Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk Menekan Arus Urbanisasi

11 Desember 2015   04:09 Diperbarui: 11 Desember 2015   04:25 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Globalisasi adalah tuntutan kehidupan yang mau tidak mau harus kita jalani. Bagi sebagian orang, globalisasi sangat besar pengaruhnya dalam merubah gaya hidup mereka. Namun bagi sebagian yang lain, dengan ada atau tidaknya globalisasi, kehidupan tetap berjalan seperti apa yang sudah ada sebelumnya. Hal ini berlaku bagi masyarakat pedesaan, yang tidak secara langsung terdampak arus globalisasi karena tidak adanya akses teknologi yang se-mengesankan di kota. Namun, globalisasi sebenarnya mempunyai dampak yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat pedesaan dalam hal urbanisasi.

Perpindahan penduduk dari desa ke kota yang makin deras arusnya setiap tahun tentunya bukan tanpa sebab. Lesunya perekonomian di desa merupakan salah satu faktor, sementara kebutuhan kian tak terjangkau dengan penghasilan yang penduduk desa dapatkan dari sektor agraris. Seperti yang kita tahu, sebagian besar rakyat Indonesia hidup di pedesaan dan berprofesi sebagai petani. Sementara belakangan ini, alam kian tidak bersahabat. Banyak sekali kendala dalam kegiatan pertanian dan hasilnya tidak sesuai dengan tenaga, usaha, waktu, dan biaya yang telah dikorbankan para petani. Hal ini tentunya merupakan salah satu alasan klasik untuk melakukan urbanisasi.

Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan dan berprofesi sebagai petani, pernyataan ini snagat sering kita dengar dekade lalu, namun sepertinya akan berubah dekade ini. Menurut Senior Ahli Ekonomi dan Tata Kota World Bank Taimur Samad, 52 persen penduduk Indonesia tinggal di kota besar pada 2013 diperkirakan pada 2025, 68 persen rakyat Indonesia tinggal di kota besar,dan kota-kota kecil mulai ditinggalkan. Taimur menuturkan, pertumbuhan urbanisasi di Indonesia mencapai kisaran 4,4 persen pada periode 1960 sampai dengan 2013. Di Cina, pertumbuhan populasi kaum urban 3,6 persen, India 3 persen, dan Filipina 3,4 persen.

Secara tidak langsung, urbanisasi memegang peranan penting dalam kegiatan perekonomian di pedesaan. Dengan banyaknya petani yang melakukan urbanisasi, tidak akan banyak lagi petani yang menyokong kegiatan perekonomian agraris di pedesaan. Hal ini berdampak terhadap dimensi-dimensi lain dalam kehidupan. Masalah awal kependudukan yaitu urbanisasi mempengaruhi kegiatan perekonomian dan akan menimbulkan masalah kependudukan baru yang makin meluas baik di tempat yang mereka tinggalkan ataupun tempat yang mereka datangi, tidak hanya di pedesaan namun juga di perkotaan.

Di pedesaan, urbanisasi menyebabkan berbagai masalah. Dalam konteks kependudukan, urbanisasi menyebabkan penurunan jumlah penduduk yang cukup drastis. Profesi petani mulai ditinggalkan sehingga produktivitas tanaman padi menurun yang juga mempengaruhi penurunan produktivitas pangan daerah dan nasional. Tidak mengherankan jika kita sekarang menanggalkan titel macan asia ke tangan Thailand sebagai eksportir beras terbesar di Asean. Badan Pusat Statistik (BPS) RI mencatat selama Januari-Agustus 2015, Indonesia mengimpor beras khusus dari berbagai negara tetangga sebanyak 225.029 ton dengan nilai 97,8 juta dolar AS. Dengan rincian Thailand: 88.622 ton nilai 47,7 juta dolar AS, Pakistan: 78.658 ton nilai 27,1 juta dolar AS, India: 27.645 ton nilai 10,1 juta dolar AS, Vietnam: 22.777 ton nilai 9,6 juta dolar AS, Myanmar: 5.775 ton nilai 1,8 juta dolar AS dan negara lainnya: 1.551 ton nilai 1,3 juta dolar AS

Bukan sepenuhnya salah petani, karena modernisasi teknologi pertanian yang tidak berjalan maksimal dan menyeluruh dalam sektor pertanian petani Indonesia menyebabkan petani kita tertinggal dan kalah dengan tidak bersahabatanya alam terhadap lahan pertanian. Sementara di negara lain, para petaninya sudah melek teknologi pertanian, sehingga perubahan iklim bukanlah halangan yang bearti. Satu-satunya kesalahan petani kita adalah mereka terlalu bergantung dengan apa yang pemerintah berikan, sesekali petani kita harus berani menjemput bola dan banyak belajar teknologi untuk produktivitas kegiatan pertanian mereka. Petani di Indonesia masih menggunakan teknik tradisional yang sangat bersahabat dengan alam , namun ketika alam sudah lelah bersahabat, tentunya teknik ini tidak lagi menjanjikan, bukan?

Di perkotaan, urbanisasi juga menimbulkan maslah multi dimensi dan menjadi masalah yang tidak akan pernah terselesaikan. Banyaknya masyarakat yang datang untuk mencari pekerjaan menambah kepadatan penduduk perkotaan yang memang sudah padat. Menambah angka pengangguran dengan ketersediaan pekerjaan yang tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja yang tersedia apalagi untuk pendatang. Sekalipun ada, pekerjaan tersebut kebanyakan adalah pekerjaan temporer yang mau tidak mau harus ditinggalkan ketika selesai sehingga perlu mencari pekerjaan baru. Sementara menunggu mendapat pekerjaan, permasalahan tempat tinggal muncul di perkotaan. Karena ketersedian tnah yang langka menyebabkan mahalnya harga tanah dan hunian yang tidak lagi dapat diajngkau bukan hanya oleh para pendatang tapi juga oleh para penduduk perkotaan menyebabkan munculnya permukiman kumuh di bentaran rel kereta, atau bantaran sungai, dan sudut sudut lain di perkotaan.

Salah satu dari sekian banyak solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi arus urbanisasi adalah pemberdayaan masyarakat pedesaan. Daripada pemerintah harus memaksakan diri untuk mengaasi masalah akibat urbanisasi yang tidak akan ada habisnya di perkotaan dengan hasil yang tidak maksimal akan lebih baik jika masyarakat di pedesaan diberdayakan sehingga mereka mampu secara mandiri membangun dan menciptakan lapnagan pekerjaan yang menjanjikan di daerah asalnya dan menghidupkan kegiatan ekonomi yang dinamis untuk mencapai kesejahteraan tanpa perlu berbondong-bondong ke kota sebagi pendatang untuk mencari pekerjaan.

Saemaul Undong Program atau Village Movement adalah program yang cocok untuk mengatasi masalah ini. Saemaul Undong Program adalah program pemberdayaan masyarakat pedesaan di Korea Selatan yang diadopsi oleh 70 negara di seluruh dunia termasuk Philipina, Laos, Kamerun dan Amerika Serikat karena kesuksesan program yang sejak tahun 1970 berjalan dan berhasil merubah Korea Selatan dari negara termiskin di dunia menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia utama saat ini. Kesuksesan Saemaul Program dipercaya berasal dari tiga unsur yang berasal dari masyarakat pedesaan sendiri yaitu kepemimpinan yang baik, kemandirian dan kesaling bergantungan antar masyarakat.

Saemaul Undong adalah gerakan pembangunan masyarakat yang diprakarsai oleh almarhum Presiden Park Chung-Hee yang memerintah Korea Selatan pada periode 1961-1979. Saemaul Undong ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah dan dilaksanakan dengan prinsip kerja sama, disiplin, dan kerja keras. Berkat Saemaul Undong, taraf hidup masyarakat perdesaan membaik, desa-desa mengalami modernisasi, dan semangat gotong-royong masyarakat meningkat. Di samping itu, Saemaul Undong telah berpengaruh terhadap keberhasilan Korea Selatan menjadi negara anggota OECD pada tahun 1996.

Tujuan utama dari Saemaul Undong adalah (1) untuk mengembangkan karakter masyarakat yang modern, nyaman dan komunitas yang bermanfaat (2)mewujudkan perusahaan yang membanggakan bagi pekerja dimana keberlanjutan hubungan kerja terjalin berdasarkan kerjasama dan iklim kerja yang saling percaya, (3) untuk mengembangkan dan mempertahankan kondidi masyarakat yang tulus dan sehat yang para anggotanya mampu menjalin interaksi yang dekat dan akrab, dan (4) secara terus menerus membangun negara yang membanaggakan bagi rakyatnya. Masyarakat seperti itu mampu terwujud dengan kedewasaan masing-masing individu, pertumbuhan ekonomi yang nyata, dan kekuatan budaya terstruktur dan berasaskan moral. Program ini bukan hanya dijalankan secara praktek bagi masyarakat, tapi juga menanamkan kemandirian serta optimisme bahwa masyarakat desa harus bertindak, bisa bertindak, dan akan bertindak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun