Dari yang semula 15 menit (0.25 jam) meningkat menjadi 60 jam.
Ini tidak salah, tikus-tikus tersebut mampu berenang selama 60 jam.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menyelamatkan mereka sebelum tenggelam telah menaikkan kekuatan atau waktu berenang mereka sebanyak 240 kali lebih lama saat diletakkan kembali ke dalam gelas.
Dan ada pula seekor tikus yang sanggup bertahan hingga 81 jam.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Kesimpulannya adalah, karena tikus memiliki keyakinan bahwa dia akan diselamatkan lagi nanti sehingga mereka mampu memaksa tubuh melebihi batasan maksimal yang mereka percaya. Cerita ini menjadi gambaran nyata akan pentingnya harapan dan optimisme.
Jelas sekali bahwa semua orang akan mampu melakukan sesuatu saat mereka menemukan semangat dan berhenti saat mereka tidak lagi diapresiasi atau kehilangan semangat.
Kisah lain. Begitu berharganya sebuah harapan sampai-sampai  Adam Smith menulis penemuan Tanjung Harapan di benua Afrika sebagai peristiwa terbesar dan terpenting dalam sejarah manusia.Â
Seperti yang pernah dinyatakan Lu Xun, penulis China, "Harapan adalah seperti jalan di daerah pedalaman, pada awalnya tidak ada jalan setapak semacam itu, namun sesudah banyak orang berjalan di atasnya, jalan itu tercipta".
Lihatlah, buah harapan orang-orang terdahulu yang telah berhasil menemukan gerbang komunikasi antara Eropa dan Asia melalui rute baru (laut) dengan dampak politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang mengubah lansekap dunia. Nyatanya, dampak tersebut masih terasa hingga saat ini termasuk oleh kita di Indonesia.Â
Sesuai asal usul penamaannya oleh Raja John II dari Portugal (berkuasa 1481--1495), Tanjung Harapan (Cape of Good Hope atau Cabo da Boa Esperana) adalah gerbang yang dipenuhi optimisme tinggi penjelajahan laut ke India dan Asia Timur, tentu saja dengan bahan bakar energi berupa slogan gold, glory, dan gospel. Khusus bagi Indonesia, tanpa eksplorasi Tanjung Harapan, mungkin kita tidak akan mengenal kata 'Indonesia' itu sendiri. Mungkin tidak akan ada VOC dan Hindia Belanda. Mungkin tidak akan ada era Dutch Golden Age yang begitu dibangga-banggakan oleh orang-orang Belanda. Mungkin tidak akan ada Bahasa Indonesia. Dan tentu masih banyak kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat dikhayalkan.