Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kelana Memori Upacara Bendera di Istana Merdeka Berbekal Popok Bayi

15 Agustus 2023   07:25 Diperbarui: 21 Agustus 2023   12:41 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Undangan mengikuti upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1987 (dokumen pribadi)

Indonesia Raya, Merdeka...Merdeka... Mata kami berkaca-kaca di Istana Merdeka pada 17 Agustus 1987 silam. Ya 17 Agustus 1987 atau 36 tahun lampau. Tidak menyangka simbok kebun unyu menjadi bagian dari ribuan peserta. Kenangan berbekal popok bayi dan tidur telungkup, sulit terhapus dari hati.

Pengalaman dan makna upacara bendera

Upacara bendera peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia dilaksanakan setiap tanggal 17 Agustus. Berlangsung di aneka tempat. Seluruh penjuru negeri dari pusat hingga pelosok. Juga di luar negeri utamanya instansi perwakilan resmi negara.

Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Jakarta, dilaksanakan dengan Upacara Pengibaran Bendera (menjelang pukul 10 pagi). Sorenya dilanjutkan Upacara Penyimpanan kembali Bendera Merah Putih (menjelang pukul 5 sore).

Upacara dipimpin oleh Presiden. Dihadiri oleh pejabat negara maupun tamu negara. Berbagai komponen diundang hadir. Diantaranya aneka pewakil berprestasi. Kini juga dibuka peluang bergabung upacara bendera nasional secara virtual.

Suatu pengalaman berharga berkesempatan mengikuti upacara bendera di Istana Merdeka. Menyimak kemegahan duplikat bendera pusaka berkibar di angkasa. Krida Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) melaksanakan pengibaran dan/atau penurunan duplikat sang saka merah putih.

Undangan mengikuti upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1987 (dokumen pribadi)
Undangan mengikuti upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1987 (dokumen pribadi)

Istana Merdeka di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta. Berada di sebelah Selatan Istana Negara. Sering tertukar penyebutannya. Istana Merdeka awalnya adalah Paleis te Koningsplein (Istana Koningsplein). Upacara peringatan Detik-detik Proklamasi dilaksanakan di sini.

Tempat upacara bendera peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia berbeda-beda. Pemaknaan upacara bendera dinamis seturut masa dan rasa pribadi. Ada bagian semangat gelora yang sama.

Ungkapan gema syukur atas penyertaan Illahi bagi negara dan bangsa. Estafet krida dan karya bagi Nusantara. Kondisi saat ini adalah resultante perjuangan sebelumnya di segala bidang.

Bukan hanya keunggulan narasi. Jejak nyata ada pada kehidupan keseharian. Tentunya diperlukan kebesaran hati menerima evaluasi. Tiada proses yang sempurna di semua lini. Setiap komponen berkiprah sesuai dengan dharmanya.

Lah simbok mana sanggup beropini. Setidaknya menjejakkan sejumput kisah mengikuti upacara bendera peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Menuliskan kenangan dari sisi kebun keseharian.

Kelana memori kenangan tak terlupakan

Berbekal popok bayi. Lah bagaimana ceritanya mengikuti upacara kenegaraan berbekal popok bayi. Yuup saat itu Mas Mbarep (anak sulung) baru berumur 5 bulan. Saat simboknya harus mengemban tugas kebun.

Ibu, eyangnya mas mbarep menawarkan solusi. Ritual dan tatacara tradisionalpun diterapkan. Membawa pompa ASI plus kompres dengan popok bayi.

Jangan dibayangkan sudah masanya pampers. Kala itu popok bayi dibuat sendiri dari kain tetra berwarna putih berbahan serat alami dengan daya serap tinggi. Bagian pinggir dirajut oleh Eyang maupun simboknya.

Mengapa popok bayi. Hehe tujuan psikologisnya adalah tetap dekat rasa dengan bayi. Secara fisik kompresan lembutnya menjaga aliran ASI. Jadilah popok bayi perlengkapan mengikuti upacara bendera di istana merdeka.

Tidur telungkup. Alamak, apa pula ini ritual simbok mengikuti upacara bendera? Nah saudara pembaca K, memenuhi undangan kenegaraan bermakna para simbok siap dengan busana berkain dan berkebaya.

Eits bukan berkain model jadi ala rok panjang berwiru depan ya. Kami mendapat kain jarik corak lereng seragam lembaran utuh. Satu setel dengan kebaya model kartinian biru bercorak bunga.

Bersanggul maraton muasal tidur telungkup (dokumen pribadi)
Bersanggul maraton muasal tidur telungkup (dokumen pribadi)

Lah terapkan pelajaran mewiru kain dari sesepuh. Memakainya model dibelit beberapa kali plus ikatan stagen panjang. Aha yang emak jadul pasti membaca sambil tersenyum.

Urusan kain masih oke. Hal yang bikin puyeng adalah masalah konde. Kan belum model konde ringan ditempel dengan jepit sirkam. Masih lumayan sudah lewat dari fase 'cemara' panjang.

Ceritanya bermula tanggal 16 Agustus 1987 pagi buta kami para ibu sudah disanggul oleh petugas yang disediakan oleh panitia. Kalau make up wajah harus siap ngelenong sendiri. Acara 16 Agustus pagi adalah mendengarkan pidato pertanggungjawaban Presiden di Gedung MPR.

Lanjut siangnya jumpa punggawa induk instansi. Simbok bernaung di lembaga Begawan Fuad Hassan. Sore hari berganti kain dan kebaya untuk mengikuti renungan suci di TMP Kalibata.

Berlanjut malamnya tidur telungkup ada pula sahabat yang duduk di kursi. Hanya melepas konde pasangan tanpa mengubah rias sasakan rambut. Kecuali beberapa bunda yang memang terampil bersanggul sendiri. Demi menghemat waktu esok tinggal pasang konde lagi.

Pagi hari 17 Agustus 1987 menghadiri acara inti memperingati detik-detik proklamasi. Kelar upacara disambung acara lain beruntun hingga siap untuk upacara penyimpanan kembali bendera masih dengan busana yang sama.

Malamnya sudah tidak mampu tidur tengkurap mempertahankan sasak. Meski esok paginya tetap berbusana kain kebaya dan sanggulan lagi. Semua rela bangun jauh lebih pagi, saling sasak rambut seadanya antar peserta.

Kain dan kebaya gantikah? Hehe tetap menggunakan seragam yang dipakai seharian tanggal 17 Agustus 1987. Kain dan kebaya dari ibu negara dipakai untuk beberapa agenda acara. Belum zaman laundry hotel cuci cepat keringkan. Modalnya sreettt semprot parfum hehe.

Berdelapan eh pas dengan Agustus 1987 (dokumen pribadi)
Berdelapan eh pas dengan Agustus 1987 (dokumen pribadi)

Sendal jinjit jebol. Masih kerempongan makemak. Membawa sediaan kain dan kebaya memadai tanpa dibarengi cadangan sandal jinjit atau berhak tinggi. Dipakai berurutan si sendal ikutan unjuk rasa. Walhasil panitia membantu pasang selotip hingga sol ringan. Panitia sigap berbekal pengalaman tahun sebelumnya.

Lah mengapa tidak pakai sepatu kets dan berkain? Ini tahun 1987 sobat, belum zamannya para perempuan berkain bersepatu kets. Atau membeli sandal ganti secara daring diantar ke hotel. Belum zaman ponsel.

Paling peserta asal Jakarta tilpun ke rumah menggunakan tilpun hotel untuk memasok kebutuhan kami. Saling membantu antar peserta sangat terasa. Menjadi kenangan persahabatan indah. Salam hangat buat sahabat dimanapun kini.

Terulang 3 tahun kemudian. Sungguh suatu berkat hadir dengan caranya sendiri. Tiga tahun kemudian, undangan menghadiri upacara 17 Agustus 1990 di Istana Negara menghampiri. Kini yang dituju adalah PakSu yang saat simbok diutus sedang nyantrik lanjut di padepokan hijau.

Upacara bendera di Istana Merdeka 1990 (dokumen pribadi)
Upacara bendera di Istana Merdeka 1990 (dokumen pribadi)

Lah kali ini jadi berkatnya Mas Tengah yang anteng dalam kandungan. Kenangannya tetap unik, berangkat ke Jakarta hanya beberapa hari usai nginap di RS Elizabet. Saat upacara berjumpa dengan dokter yang merawatnya.

Tentunya tanpa drama popok bayi, tidur tengkurap pun sandal jinjit jebol. Gantian keluarga dan mas mbarep kecil yang nonton di depan televisi. Bersorak nyaring saat ayahnya tersorot kamera. Belum model merekam ataupun tangkapan layar ala kini sebagai kenangan.

Sengaja ya tanpa foto indivual yang jelas, semua foto ombyokan. Sekalian amancu (anak mantu cucu) lomba menebak yang mana simbok bapak pun simbahnya dalam rombongan tersebut, hehe. Mohon maaf bila pembaca Kompasiana tidak mendapati jejak langsung simbok. Memangnya ditanya?

Upacara Bendera di Istana Merdeka berbekal popok bayi. Mendebarkan mengharukan saat dijalani. Kelana memori di masa kini. Bagian dari perjalanan diri. Selamat Ulang Tahun ke 78, Dirgahayu Indonesia.

Catatan: Dongeng Agustusan dari kebun. Sebagai apresiasi untuk Bang Horas yang menggawangi komunitas Kopaja71 selain Cerpen sastra dan Pulpen. Simbok kebun adiyuswa belain bongkar album lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun