhadap Tingkat Penjualan Produk Fashion Usaha Mikro Kecil. Coopetition Jurnal Ilmiah Manajemen, Vol. 10 (1) : 55-66.
  10. Wahyuningsih, P.A. 2015. Pemenuhan Kebutuhan Psikologi Remaja pada Tokoh Hayasaka Yukari dalam Film Paradise Kiss Karya Sutradara Takehiko Shinjo. Skipsi. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya. Malang.
  11. Wahyuningtyas, Dianka. 2010. Uji Organoleptik Hasil Jadi Kue Menggunakan Bahan Non Instant dan Instant. Binus Business Review, Vol. 1 (1) : 116-125.
  12. Wirasasmita, H.R.A. 2002. Kamus Lengkap Ekonomi. Pionir Jaya. Bandung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun