Manusia mendapat mandat atas bumi dan seisinya. Tanggung jawab merawat bumi adalah wujud dasar spiritualitas semestinya integral. Relasi vertikal ke atas yang mewujud nyata dengan relasi horizontal. Mendatar ke arah lingkungan sekitar. Spiritualitas ekologis, menautkan alam dalam relasi.
Berada di lingkungan Gua Maria Pereng serasa berjumpa dengan Wischmeier. Beliau pakar konservasi tanah. Pembuat formula Universal Soil Loss Equation (USLE) atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (PUKT).
Formula sederhananya A = K R LS CP. A merujuk pada besarnya kehilangan tanah melalui erosi per satuan waktu. K adalah erodibilitas tanah mengait pada kepekaan tanah. R merupakan faktor erosivitas yaitu kemampuan hujan menimbulkan erosi.
Pada dasarnya erosi interaksi dari daya gempur hujan dan ketahanan tanah. Keduanya merupakan faktor bawaan alam yang relatif sulit dikelola. Namun daya rusaknya dapat dikurangi dengan factor LS dan CP.
Faktor L dan S merupakan panjang dan kemiringan lereng. Sedangkan C dan P adalah pengelolaan crop alias tumbuhan dan tindakan mekanis. Pengelolaan kelerengan, penutupan tanah dengan tumbuhan dan praktis mekanik bagian dari upaya menekan erosi. Menurunkannya hingga tingkat erosi ditolerir.
Mari menyoalnya sebagai bagian dari ibadah ekologis di Gua Maria Pereng. Selanjutnya disingkat GMP saja ya.
Menikmati barisan anak tangga terasa tingkat kelerengan bentang GMP. Foto kanan adalah tangga dari awal jalan salib di areal gereja. Foto kiri adalah jalan masuk dari area parkir. Selain untuk mempermudah pengunjung ziarah juga pemecah aliran air hujan dari teras atas.
Upaya menurunkan erosi dilakukan dengan memotong panjang lereng (faktor L). Mari amati dari pelataran doa ke bawah. Spot perhentian jalan salib ditata mengikuti teras.
Pengunjung menikmati jalan mendatar berliku. Menambah khusuk ziarah seraya menekan kemiringan (faktor S). Kemiringan yang mempengaruhi ketahanan lutut. Nyaman bagi pengunjung dan upaya konservasi tanah.