Mohon tunggu...
Novi Setiany
Novi Setiany Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Kehidupan adalah universitas tempat menimba ilmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel Bab Tiga

21 April 2019   18:33 Diperbarui: 21 April 2019   18:36 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta pertama selalu bersemayam abadi dalam hati

Tak 'kan ada yang bisa mengubah kedudukannya

Kecuali, cinta itu sendiri

Daniel sudah menunggu Riana di luar sejak lima menit yang lalu. Dari balik gerbang rumahnya, Riana berjalan terburu-buru menuju Daniel. Gadis itu segera membuka pintu mobil Daniel dan duduk di sampingnya.

"Lain kali kalau aku jemput, kamu udah standby di depan!"

Riana menengok ke arah Daniel, lalu menganggukkan kepalanya pelan. Padahal hanya lima menit laki-laki itu menunggu. Apalagi jika seperti Leo yang selalu menunggunya hampir berjam-jam.

"Wajah kamu kenapa?" tanya Daniel memegang pipi pacarnya. "Jerawatan?" lanjutnya.

"Cuma satu, kok,"jawab Riana.

"Tapi aku enggak suka wajah kamu kayak gini! Kenapa bisa jerawatan?"

"Aku ketiduran semalam. Lupa cuci muka."

"Pulang sekolah kita ke salon," perintah Daniel sambil menyetir.

"Enggak usah, Niel. Aku kasih timun juga nanti hilang."

"Kelamaan! Aku gak mau kamu keliatan jelek," Daniel melihat ke arah Riana, lalu fokus kembali menyetir.

Riana pasrah. Dia harus menuruti laki-laki yang dicintainya itu. Riana tidak mau hanya karena masalah sepele, dia harus adu mulut dengan Daniel lalu putus nyambung untuk kesekian kalinya.

***

Daniel memarkirkan mobilnya di halaman sekolah. Mereka berjalan menuju kelas seperti tidak ada masalah apapun. Dua sejoli itu dikenal sebagai pasangan romantis. Daniel adalah ketua tim basket, sedangkan Riana ketua ekstrakurikuler tari di SMA itu. Keduanya sangat pupuler di kalangan siswa.

Dua tahun yang lalu, ketika masa orientasi di sekolah, Daniel sudah menyukai Riana. Bukan hanya Daniel, tapi beberapa kakak kelas juga banyak yang menyukai gadis itu. Hanya saja mereka tidak berani mendekat karena Riana selalu bersama Leo. Mereka menyangka kalau Leo adalah pacarnya. Beberapa bulan berselang, Daniel selalu mencari informasi tentang Riana. Lelaki itu juga selalu menunjukkan perhatiannya kepada Riana meskipun mereka beda kelas. Apalagi Riana pun memendam perasaan yang sama terhadap Daniel. Tak lama kemudian, mereka resmi menjalin hubungan meskipun pada akhirnya selalu terjadi putus nyambung diantara pasangan itu.

Awalnya, Daniel sangat lembut memperlakukan Riana. Tapi seiring berjalannya waktu, sifatnya yang tempramental dan kasar  mulai terlihat dan membuat mereka putus nyambung beberapa kali, ditambah dengan cemburuannya Daniel. Sehingga tidak ada satu laki-laki pun yang berani mendekati Riana, kecuali Leo. Laki-laki itu selalu menuntut Riana untuk tampil sempurna. Dia bahkan rela menemani Riana berjam-jam di salon agar kekasihnya itu tetap terlihat menawan di matanya. Meskipun pada kenyataanya Riana merasa bahwa semenjak berhubungan dengan Daniel, dia seperti bukan dirinya.

***

Mereka berjalan berlawanan arah. Riana pergi menuju kelasnya di lantai dua. Di kelas, Leo sudah duduk rapi sambil memandang serius buku yang sedang dibacanya. Riana berjalan ke arah lelaki itu. Lalu duduk di sampingnya.

"Yo, gue duduk disini ya!" Pinta Riana ke Tiyo sambil memberikan tas lelaki tersebut.

"Terus gue duduk dimana?"

"Duduk di kursi gue aja!" jawab Riana.

Tiyo menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia pergi ke belakang dan duduk di bangku Riana. Leo tidak acuk. Sahabat Riana itu sibuk dengan lembaran kertas yang dibacanya.

"Lagi ngapain, Lo? Rajin banget sih!", ledek gadis itu.

Leo hanya melihat Riana dengan ekor matanya.

"Eh, sok sibuk banget, sih!" katanya sambil meninju bagu Leo.

"Enggak, ah. Takut!" jawab Leo sekenanya.

"Takut apa? Emang gue hantu?" Riana memanyunkan bibirnya.

"Bukan," tukas Leo.

"Lalu?"

"Pangeranmu, Ri."

"Pangeran apa?"

"Si kapten basket," jawab Leo jutek.

"Oh, Daniel..."

Leo hanya meng hemm kan tanpa berkata apapun lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun