Bagi masyarakat sekitar hutan, daun dan ranting jati adalah berkat pemeliharaan alam. [Bonus lagi enthung (kepompong) jati] Penduduk memanen daun jati, mengikatnya model melingkar sepemeluk orang dewasa. Menjadi pendapatan langsung dalam transaksi.
Daun jati ramah lingkungan
Mari simak pengelola sega berkat MPR usai pengunjung makan. Diambilnya bekas peralatan makan. Sendok garpu dimasukkan pada bagian pencucian. Alas daun jati masuk keranjang sampah. Sekilas mirip nasi jamblang, Cirebon. Piring anyaman lidi kembali ditumpuk. Secara berkala dicuci dijemur.
Tumpukan daun jati bekas pakai bersifat biodegradable. Secara alami dapat didegradasi memenuhi kaidah daur ulang (recycle). Salah satu pilar 4R penopang ramah lingkungan.
Banyak hasil kajian pengomposan daun jati (Tectona grandis Linn. F.). Mengurangi serasah dan sampah daun jati mengubahnya menjadi kompos. Berikutnya kompos daun jati siap menyuburkan tanaman budidaya.
Sampah daun jati dan serasah runtuhan jati kering juga siap di reuse (digunakan kembali) sebagai sumber energi. Baik bahan bakar secara langsung ataupun diubah menjadi bentuk briket.
Pengomposan dan pembriketan limbah daun jati. Penerapan daur ulang dan pengubahan bentuk sebagai sumber energi terbarukan. Rantai kecil upaya ramah lingkungan.
Daun jati pembungkus pengawet alami
Daun jati umum dijadikan pembungkus. Selain daun pisang, waru, mendong, sempur dll. Sebelum era pembungkus plastik berkembang. Tidak usah dipertentangkan, akal budi manusia menuntunnya memilih sesuai peruntukannya.
Kajian dari FTP UGM, menunjukkan daun jati memiliki sifat fisik sebagai pembungkus yang baik. Amatan karakter ketebalan, kekuatan tarik dan kekuatan sobek. Ketebalan menjadi sarana mempertahankan panas, menjaga kehangatan makanan yang dibungkusnya. Daun jati ideal umur dewasa.
Daun jati juga sebagai pembungkus pengawet alami. Tim Kelompok Riset Pangan Universitas Jember menyarankan penggunaan daun jati sebagai pembungkus daging kurban. Alami, sehat dan halal, serta ramah lingkungan.