Mohon tunggu...
Dahrun Usman
Dahrun Usman Mohon Tunggu... Essais, Cerpenis dan Kolomnis -

Manuisa sederhana yang punya niat, usaha dan kemauan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | The Mafiadin

14 Agustus 2017   10:00 Diperbarui: 14 Agustus 2017   10:12 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua warga desa gempar dengan kabar penangkapan Adin oleh aparat pada malam Jum'at. Semua terkejut dan bertanya-tanya, apa gerangan tindakan subversive yang dilakukan Adin sehingga dua gelang besi mengunci kedua lengannya. Ayahnya sendiri Saridin yang tinggal di desa sebelah juga terkejut bukan kepalang ketika di SMS oleh kerabatnya. "Mafiadin ditangkap aparat jam 03.00 malam". Mata Saridin berulang-ulang membaca SMS tersebut karena dia tidak percaya anak semata wayangnya yang sehari-hari berprofesi sebagai guru ngaji dan modin desa bisa ditangkap aparat. Tidak mungkin Mafiadin adalah gembong teroris ataupun ISIS, justeru selama ini dia ikut berdakwah supaya jama'ah tidak percaya dan terbujuk masuk menjadi anggota teroris ataupun ISIS.

"Adin ditangkap aparat dengan tuduhan subversive terhadap keamanan dan ketenangan warga desa!," celetuk salah seorang warga. Kemudian seorang warga lain menimpalinya,"Ya. Kemarin saya dengar dari tetangga yang jadi aparat, kalau Adin sekarang sedang di kantor karena memprovokasi para jama'ah supaya tidak mau menerima raskin!. Dalam sebuah ceramah di sebuah acara tahlilan warga beberapa kali suara Adin meninggi,"Raskin itu ngenyek! Raskin itu bagian dari demokrasi terselubung! Raskin tidak revolusioner! Oleh karena itu saudara-saudaraku, jual saja raskin itu pada bangsa lain! Kita tidak butuh. "Dewe ki bongso sugih! Ojo njaluk koyo wong kere!.

Bahkan dalam acara-acara pengajian di masjid, musholla dan acara selamatan rumah warga desa, Adin juga seringkali dituduh memobilisasi para warga dengan mengajak; kembali pada demokrasi thiwul,ekonomi ganyong,dan sosialisme sugih. Sebenarnya sudah banyak warga desa yang mengingatkan Mafiadin agar hati-hati dengan ceramahnya, sebab banyak intel yang masuk ke desa akhir-akhir ini akibat gaya dakwah Mafiadin. Apalagi nama dia sendiri dianggap warga sudah merupakan personifikasi dari perilaku menyimpang; Mafia! Dan Din! Kalau diartikan jamak oleh masyarakat awam menjadi "mafia agama"!. Kalau diplesetkan menjadi si penjual ayat-aat untuk keuntungan pribadi. Ketika kondisi  negara sedang dikepung oleh krisis kepercayaan akibat harga beras naik drastis sementara stok menipis dan mafia beras dituduh sebagai biang keladinya, maka penangkapan Mafiadin menemukan momentumnya.

Banyak intel yang menyamar sebagai jama'ah kemudian ikut pengajian Mafiadin di masjid, acara tahlilan, syukuran dan ketika jaga malam di pos kamling. Sekarang nama dan ketenaran Mafiadin sudah me-ndesa, bahkan mungkin kalau boleh akan disejajarkan dengan mafiaso besar dunia macam Pablo Escobar gembong narkotika Kartel Bogota dari Columbia. Untuk nama yang terakhir ini memang Mafiadin hafal betul sepak terjangnya di dunia bisnis narkotika dunia. Walaupun kalau sedang membicarakannya, kata terakhir yang keluar dari mulutnya; keparat!

Walaupun berlum pernah "mesantren" di Italia, Mafiadin juga sangat mengenal daerah Sisilia di selatan negara Coloseum dan menara Pisa tersebut sebagai ekosistemnya mafia besar di Eropa. Sehingga sangat wajar kalau beberapa aparat menganggap bahwa Mafiadin adalah salah satu anggota bawah tanah sindikat mafia internasional. Bahkan pihak berwajib bergerak cepat untuk menelusuri transaksi keuangan Mafiadin, karena dicurigai banyak menerima transfer uang dari luar negeri atas upaya perdagangan illegal. Padahal menurut pihak yang tidak mau disebut namanya, Mafiadin tidak pernah memiliki nomor rekening bank dimanapun. Termasuk saat ini, Mafiadin dituduh menjadi salah satu mafia beras di desanya oleh aparat. Penolakan terhadap raskin adalah penghinaan terhadap kosntitusi, apalagi dia memobilisasi warga desa untuk menolak raskin.

Sementara itu, tersebar isu kalau seluruh hasil panen warga dibeli oleh Mafiadin dengan harga yang lebih tinggi daripada harga tengkulak, bahkan sebagian warga desa yang tercekik hutang pada lintah darat menjual padinya dengan sistem ijonkepada Mafiadin. Dari bisikan seorang manolpadi dan anak buah bandar beras di desa yang tidak senang pada Mafiadin, akhirnya beberapa intel termakan isu tersebut bahkan tersebar luas juga kalau Mafiadin banyak mempunyai lumbung padi di belakang rumahnya. Bahkan banyak tuduhan dari cukong dan bandar beras yang tidak senang kepadanya, Mafiadin mendirikan masjid dan pesantren dari uang haram. Dia Kyai Kartel! Dia Kyai Kapitalis! Dia Kyai Mafia! Teriak beberapa cukong dan bandar beras di desa.

Harga beras mahal di desa ini akibat sabotase Mafiadin, ganyang Mafiadin! Begitu tulis sebuah spanduk yang terpampang di atas perempatan jalan desa.

Tetapi sebagian aparat dan intel justeru berkeyakinan kalau Mafiadin adalah mafia kelas teri, maling kelas nyamuk, bromocorak kelas kampung atau bahkan kecu alasyang difitnah suka meresahkan warga desa. Sementara sebagian aparat dan intel lain justeru menilai kalau Mafiadin justeru seorang Zoro atau Si Pitung yang menjadi "pahlawan" bagi warga di desa yang sering diperas oleh kaum rente, cukong dan bandar beras kelas kakap yang merambah ke seluruh desa.

Akhirnya aparat dan intel terbelah keyakinannya. Sebab Mafiadin memang orang yang sangat unik, bahaya dan aneh, tetapi sangat gampang kalau mau ditangkap. Sebab dia tidak pernah bersembunyi, tidak punya senjata dan nyaris tidak ada pengawal sama sekali selain jama'ahnya. Bahkan sebagian aparat mencurigai ada gembong mafia sesungguhnya yang selama ini memainkan harga dan memeras warga dan dilindungi oleh kekuatan yang tidak diketahui oleh siapapun.

Di ruang aparat. Beberapa warga yang dijadikan sebagai saksi saat diintrogasi mengaku tidak tahu menahu soal sepak terjang Mafiadin. Warga desa memang sering menjual padi dengan sistem ijon ke Mafiadin tetapi dengan harga yang lebih tinggi daripada harga bandar beras/cukong dan oleh Mafiadin disimpan di lumbung padi belakang rumahnya.

Kebiasaan unik Mafiadin di desa adalah padi-padi yang dibeli dari warga dengan harga tinggi kemudian digiling pada saat musim paceklik tiba, berasnya dijual dengan harga yang sangat murah kepada warga desa. "Jadi tidak mungkin Adin adalah seorang mafia beras di desa ini Pak!,"jawab salah seorang warga ditanya oleh aparat di kantor. "Jangan bohong kamu!,"tanya balik aparat. "Demi Tuhan Pak! Kalau Adin seorang mafia beras, tembak saja saya sekarang!. Para saksi bersikeras bahwa Adin bukanlah seorang mafia beras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun