Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menyimak Gastrodiplomasi di Pasar Kangen Yogya 2023

1 Agustus 2023   18:30 Diperbarui: 1 Agustus 2023   18:31 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Songgobuwono kaya filosofi (dokumen pribadi)

Makan dulu baru berunding. Sesanti yang banyak dianut oleh ragam budaya masyarakat. Kekuatan gastrodiplomasi tangguh.

Berkunjung ke Yogya ditawari dolan ke Pasar Kangen Yogya 2023, ayook saja. Terkesima menyimak gastrodiplomasi melalui aneka sajian yang dijajakan. Mari simbok kebun ceritakan buat pembaca Kompasiana tercinta.

Gandeng gendong Pasar Kangen Yogya 2023

Mendekati kawasan Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani Nomor 1, Kalurahan Ngupasan, Kemantren Gondomanan, Kota Yogyakarta, lalu lintas sangat padat. Ada agenda unik Pasar Kangen Yogyakarta yang berlangsung 27 Juli -- 5 Agustus 2023.

Tema yang diangkat unik yaitu Gandeng Gendong. Menandaskan perlunya Kerjasama yang saling mendukung. Pengusaha pelaku industri, masyarakat, perbankan, swasta maupun pemerintah. Ada kalanya cukup digandeng bila perlu digendong agar berdaya.

Gandeng gendong tema pasar kangen Yogya 2023 (Dokumen pribadi)
Gandeng gendong tema pasar kangen Yogya 2023 (Dokumen pribadi)

Sekitar 170 stan penjaja kuliner tempo dulu dan kerajinan pun barang lawas antik berpadu. Belum lagi workshop dan gelar budaya yang meramaikan acara ini. Berbagi pengetahuan baik di aras teknologi pun manajemen dikemas padu melalui Pasar Kangen Yogya 2023.

Kunjungan singkat di hari Sabtu 29 Juli 2023. Menjadi bagian dari pengunjung yang memenuhi Taman Budaya Yogyakarta. Memasuki areal disambut dengan Kebun Tebu. Tersenyum membaca isih kelingan ora jamane nyolong tebu, masih ingatkah saat mencuri tebu? Hehe ini mah era simbok kebun.

Kebun tebu pasar kangen (Dokumen pribadi)
Kebun tebu pasar kangen (Dokumen pribadi)

Larut dalam lautan pengunjung, Sebagian memenuhi depan panggung menikmati pertunjukan sambil ngemil jajanan jadul. Beringsut ke sudut lain mengulik suasana yang berbeda di setiap stan.

Kerumunan di depan panggung (dokumen pribadi)
Kerumunan di depan panggung (dokumen pribadi)

Gastrodiplomasi melalui Songgobuwono pun kue Clorot

Menyimak kemelimpahan sajian kuliner, batin simbok berkelana pada gastronomi. Lah apa sih bedanya, kan saling menyoal makanan.

Kuliner menekankan pada proses masak memasak dan seni menikmati makanan. Gastronomi mempelajari dimensi sejarah, filosofi, dan latar budaya dari makanan (media Indonesia.com)

Muatan dimensi sejarah, filosofi, dan budaya menempatkan gastronomi pada lintasan promosi budaya. Keberadaan elemen budaya membawa gastronomi sebagai komponen klaster diplomasi kebudayaan. Sehingga dikenal istilah gastrodiplomasi.

Mari ikuti olah mata simbok di pasar kangen. Terkesima di beberapa stan yang menjajakan suguhan Songgobuwono. Wujudnya adalah kulit kue soes yang diisi telor, cacahan daging, daun slada dan acar. Sekilas mirip hamburger.

Menilik sejarahnya, makanan ini merupakan akulturasi budaya Jawa dan Eropa. Bermula pada masa pemerintahan Hamengku Buwono VII dan dikembangkan pada masa Hamengku Buwono VIII. Simbol adaptasi politik kerajaan pada masa pemerintahan Belanda.

Songgobuwono kaya filosofi (dokumen pribadi)
Songgobuwono kaya filosofi (dokumen pribadi)

Filosofi luhur dari makanan ini. Songgobuwono, songgo atau sangga yaitu menyangga dan buwono atau buwana yaitu dunia. Songgobuwono bermakna penyangga kehidupan alam semesta, suatu pengakuan atas pemeliharaan Illahi.

Kulit soes sebagai perlambang bumi, daging adalah penduduk bumi, telur sebagai gunung. Selada perlambang tumbuhan sumber kehidupan. Acar perlambang bintang di langit.

Kudapan ini semula hanya menjadi penganan pyayi keraton. Kini marak disantap oleh aneka kalangan. Tidak hanya sekedar menikmati kuliner namun menghayati gastronomi. Bahkan bagian dari gastrodiplomasi.

Selaku simbok penyuka cagar, perunutan berlanjut. Melacak jejak pencatatan warisan budaya takbenda. Tercatat pada tahun 2019 dengan Nomor. Registrasi 2019009431. Pengusul Provinsi DIY dengan Domain Kemahiran dan Kerajinan Tradisional. Namun belum mendapat penetapan.

Lanjut yook di stan lain. Ini dia kue clorot khas Purworejo. Bentuknya yang unik mirip terompet berkulit lilitan janur daun kelapa muda. Makanan yang sama dinamai berbeda, di Tuban disebut dengan dumbek berbalut daun lontar.

Kue Clorot dengan filosofinya (Dokumen pribadi)
Kue Clorot dengan filosofinya (Dokumen pribadi)

Bahan dasarnya adalah tepung beras, gula merah dan santan. Rasa kenyal mirip dodol. Aha cara makannya unik. Awalnya makan dengan cara membuka balutan yang melilit. Ternyata keliru, caranya dengan didorong dari pegangan bawah, kue serasa clorot ke atas dan dinikmati kelezatannya.

Aneka pemaknaan kue clorot. Bungkus janur dimaknai dari kata nur atau cahaya Illahi. Cara makan didorong ke atas pun dapat disesap pembelajaran setiap permasalahan hidup dapat diatasi dengan kuasa nur Illahi.

Clorot tidak anti perubahan. Berdamai dengan teknologi semisal vakum pada saat pengepakan. Menjadikan kue clorot lebih tahan lama. Tidak lagi penganan lokal namun siap memasuki ranah global.

Berbasis potensi lokal

Masih bertahan mengikuti cerita simbok? Dolan ke pasar kangen hati dibawa gembira saja. Tidak perlu mengerutkan dahi saat menjumpai penamaan stan dengan gaya cukup nakal menggoda.

Penamaan menggoda (dokumen pribadi)
Penamaan menggoda (dokumen pribadi)

Nah ini dia, menemui stan dengan urap dan pecel anggur laut (Caulerpa sp). Latoh nama daerahnya. Penganan berbasis potensi lokal laut. Sepincuk urap latoh dipadu kembang turi mari disantap. Ceplus menikmati sensasi khasnya saat kita santap.

Stan pecel dan urap anggur laut (Dokumen pribadi)
Stan pecel dan urap anggur laut (Dokumen pribadi)

Potensi lokal dari kejayaan laut kita. Kaya kandungan gizi juga aneka manfaat dari kajian fitofarmakanya. Sediaan pangan bagi siapapun yang kreatif.

Urap latoh (dokumen pribadi)
Urap latoh (dokumen pribadi)

Mari coba simak aneka penganan lokal ini. Semua bersumber dari kekayaan alam potensi lokal. Siap mendampingi kecukupan pangan negeri. Tentunya dengan tata kelola yang memadai tanpa monopoli pihak yang menguasai.

Aneka stan penganan tradisional jadul (Dokumen pribadi)
Aneka stan penganan tradisional jadul (Dokumen pribadi)

Setiap stan ramai pengunjung. Sebagian makan di tempat Sebagian minta dibungkus dibawa pulang. Bakalan potensi penumpukan sampah nih. Amatan saat kunjungan pembeli cukup tertib membuang sampah pada tempatnya juga pengambilan sampah oleh petugas secara berkala. Semoga tertib.

Bir Jawa (dokumen pribadi)
Bir Jawa (dokumen pribadi)

Naksir es goyang yang unik, sayang sedang berbenah. Belok saja ke stan bir Jawa. Alamak gaya penjajanya tidak kalah dengan bartender atupun barista. Seduhan aneka rempah dikocok dengan atraktif. Aha pastinya nol alkohol.

Stan kerajinan dan lawasan (dokumen pribadi)
Stan kerajinan dan lawasan (dokumen pribadi)

Hm dari tadi bahas kuliner pun gastrodiplomasi. Yook mengintip pajangan di stan dalam Gedung. Aneka kerajinan dan barang lawasan. Menarik sejumlah koran cetak edisi lawas pastinya memikat penyuka koleksi.

Penganan kekinian meramaikan Pasar Kangen Yogya (dokumen pribadi)
Penganan kekinian meramaikan Pasar Kangen Yogya (dokumen pribadi)

Sudah lelah, perut kenyang, tangan menenteng oleh-oleh. Saatnya pulang. Pasar kangen Yogya. Oh ya meski temanya kangen penganan tradisional, penyelenggara juga memberi ruang bagi makanan kekinian. Berjajar meriah sepanjang jalan di depan Taman Budaya Yogyakarta.

Kudapan penutup

Kunjungan sesaat di Pasar Kangen Yogya 2023. Bukan hanya mengenyangkan raga namun juga makanan jiwa. Eh mumpung masih berlangsung mari silakan singgah berpartisipasi.

Makanan bukan sebatas asupan organ pencernaan. Merambah budaya, sejarah dan filosofi. Siap ambil bagian dari diplomasi melalui gastrodiplomasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun