Oleh: Nrahayoe
Malam menggantung di antara subuh dan gelayutan doa-doa,
Ribuan zikir berebut agar terhitung pada butiran tasbih.
Tapak sejarah tanggal dan tersenggal-senggal,
Catatannya ngesot tak punya kaki tuk lari.
Bukan lagi kebenaran lalu berlalu dan malu,
Apalagi secuil nyata di layar dunia fana,
Ia coretan tumpang tindih kesemrawutan kuasa manusia.
Sejarah tak mampu mengenali dirinya sendiri,
Lupa kronologi, periodisasi, tertinggal narasi
Sejarawan buta dusta orang-orang lamaÂ
Tak bisa selamatkan sejarah berdarah-darah
Dijarah ramah-ramah biar pasrah
Merosok dalam-dalam tengah malam
Dengkur tidur tak engar sejarah diawur
Berkata sejarah kabur dikira nglantur
Ngomong sejarah gosong dicap omong kosong
Sejarah tak bergairah.
Puisi ini pernah dimuat dalam antologi puisi Stasiun Pukul Tujuh yang diterbitkan oleh Airlangga University Press tahun 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H