Berada di ujung semenanjung. Serasa pertemuan antara daratan, lautan sekaligus angkasa. Terasa heningnya menunjang ibadah pun semadi menundukkan diri.
Dari pintu gerbang utama ke pura utama di ujung dan puncak semenanjung terlihat umat beberapa kali meletakkan sesaji di beberapa pemberhentian. Setiap tempat pemberhentian berpenanda dan tentunya mengikuti tatanan religi.
Telaah sumber menunjukkan, Pura Batu Bolong berawal dari perjalanan tokoh agama Hindu Dang Hyang Dwijendra. Beliau melintasi Pulau Jawa, Bali dan tinggal di Lombok. Pura diperkirakan dibangun pada tahun 1533. Hampir 5 abad yang lalu.
Penamaan Pura Batu Bolong didasarkan pada tebung granit di tekukan/lengkung pantai menjelang puncak pura utama. Berupa tebing granit berongga oleh gerusan abrasi. Menghasilkan wujud seperti gerbang menuju laut bebas. Disebutlah Batu Bolong, batu yang berlubang.
Menurut Rinjanigeopark.com Pura Batu Bolong ini merupakan situs budaya (cultural heritage). Memiliki kode pengelolaan B07. Satu dari 17 situs budaya dalam daftar Rinjani UNESCO global geopark. Geopark tingkat dunia yang dilindungi.
Situs Geologi Rinjani UNESCO Global Geopark
Kekhasan Pura Batu Bolong adalah tebing granit yang berongga atau bolong oleh abrasi. Sudah 5 abad lalu dengan Pura kokoh berdiri. Kawasan Pura Batu Bolong ini menjadi bagian dari sisi barat pulau Lombok.
Kagum takjub dengan tatanan alam tebing granit ini. Mozaik batuan yang dirancang oleh Kreator Agung. Tegak berdiri oleh hempasan ombak yang mengabrasinya. Batuan granit adalah batuan vulkanik yang sangat keras. Leluhur kita memilihnya sebagai material candi agar tahan dari pelapukan alami.