Wadah hantaran makanan mengalami transformasi mengikuti perkembangan zaman. Kini aneka wadah cantik menjadi pemanis hantaran. Sejenak nostalgia dengan dekon alias sarangan berupa anyaman daun kelapa sebagai wadah daging kurban.
Nostalgia sarangan daun kelapa kenduri
Liburan sejenak di wilayah Bantul, DIY pada masa cuti bersama Iduladha menghadirkan sejumlah kisah. Menerima daging kurban dalam wadah unik. Masyarakat DIY melakukan gerakan pengurangan kantong plastik. Mengulik pemberitaan, namanya dekon ada yang menulis dhekon alias sarangan daun kelapa.
Ingatan melayang pada masa kecil. Kami bergembira menyambut Bapak usai menghadiri kenduri. Mata menatap bontotan anyaman daun kelapa warna hijau.
Bapak atau Ibu membuka simpul teratas berupa tali siratan daun kelapa atau bambu. Terbukalah empat sudut ikatan yang berasal dari 2 kumpulan daun kelapa yang dianyam menyilang. Kini terlihat semacam mangkuk atau baskom nabati dengan aneka isi sajian kenduri tertutup daun pisang.
Selaku penanggung jawab distribusi isi, Ibu mengambil daun pisang penutup sebagai alas makan kami. Diisi dengan bawaan kenduri yang dialasi daun jati diatas anyaman daun kelapa. Usai makan semua bekas wadah kami buang ke pawuhan atau jugangan lubang sampah di kebun. Siap berproses menjadi kompos.
Pembungkus alami ramah lingkungan dan food loss
Kembali kepada hantaran daging kurban. Wujud bungkus menghidupkan kembali nostalgia masa kecil. Pengantar dengan mudah menenteng beberapa ikat sarangan.
Tidak khawatir isi daging tumpah? Tidaklah. Anyaman daun kelapa hijau rapat. Runutan bacaan menyebut terdiri dari 10 atau 12 helai daun kelapa. Dibagi 2 menjadi 5-6 per bagian lalu dianyam di bagian tengah.
Empat sudutnya masing-masing diikat dan dibentuk menjadi semacam mangkuk. Kemudian dialasi daun jati baru diisikan daging sesuai pembagian. Barulah keempat sudut poncot ini diikat dengan kuat. Keempat sudut sering dimaknai sebagai keutuhan empat penjuru mata angin.