Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Muntilan Menjelang Imlek: Nyonya Pang, Kelenteng, dan Bubur Malam

7 Februari 2024   19:22 Diperbarui: 8 Februari 2024   11:50 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian kue. (Dokumentasi pribadi)

Minggu ini memiliki akhir pekan lumayan panjang. Peringatan Isra Miraj dan Tahun Baru Imlek berdampingan. Mari melongok Muntilan menjelang imlek 2024.

Kota Muntilan memiliki banyak keunikan. Berada di ruas jalur utama Yogyakarta-Magelang, nadi transportasi dan perniagaan. Perlintasan yang menyuburkan asimilasi antar budaya.

Bauran etnis mewarnai kota Muntilan. Begitupun ragam kepercayaan religi. Menjadikan Muntilan kota yang eksotik, tidak mudah dilupakan. Mengundang pelintas tidak bosan mampir. Juga saat menjelang perayaan Imlek.

Nyonya Pang

Melintas sore hari berhujan, niatnya mencari camilan penganan jadul. Salah satu ampiran adalah toko Nyonya Pang. Andalan utamanya jenang/dodol, wajik, dan tape ketan.

Wira wiri di media sosial, menjadi jujugan para pembuat konten. Serial Gadis Kretek yang diangkat dari novel kawentar karya penulis handal, RatihKumala. Imbas positif publisitas dari karya film.

Mbak Ratih Kumala pada halaman 241 bertutur melalui Lebas, salah satu tokoh dalam novel.

"Wajik Ny. Pang di kiri jalan seolah pertapa yang telah membatu dan menjadi saksi Kota M sejak zaman Penjajahan Belanda."

Menggiring pembaca untuk menginterpretasi Kota M adalah Muntilan. Toko Nyonya Pang berada di kiri jalan jalur Yogya-Magelang. Aha mantra mbak Ratih membangunkan pertapa yang telah membatu. Mengungkit geliat ekonomi berbasis UMKM.

Suasana Toko Nyonya Pang. (Dokumentasi pribadi)
Suasana Toko Nyonya Pang. (Dokumentasi pribadi)

Sore itu toko lumayan ramai. Penanda berukuran besar jenang/dodol Nyonya Pang. Berjualan sejak 1912 dengan tengara foto antar generasi. Dagangan bukan hanya makanan buatan sendiri. Menerima titipan, kemitraan yang dirintis sejak awal.

Toko antar generasi. (Dokumentasi pribadi)
Toko antar generasi. (Dokumentasi pribadi)

Aneka jajanan yang terpajang di etalase mengundang selera pembeli. Pewakil produk berbahan baku ketan adalah tapai ketan berwarna hijau. Tapai ketan melekat dengan identitas Muntilan kota tapai. [Selintas usil eh tapai atau tape ya, melongok KBBI yang tercatat adalah tapai.]

Pun penganan wajik ketan. Tampil memikat dengan warna hijau pandan, pink dan merah gula kelapa. Wajik sangat lekat dengan budaya Jawa. Simbol manis gurih dan lekatnya persaudaraan. Hadir dalam aneka acara tradisi.

Sebagian kue. (Dokumentasi pribadi)
Sebagian kue. (Dokumentasi pribadi)

Melirik si cantik putri mandi. Lah rasa dasarnya adalah kue mendut. Bola-bola tepung ketan berisikan paduan kelapa muda parut dan gula. Rasa manis rupa cantik aneka warna. Sedang berendam dalam areh santan putih jadilah putri mandi.

Tergoda penganan lain? Mari cicip kue moho. Penganan jadul dengan pengembang tapai, ada kemiripan dengan bolu kukus yang mekar cantik. Simbok penyuga cagar merunutnya.

Kue Moho tercatat dalam pengusulan warisan budaya takbenda tingkat nasional. Diusulkan pada tahun 2020 dengan Nomor Registrasi 2020010026. Pengusul Provinsi Jawa Tengah.

Kue ini mirip dengan bakpao. Sebutannya Miku. Menurut pramuniaga pengembangnya bukan ragi langsung, namun tapai. Sinergi antara ragi-tapai-dan kue miku pun moho.

Tentunya tidak ketinggalan parade kue dodol khas sajian imlek. Kue nan legit berbahan dasar tepung ketan dan gula. Masih ingat zaman dulu berbungkus daun keranjang. Kini beradaptasi dalam warna pun kemasan.

Kelenteng Hok An Kiong

Menjelang perayaan imlek, menuntun langkah melongok Kelenteng Hok An Kiong. Beralamat di Jl. Pemuda No.100 Muntilan, berseberangan dengan toko Nyonya Pang. Gemerlap lampion bergantungan belum terasa. Ini kunjungan seminggu sebelum hari perayaan.

Gerbang Kelenteng Hok An Kiong. (Dokumentasi pribadi)
Gerbang Kelenteng Hok An Kiong. (Dokumentasi pribadi)

Kelenteng Hok An Kiong merangkum kebersamaan. Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD para penganut ajaran Kong Hu Cu, Taoisme, dan pemeluk agama Buddha.

Keistimewaan kelenteng Hok An Kiong Muntilan pada ukuran Hio-lo (tempat untuk menancapkan hio/dupa) yang jumbo. Berbahan perunggu, dengan ukuran panjang 158 cm, diameter 188 cm dan berat 3,8 ton. Tercatat paling besar di Asia Tenggara.

Kembali menelusuri dokumen percagaran. Kelenteng Hok An Kiong Muntilan tercatat sebagai cagar budaya peringkat Kabupaten/kota. Jenis cagar budaya benda. Disahkan dengan No SK 180.182.317. KEP. 23.2015 tertanggal 2016-04-27.

Bubur Malam

Masih di sekitar toko Nyonya Pang. Kalau Kelenteng Hok An Kiong berseberangan arah kiri, lah di emperan toko sebelah kanan terdapat tenda bubur malam 2. Melengkapi ampiran di Kota Muntilan jelang perayaan imlek.

Bubur malam. (Dokumentasi pribadi)
Bubur malam. (Dokumentasi pribadi)

Kebanyakan penjaja bubur buka di pagi hingga siang hari. Beberapa membuat pembeda dengan bubur malam yang buka sore dan ramai hingga malam hari. Tiada lagi pembatas antara waktu dan jenis makanan.

Penjual dengan ramah menawarkan nasi atau bubur, dibungkus atau makan di tempat. Beliau menyarankan bubur dipisah dengan lauk sayur. Aneka pilihan lauk dan sayur. Atas arahan penjual dijajallah bubur dengan lauk krecek dan sayur lompong.

Sayur lompong terbuat dari tangkai daun talas. Dipilih jenis talas khusus yang tidak gatal. Teringat Muntilan sangat terkenal dengan buntil daun talas. Sayuran yang terbuat dari lapisan daun talas berbumbu dengan isian tongkol berkuah santan gurih pedas. Berbungkus daun pisang.

Cukup dulu ya singgah sejenak di Muntilan menjelang imlek. Merasakan semangat bauran masyarakat setempat. Minimal melalui kuliner akulturasi. 

Salam kebersamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun