Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kelana Memori Upacara Bendera di Istana Merdeka Berbekal Popok Bayi

15 Agustus 2023   07:25 Diperbarui: 21 Agustus 2023   12:41 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersanggul maraton muasal tidur telungkup (dokumen pribadi)

Urusan kain masih oke. Hal yang bikin puyeng adalah masalah konde. Kan belum model konde ringan ditempel dengan jepit sirkam. Masih lumayan sudah lewat dari fase 'cemara' panjang.

Ceritanya bermula tanggal 16 Agustus 1987 pagi buta kami para ibu sudah disanggul oleh petugas yang disediakan oleh panitia. Kalau make up wajah harus siap ngelenong sendiri. Acara 16 Agustus pagi adalah mendengarkan pidato pertanggungjawaban Presiden di Gedung MPR.

Lanjut siangnya jumpa punggawa induk instansi. Simbok bernaung di lembaga Begawan Fuad Hassan. Sore hari berganti kain dan kebaya untuk mengikuti renungan suci di TMP Kalibata.

Berlanjut malamnya tidur telungkup ada pula sahabat yang duduk di kursi. Hanya melepas konde pasangan tanpa mengubah rias sasakan rambut. Kecuali beberapa bunda yang memang terampil bersanggul sendiri. Demi menghemat waktu esok tinggal pasang konde lagi.

Pagi hari 17 Agustus 1987 menghadiri acara inti memperingati detik-detik proklamasi. Kelar upacara disambung acara lain beruntun hingga siap untuk upacara penyimpanan kembali bendera masih dengan busana yang sama.

Malamnya sudah tidak mampu tidur tengkurap mempertahankan sasak. Meski esok paginya tetap berbusana kain kebaya dan sanggulan lagi. Semua rela bangun jauh lebih pagi, saling sasak rambut seadanya antar peserta.

Kain dan kebaya gantikah? Hehe tetap menggunakan seragam yang dipakai seharian tanggal 17 Agustus 1987. Kain dan kebaya dari ibu negara dipakai untuk beberapa agenda acara. Belum zaman laundry hotel cuci cepat keringkan. Modalnya sreettt semprot parfum hehe.

Berdelapan eh pas dengan Agustus 1987 (dokumen pribadi)
Berdelapan eh pas dengan Agustus 1987 (dokumen pribadi)

Sendal jinjit jebol. Masih kerempongan makemak. Membawa sediaan kain dan kebaya memadai tanpa dibarengi cadangan sandal jinjit atau berhak tinggi. Dipakai berurutan si sendal ikutan unjuk rasa. Walhasil panitia membantu pasang selotip hingga sol ringan. Panitia sigap berbekal pengalaman tahun sebelumnya.

Lah mengapa tidak pakai sepatu kets dan berkain? Ini tahun 1987 sobat, belum zamannya para perempuan berkain bersepatu kets. Atau membeli sandal ganti secara daring diantar ke hotel. Belum zaman ponsel.

Paling peserta asal Jakarta tilpun ke rumah menggunakan tilpun hotel untuk memasok kebutuhan kami. Saling membantu antar peserta sangat terasa. Menjadi kenangan persahabatan indah. Salam hangat buat sahabat dimanapun kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun