Terulang 3 tahun kemudian. Sungguh suatu berkat hadir dengan caranya sendiri. Tiga tahun kemudian, undangan menghadiri upacara 17 Agustus 1990 di Istana Negara menghampiri. Kini yang dituju adalah PakSu yang saat simbok diutus sedang nyantrik lanjut di padepokan hijau.
Lah kali ini jadi berkatnya Mas Tengah yang anteng dalam kandungan. Kenangannya tetap unik, berangkat ke Jakarta hanya beberapa hari usai nginap di RS Elizabet. Saat upacara berjumpa dengan dokter yang merawatnya.
Tentunya tanpa drama popok bayi, tidur tengkurap pun sandal jinjit jebol. Gantian keluarga dan mas mbarep kecil yang nonton di depan televisi. Bersorak nyaring saat ayahnya tersorot kamera. Belum model merekam ataupun tangkapan layar ala kini sebagai kenangan.
Sengaja ya tanpa foto indivual yang jelas, semua foto ombyokan. Sekalian amancu (anak mantu cucu) lomba menebak yang mana simbok bapak pun simbahnya dalam rombongan tersebut, hehe. Mohon maaf bila pembaca Kompasiana tidak mendapati jejak langsung simbok. Memangnya ditanya?
Upacara Bendera di Istana Merdeka berbekal popok bayi. Mendebarkan mengharukan saat dijalani. Kelana memori di masa kini. Bagian dari perjalanan diri. Selamat Ulang Tahun ke 78, Dirgahayu Indonesia.
Catatan: Dongeng Agustusan dari kebun. Sebagai apresiasi untuk Bang Horas yang menggawangi komunitas Kopaja71 selain Cerpen sastra dan Pulpen. Simbok kebun adiyuswa belain bongkar album lama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H