Mohon tunggu...
Nurmitra Sari Purba
Nurmitra Sari Purba Mohon Tunggu... Programmer - Statistician

Menulis untuk mencerdaskan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sebuah Kisah di Kala Hujan (Manajemen Risiko)

15 Mei 2023   11:08 Diperbarui: 16 Mei 2023   08:17 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kisah pendek namun padat yang akan saya bagikan terkait manajemen risiko. Selama ini, kita akrab mengaitkan konsep manajemen risiko dengan dunia keuangan, bisnis, atau usaha. Padahal manajemen risiko tidak selalu berhubungan dengan instrument financial seperti option, berjangka, hedging, maupun instrument basic seperti diskon, logistik, dan masih banyak lagi.

Sebelumnya, apa itu manajemen risiko?

Risiko sendiri adalah potensi terjadinya sesuatu yang berdampak buruk sedangkan manajemen risiko adalah usaha menghindari risiko dengan cara memonitor sumber risiko, melacak, dan melakukan serangkaian upaya agar dampak dari risiko tersebut dapat diminimalisir.

Pengertian manajemen risiko di atas memang bukan kalimat ramah untuk kalangan awam, padahal sebenarnya tanpa disadari, kita sering menjumpai diri kita melakukan manajemen risiko di kehidupan sehari-hari.

Coba simak cerita sederhana ini.

Suatu hari seperti biasa kamu ingin pergi ke kampus. Karena sedang musim hujan, kamu memutuskan untuk pergi naik angkutan umum (bus) dibanding mengendarai sepeda motor. Selain karena takut kehujanan dan mogok, naik bus juga lebih murah meskipun banyak rumor bahwa sering terjadi pencopetan dalam bus akhir-akhir ini. Untungnya di hari itu aman-aman saja dan terlihat penjaga keamanan di halte semakin banyak.

Bus pun sampai di halte dekat kampus namun hujan turun dengan deras. Untungnya kamu bawa payung sehingga bisa menerobos hujan dan baju tidak terlalu basah.

Setelah selesai kuliah, kamu berencana langsung balik ke rumah. Kamu mengajak doi untuk pulang bareng naik bus. Saat menunggu bus di halte, hujan mulai rintik-rintik dan si doi bilang hujannya akan semakin deras. Sementara bus tidak kunjung datang. 

pikbest.com
pikbest.com

Karena rumah kalian dekat dalam satu blok, kamu menawarkan diri untuk memesan Gocar, tak lupa biaya tambahan Rp1000,- untuk asuransi.

Di perjalanan, si doi curhat kalau dia mau membuat bisnis bucket bunga wisuda tetapi terkendala karena modalnya kurang. Kamu akhirnya tertarik menjadi pahlawan dengan menawarkan patungan bisnis.

Belum sampai rumah, apes banget tiba-tiba mobilnya tergelincir dan masuk jurang alias selokan yang cukup dalam. Beruntung, perusahaan Gojek menyediakan asuransi kecelakaan yang bisa menutupi biaya pengobatan.

Dari cerita di atas ada 5 teknik penanganan risiko yang telah kamu lakukan, mari kita bedah:

  • Risk avoidance

Artinya, kamu menghindari segala jenis masalah dengan tidak melakukan tindakan yang dapat memicu timbulnya masalah tersebut.

Rencananya mau membawa motor tapi kamu takut kehujanan di tengah jalan dan hondanya mogok. Simpelnya, 'kalau gak mau kejadian ya jangan dilakukan'.

Nah, menghindari risiko ini sama artinya melewati peluang yang kamu dapatkan untuk sampai ke kampus lebih cepat menggunakan motor. Dengan kata lain menghindari risiko bisa menghilangkan 100% masalah yang timbul tetapi itu bisa menghilangkan peluang yang dapat diterima.

  • Risk Acceptance

Karena kepepet mau ke kampus kamu menerima risiko kena copet di dalam bus. Dengan segala perhitungan bahwa kejadian tersebut dikarenakan kelalaian penumpang, sehingga kamu lebih berhati-hati menjaga dompet dan tas.

  • Risk Reduction

Kamu membawa payung untuk mengurangi risiko baju tidak basah. 

Risk reduction digunakan oleh para manajer perusahaan untuk mengurangi dampak akibat munculnya risiko tersebut. Misal di kehidupan sehari-hari adalah ketika orangtua khawatir anak balitanya bebas bermain di jalan raya, Ia akan memilih untuk membeli rumah yang tidak tepat di pinggir jalan atau memasang pagar rumah. Contoh lain yaitu sistem alarm pendeteksi kebakaran, meskipun kebakaran tetap dapat terjadi namun risiko kerugian dapat dikurangi dengan adanya sistem ini.

  • Risk Sharing

Di dalam mobil, kamu dan si doi akhirnya sepakat patungan bersama-sama untuk membuat bisnis bucket bunga wisuda. Kalau terjadi kerugian kamu tidak menanggung kerugian secara keseluruhan, masalah ditanggung bersama-sama.

  • Risk Transfer

Untungnya, perusahaan Gojek memberikan asuransi kecelakaan untuk para penumpangnya, dengan begitu biaya pengobatan dan sebagainya dapat tertutupi. Penanganan ini gunanya untuk memindahkan dampak risiko ke pihak lain yang mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan risiko.

Dari cerita di atas kita dapat melihat secara langsung dampak dari setiap pilihan yang kita ambil. Manajemen risiko menjadi sangat penting untuk dipelajari agar kita mampu meminimalkan kerugian yang mungkin muncul di kehidupan pribadi maupun bisnis atau usaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun