Kota Samarinda, ibu kota Provinsi Kalimantan Timur, merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kelembaban dan curah hujan yang relatif tinggi. Data curah hujan di kota Samarinda pada tahun 2019 hingga 2023 menunjukkan variasi yang cukup beragam tiap tahunnya. Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi musim tidak menentu dan cenderung sulit diprediksi.Â
Pada bulan-bulan yang seharusnya terjadi musim hujan tapi kenyataannya tidak terjadi hujan atau sebaliknya ketika bulan-bulan yang seharusnya musim kemarau ternyata hujan masih sering terjadi. perbedaan tren curah hujan dari tahun ke tahun bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim global, pola sirkulasi udara, La Nina atau El Nino, serta faktor geografis dan lingkungan setempat.Â
Data curah hujan kota Samarinda tahun 2019-2023 dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa rata rata curah hujan kota Samarinda tahun 2019-2023 paling tinggi berada pada bulan April, September dan November. Â Kemudian bulan dengan intensitas curah hujan terendah berada di bulan Februari dengan nilai 119.88 mm dan bulan Desember 161,38 mm. Padahal kedua bulan tersebut umumnya merupakan bagian dari musim penghujan namun malah memiliki intensitas curah hujan paling rendah.Â
Curah hujan tahunan tertinggi yang terjadi dalam 5 tahun terakhir berada pada tahun 2021 Dengan nilai 2.889 mm/tahun. ketika rata rata curah hujan mulai tinggi, akan ada berita terkait bencana banjir kota Samarinda yang mulai bermunculan. Hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa banjir sangat dipengaruhi oleh curah hujan di wilayah tersebut.Â
Tidak hanya banjir curah hujan dengan intensitas tinggi di kota Samarinda juga berpotensi menyebabkan terjadinya tanah longsor dan gangguan kesehatan seperti Demam berdarah dengue serta diare beberapa dampak negatif dari curah hujan yang tinggi juga tentunya akan memberikan kerugian secara ekonomi.
Curah hujan yang tinggi tentunya tidak dapat dikendalikan oleh manusia akan tetapi manusia dapat meminimalisir dampak buruk yang terjadi akibat dari tingginya curah hujan seperti melakukan reboisasi, membuat tanggul pengendali banjir, merubah daerah rawan banjir menjadi daerah yang banyak resapan air serta membuat dan mengelola drainase dengan baik sehingga dapat berfungsi secara maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H