Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyigi Filosofi Kanca Gladak Pengusung Gunungan Grebeg

2 Juli 2023   19:37 Diperbarui: 4 Juli 2023   00:06 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persiapan di joglo Kadipaten (dokpri)

Tradisi grebeg ageng keraton dalam rangka Iduladha. Pawai gunungan dilanjut rebutan ngalap berkah. Tradisi budaya simbolisasi peran pemimpin sebagai kepanjangan tangan pemeliharaan Illahi. Mari menyigi filosofi kanca gladak pengusung gunungan grebeg.

Masih seputar suasana Iduladha 1444H di Yogyakarta. Rabu 28 malam pk 20.12, penikmat suasana santai di Jl Malioboro disuguhi pawai. Kelompok kecil ada 2 tim dengan anggota lintas generasi, ibu bapak, tua muda hingga kanak-kanak. Ada petugas membawa lembar kitab berukuran sangat besar.

Pawai jelang Grebeg Ageng di Malioboro (dokpri)
Pawai jelang Grebeg Ageng di Malioboro (dokpri)

Beruntung mengikuti kelanjutan agenda hari berikutnya meski 'meminjam mata' adik. Menyimak tradisi, memaknai filosofi yang disematkan oleh tradisi. Kini menuliskannya sebagai pengingat diri penunda lupa.

Grebeg dan gunungan

Pagi pk 06 adik berangkat. Bertugas sebagai bagian perwakilan RT untuk mengusung gunungan. Kumpulan petugas dari RT menjadi barisan desa. Terlihat ada rotasi petugas antar waktu. Sebagai duta desa di wilayah DIY selaku abdi dalem usung gunungan.

Ada beberapa grebeg di Yogyakarta. Grebeg Syawal jelang puasa, Grebeg Iduladha disebut grebeg besar atau grebeg ageng dan grebeg Maulud Nabi yang dikenal sebagai muludan atau sekatenan. Kegiatan religi yang ditopang oleh budaya setempat.

Kosakata grebeg aneka telaah. Ada yang gumrebeg suara angin besar yang memiliki filosofi sifat riuh, ribut dan ramai. Ada pengiring dari tindak langkah punggawa pembesar kraton.

Kekhasan acara adalah parade gunungan grebeg. Sebagai wujud syukur atas berkat Tuhan pada negeri. Kemakmuran, ketenteraman yang diyakini bersumber dari curahan berkat. Berkat ini dilambangkan dengan gunungan dengan beberapa pakem. Salah satunya gunungan hasil bumi.

Berkat kesejahteraan yang diteruskan raja kepada rakyat. Ditengarai ada beberapa titik awal dan finish perarakan gunungan. Gunungan setelah diarak akan diletakkan dan mulailah rebutan isi gunungan. Ngalap berkah, memohon berkat.

Menarik simbolisasi pemimpin adalah kepanjangan tangan pemeliharaan Sang Maha Kuasa. Otorisasi diikuti dengan limpahan kasih kepada yang dipimpin. Tanggung jawab berat mengupayakan kesejahteraan kawula.

Begitupun kesuyudan bakti kawula kepada pemimpin. Pemimpin adalah wakil atau junjungan dalam menata negeri. Kesejahteraan lahir batin tolok ukurnya. Kawula suyud bekti dalam acara ngalap berkah.

Ngalap berkah (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)
Ngalap berkah (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Filosofi kanca gladak

Menarik keberadaan kanca gladak. Kesatuan lintas generasi, lintas profesi, lintas religi kepercayaan juga lintas administrasi mukim. Menyatu dalam mengemban misi.

Lintas generasi, profesi, religi untuk tradisi budaya (dokpri)
Lintas generasi, profesi, religi untuk tradisi budaya (dokpri)

Tentunya seorang pemimpin dan tim akan bekerja dalam suatu hierarki. Setiap tataran menjalankan tugas fungsi pokoknya masing-masing. Diikat dalam tata kerja yang dilaksanakan secara harmoni.

Kanca gladak, kanca berarti teman juga sebutan dalam lingkungan abdi dalem. Mengacu pada bausastra (Kamus Bahasa Jawa) gladak adalah abdi dalem yang pekerjaannya angkat junjung di lingkungan keraton. Melakukan pekerjaan yang dilandasi oleh semangat kebersamaan.

Mari melihat kanca gladak dalam perspektif abdi dalem. Bukan abdi dalem artian langsung sentana dalem yang bermukim dalam lingkungan keraton. Ini duta utusan dari lingkup DIY yang menjadi bagian kesatuan wilayah.

Bregada asal daerah adik, berangkat ke keraton dengan bus dari PG Madukismo. Ganti busana di keraton. Setiap petugas mengenakan seragam kain biru motif jumputan bulat putih. Baju dan kuluk atau topi berwarna merah. Melebur menjadi satu identitas.

Pada waktu dulu setiap petugas laku nyeker. Tanpa alas kaki. Waduh panas kan kalau berjalan di aspal pun rentan terkena goresan. Kontekstualisasi kekinian mengenakan kasut. Kasut sering dimaknai kerelaan hati sebagai alas bertindak.

Setiap petugas mengenakan hati abdi dalem. Pengingat bahwa ladang tugas apapun adalah abdi dalem. Kepanjangan tangan dari pemimpin yang juga kepanjangan pemeliharaan Illahi. Menjadikan setiap pilihan tugas keseharian sebagai pemeliharaan kehidupan.

Persiapan di joglo Kadipaten (dokpri)
Persiapan di joglo Kadipaten (dokpri)

Usai bersiap secara fisik dengan mengenakan seragam tugas lanjut dengan penyiapan misi. Foto yang dikirim oleh adik, persiapan di joglo Kadipaten. Kadipaten adalah kelurahan di Kemantren Kraton, berada di lingkungan keraton. Berbaur aneka petugas grebeg ageng.

Mari lanjut kita ikuti perarakan. Petugas memikul gunungan di bagian pundak badan. Melihat ukuran gunungan dan blandar palang usungan ukuran lumayan besar. Tentunya suatu beban berat yang dipikul Bersama.

Pundak bagian tubuh dengan kekuatan besar. Memikul gunungan dengan sepenuh tenaga. Meyakini gunungan adalah simbol curahan berkat yang harus disampaikan kepada semua pihak yang berhak.  Gunungan berkat bukan disunggi di atas kepala ataupun dijinjing ringan dengan tangan.

Mengusung gunungan (kolase tangyar video, dokpri)
Mengusung gunungan (kolase tangyar video, dokpri)

Namun dipikul di bahu pundak yang kuat. Tan kena sinangga miring. Tidak boleh dipandang enteng, demikian nasihat para sesepuh. Amanah mengusung berkah bagian dari saluran berkat kepada sesama.

Selain arahan punggawa di depan barisan arak-arakan pawai gunungan terlihat barisan sistem banjar. Petugas di sebelah pemikul. Kesadaran akan beban berat dibarengi dengan strategi. Tambal sulam petugas pengusung, pergantian tanpa kentara selama perarakan. Strategi kekompakan menunaikan misi.

Tantangan kanca gladak pengusung gunungan bukan hanya pada beratnya amanah yang dipikul. Ketidak sabaran warga untuk segera ngalap berkah adalah ujian. Adik bercerita, pagar betis petugas keamanan melindungi petugas pengusung gunungan.

Keamanan pengawal gunungan (Sumber : VIVA/Cahyo Edi)
Keamanan pengawal gunungan (Sumber : VIVA/Cahyo Edi)

Pengingat sebagai warga penikmat ngalap berkah, kita juga sering tidak sabar. Kawalan makin ketat mendekati titik peletakan gunungan. Mengingat titik bahaya serbuan warga saat petugas menurunkan gunungan berpotensi petugas kejepit pikulan. Belum lagi terdorong oleh gerakan masa.

Rebutan isi gunungan (dokpri)
Rebutan isi gunungan (dokpri)

Foto rebutan isi gunungan menggambarkan antusiasme warga. Petugas kanca gladak berbaju merah baru serentangan tangan jarak dari gunungan yang diusungnya. Sukacita ngalap berkah. Dipercaya sebagai simbol kelancaran usaha warga. Peneguh filosofi, hidup adalah perjuangan.

Wasanakata

Kanca gladak mengusung gunungan berkat dengan identitas hati abdi dalem pengabdi budaya. Melakukan sepenuh tenaga dan mengatur strategi kekompakan menjalankan misi budaya. Simbolisasi penumpahan berkat atas negeri kepada warga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun