Lansia bukan sebatas lanjut usia. Tetap menikmati aneka kegiatan disesuaikan ritmenya. Salah satunya bepergian dengan transportasi umum. Pemilihan moda transportasi disesuaikan dengan kepraktisan.
Aksesbilitas tempat tinggal dan tujuan. Mempertimbangkan kenyamanan selama perjalanan. Meski memiliki waktu longgar, lansia juga peduli dengan ketepatan waktu. Berhitung waktu keberangkatan dan ketibaan.
Nah salah satu pilihan moda transportasi adalah kereta api. Waduh naik kereta api bukankah akan berjejal? Bagaimana tubuh lansia di tengah kerumunan masa?
Transformasi layanan kereta api sungguh mengagumkan. Penertiban jumlah penumpang dan kapasitas terutama untuk kereta jarak jauh. Kenyamanan penumpang diutamakan dengan perbaikan fasilitas baik di kereta pun stasiun.
Salah satu fasilitas menarik bagi lansia adalah reduksi harga sebesar 20%. Aha pengurangan harga tiket pastinya melebarkan senyum bagi kami lansia. Penghematan yang dapat dialihkan untuk keperluan lain selama bepergian.
Reduksi biaya tiket bukan hanya ranah ekonomi. Terbersit apresiasi penghargaan bagi lansia. Usia adalah berkat dan kereta api Indonesia (KAI) mewujudnyatakan apresiasi melalui reduksi. Ranah psikis emosional yang empatik.
Susahkah mendapatkan fasilitas reduksi ini? Sebagai lansia cukup melakukan registrasi di customer service KAI di stasiun. Nah simbok kebun eh simbah ya mendaftar di Stasiun Tawang Semarang sekian warsa lalu. Cukup berbekal Kartu Tanda Penduduk, data sah kriteria lansia.
Pengurangan biaya sebesar 20% ini berlaku untuk pembelian tiket melalui aplikasi Access by KAI maupun tiket go show.
Seiring perkembangan teknologi, pemesanan tiket kereta api juga menyesuaikan. Aplikasi seluler untuk kemudahan pemesanan tiket diawali sejak masa-masa Ignasius Jonan menjabat sebagai Direktur Utama PT KAI. Gebrakan yang membuat wajah perkeretaapian Indonesia moncer.
Aplikasi ini selalu disesuaikan dengan zaman. Dilanjutkan oleh penerusnya Didiek Hartantyo, Direktur Utama PT KAI kini. Fitur Access by KAI semakin dilengkapi. Bukan hanya untuk kereta antar kota, terintegrasi dengan kereta lokal, commuter line, LRT, bandara maupun Whoosh.
Demi kenyamanan berkereta api, kami para lansia juga perlu kesadaran mau belajar. Setidaknya tidak alergi dengan aplikasi. Pengalaman berkereta menjadi wahana mendidik kami lansia. Lah seturut dengan gaya KAI yang Mendidiek Jadi Lebih Baik.
Beneran sudah mencoba fasilitas reduksi harga tiket? Ini salah satu buktinya. Melakukan pembelian tiket Argo Sindoro via aplikasi. Memilih keberangkatan pagi dari Semarang 06.00 sampai Gambir 11.40. Pertimbangan hari kerja, simbok dapat naik kendaraan sendiri di siang hari
Ini dia tangkap kamera saat sampai di stasiun Tawang yang sekarang bernama Semarang Tawang Bank Jateng sebelum mentari terbit. Suasana peron masih lengang. Seperti biasa bawaan standar minimal berupa tas selempang untuk tiket dll, ransel cangkul eh laptop dan 1 koper ukuran kabin.
Lah meski hanya 1 koper kabin mengapa terlihat dipanggul ringan porter? Terpikat dengan krida seorang porter, beliau membantu memandu penumpang yang cetak boarding pass di mesin. Tanpa kentara beliau mengarahkan masukkan kode booking, cari lalu cetak tiket.
Aha sebenarnya kini tidak perlu cetak boarding pass di mesin anjungan. Melalui aplikasi kita dapat melakukan boarding secara daring, mendapat e-boarding yang siap ditunjukkan kepada petugas. Perkembangan berikutnya dengan face recognition.
Penataan porter sangat terasa. Selain membantu penumpang membawakan barang, beliau bersama dengan petugas stasiun berbaris saat kereta berangkat. Ungkapan selamat bertugas kepada masinis serta awak kereta juga bagi penumpang.
Menyimak barisan salam pemberangkatan dari arah stasiun dan dari gerbong kereta api menghadirkan rasa syukur. Kesatuan tim perkeretaapian dalam tugas. Salam dan doa yang menghangatkan hati.
Bagaimana dengan layanan lain dari aplikasi? Ada layanan tambahan railfood, taksi, bus maupun hotel. Ini pengalaman simbok menjajal layanan tambahan taksi. Perjalanan dari Gambir ke Semarang.
Menjelang stasiun Tawang Bank Jateng Semarang, dering tilpun terdengar panggilan dari driver taksi penjemput. Beneran terintegrasi antara layanan kereta dengan taksi. Driver berada di areal kedatangan sambil menyebut nama calon penumpang, wkwk serasa dijemput dengan papan nama.
Eits saat kendaraan taksi hendak jalan kan perlu pass code 2 digit ya. Lah kenapa belum muncul di aplikasi ponsel simbok? Bapak driver menghubungi petugas armada taksi dan disarankan kami ke customer services KAI.
Lumayan butuh waktu untuk sinkronisasi informasi yang akhirnya terkirim ke ponsel simbok. [mungkin ini case pada simbok. Intinya ada komunikasi dan terbantu oleh koordinasi dari armada kereta api dan taksi] Nah beneran kereta dan mendidiek lebih baik hehe.
Meski bawaan selalu ringkas, simbok sangat irit gerakin otot punggung. Inilah salah satu alasan pilih kursi dekat jendela. Bila malas naik dan turunkan koper meski sekitar 8 kg, saya rela meletakkan koper di sisi jendela.
Paling hanya sedikit mengurangi ruang gerak kaki, yang bagi simbok masih tetap longgar. Tanpa mengganggu penumpang yang duduk di sebelah. Nyaman dan sehat bagi punggung.
Salah satu kebiasaan simbok adalah menulis posisi kursi. Biasanya memilih kursi no 6-8 posisi tengah yang nyaman dari goncangan. Kenapa posisi kursi saya catat?
Karena saat pilih seat pesan, saya kembali naksir posisi dekat jendela kiri dari arah Jakarta ke Semarang. Teringat pesanan sebelumnya, saya kembali pilih kursi A, weladalah ternyata kursi A berada di sisi jendela kanan. Yah saatnya gantian mengulik sisi kanan perjalanan dari Barat ke Timur.
Penyeimbang panorama dari jendele kereta sisi kiri dan kanan. Panorama dataran sawah dan pantai di sisi utara. Sawah dan gunung di sisi selatan.
Mata simbok seperti biasa tertambat pada hamparan sawah mulai dari tanam hingga panen. Naluri sangat dasar merasa nyaman melihat hamparan sawah penyedia kecukupan pangan. Sawah berpadu dengan pohon mangga sebelum daerah Cirebon. Pengingat paduan padi sawah dengan tanaman jeruk di daerah Purworejo.
Woke ini cerita simbok tentang lansia nyepur. Nyepur artinya naik sepur. Sepur adalah kereta api dalam bahasa  Jawa. Asalnya adalah spoor bahasa Belanda, jalur kereta alias rel.Â
Siapa tahu lain kali berperan sebagai duta lansia dan kereta hehe.... Salam sehat selalu. Naik kereta api tut tut tut siapa hendak turut. Kini kereta api semakin nyaman ramah lansia. Nyepur yook lur... Â (mari berkereta, sahabat)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI