Mohon tunggu...
Dahrun Usman
Dahrun Usman Mohon Tunggu... Essais, Cerpenis dan Kolomnis -

Manuisa sederhana yang punya niat, usaha dan kemauan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Anak Teluk Bajau

5 Agustus 2017   10:35 Diperbarui: 5 Agustus 2017   20:12 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Kompas.com

Harpa berpikiran. Kalau jalur distribusi Koloni Abraham diputus di tengah jalan pasti rantai penderitaan rakyat kota kecil akan putus dan hilanglah sistem rente serta monopoli dalam kehidupan rakyat. Tetapi yang dihadapi oleh Harpa bukanlah bromocorak ingusan yang baru satu atau dua bulan beroperasi. Tetapi seorang ketua koloni yang sudah puluhan tahun beroperasi sehingga tahu seluk beluk hukum dan aparat di kota tua dan Teluk Bajau.

Malam ini menjadi malam yang sial dan kejam bagi Harpa. Intel swasta yang dia ajak untuk menghadang kapal kayu hitam milik Koloni Abraham adalah seorang agen dari Abraham. Alhasil ketika sedang menyergap kapal kayu bercat hitam justeru Harpa yang langsung diringkus oleh anak buah Abraham dan diikat tali dadung di geladak kapal. Abraham sendiri sangat mengenal sosok Harpa. 

Dalam pandangan Abraham, pemuda bernama Harpa adalah sosok pengecualian dari pemuda-pemuda lain di kota tua dekat Teluk Bajau. Dia pemuda yang berani, teguh dan anti kemapanan. Sehingga menggelegak darahnya ketika melihat rakyat di sekitarnya diinjak-injak haknya oleh Koloni Abraham. Sementara pemuda yang lain hanya pasrah pada keadaan dan menerima ketidakberdayaan itu sebagai takdir dari Tuhan.

Harpa sendiri sesungguhnya adalah anak Kaji Kasrun yang diusir dari tempat tinggalnya. Penyebabnya jelas. Harpa dianggap menganggu ideologi dagang ayahnya karena mendirikan Bank Rente yang dibangun bersama Abraham. Daripada kehilangan modal, asset, kehormatan dan harga diri di kota kecil itu lebih baik hilang anak satu! Itulah keputusan Kaji Kusen sepuluh tahun silam. Bahkan dia merasa kecewa menyekolahkan anak laki-lakinya sampai bangku kuliah kalau akhirnya justeru berseberangan ideologi dagang dengannya.

"Harpa. Kamu anak yang hebat kawan! Kalau kamu mau berhenti menganggu bisnisku dan ayahmu. Kelak kamu bakal menjadi saudagar  terkaya yang tidak tertandingi oleh siapapun di kota kecil ini," rayu Abraham sambil memegang dagu Harpa. 

"Tetapi kalau kamu tidak berhenti mengangguku, maka saya tidak segan-segan untuk meremukan kedua lengan tanganmu dan menceburkan kamu ke laut supaya menjadi santapan hiu di Teluk Bajau ini!" Harpa hanya melotot dan menumpahkan ludahnya di geladak kapal kayu bercat hitam. Harpa muak melihat gaya Abraham menasehatinya.

Sejurus kemudian terdengar detakan sepatu jinggle berhak tinggi menginjak geledak kapal meninggalkan Harpa yang masih merintih menahan lengan kanannya yang semakin sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun