Mohon tunggu...
Nurmitra Sari Purba
Nurmitra Sari Purba Mohon Tunggu... Programmer - Statistician

Menulis untuk mencerdaskan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Renungan bagi Pengumpul Harta

14 Oktober 2020   09:57 Diperbarui: 29 Januari 2021   21:18 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Uang bisa membeli kebahagiaan? I agree.

Se-simple membelikan coklat untuk pasangan, dia menerima dengan senyum bahagia, dan senyum yang itu hanya dapat tercipta kalau kita punya uang.

Sebenarnya terobsesi dengan uang itu (dalam batas wajar tentunya) tidak jadi masalah sama sekali. Jika memang hal tersebut mendatangkan nilai (value) pada diri si empunya, maka tidak ada salahnya ia terobsesi untuk menyimpan dan memiliki hal tersebut. 

Sayangnya, manusia dari zaman ke zaman terkenal sebagai mahkluk yang rakus (greedy). Masih ingat bagaimana manusia pertama kali jatuh ke dalam dosa? Iya, Adam dan Hawa memakan buah yang dilarang Tuhan untuk dimakan.

Lihat, padahal segala sesuatu sudah Tuhan sediakan di taman Eden, hanya satu pohon yang Tuhan larang untuk dimakan buahnya. Namun, Adam dan Hawa tergoda dan memakan buah tersebut. Manusia itu rakus, selalu ingin lebih. Itu kata kuncinya: lebih.

Kerakusan manusia itu bukan hanya pada aspek mengingini barang (object) saja, tetapi juga menyebar kepada aspek-aspek lain. Contohnya: ingin jabatan yang tinggi, ingin lebih dikenal banyak orang, ingin lebih pandai daripada orang lain, ingin lebih unggul daripada orang lain. Semuanya berakar dari keinginan daging yang menginginkan hal yang lebih, lebih, dan lebih.

Jadi, sekarang ini banyak yang berpikir: sesuatu yang lebih = sukses. Lihat bagaimana ukuran kesuksesan seseorang di mata masyarakat; mereka melihat seberapa megah rumah yang dimiliki orang itu, seberapa mewah dan banyak mobil yang dia miliki, seberapa tinggi jabatannya dan terlebih lagi, seberapa banyak harta yang dia punya. Maka tidak heran banyak sekali anak muda yang akhir-akhir ini selalu mengejar harta benda duniawi demi dianggap sukses oleh masyarakat. Padahal definisi kesuksesan yang sebenarnya bukanlah seperti itu. 

Saya ingin mengutip kata-kata Jim Carrey:

I think everybody should get rich and famous and do everything they ever dreamed of so they can see that it's not the answer.

Saya sangat setuju dengan kutipan tersebut. Kebahagiaan sejati tidak berasal dari kesuksesan duniawi, menjadi kaya raya ataupun dikenal banyak orang. Kebahagiaan sejati datang dari keinginan kita yang tulus; bukan keinginan masyarakat. Kesuksesan adalah hal yang simple sebenarnya, misal dari passion kita.

Jika kita punya passion menjadi dokter yang benar-benar tulus hanya ingin membantu orang sakit tanpa mendapatkan imbalan, maka lakukanlah. Tidak perlu mendengar tanggapan masyarakat, karena kita hanya melakukan apa yang benar-benar tulus ingin kita lakukan. Jika punya passion menjadi fotografer, seniman tato, penulis, barista, ataupun petani maka lakukanlah itu tanpa perlu mendengar tanggapan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun