Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jelajah Kuliner Nusantara | Lemper dan Jadah Manten Warisan Budaya Takbenda

26 April 2023   21:43 Diperbarui: 26 April 2023   21:44 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lemper (sumber: istock.com)

Menyantap suatu kudapan bukan hanya sekedar kegiatan fisik memasukkan makanan ke sistem pencernaan. Kuliner Nusantara adalah etalase keragaman budaya. Menikmatinya ibarat melongok jendela budaya.

Menurut KBBI kuliner adalah berhubungan dengan masak-memasak. Mencakup tentang teknik memasak dan penyajian. Merangkum latar belakang sosial budaya suatu masakan. Paduan kearifan mengelola sumberdaya alam dan nilai yang dianut masyarakat setempat.

Kuliner Nusantara melebihi pagar batas upaya pemenuhan nutrisi. Upaya target kecukupan pangan. Meluas pada kekayaan budaya bangsa. Betapa sebagai negara kepulauan kita memiliki ragam budaya aneka sajian makanan.

Tak pelak kuliner Nusantara jadi komponen wonderful Indonesia. Bagian kekuatan promosi pariwisata. Kemanapun seseorang menjelajah pastinya membutuhkan santapan jasmani. Mengapa tidak menggunakan kuliner lokal sebagai umpan awalnya?

Jenis makanan akan melekat pada suatu komunitas budaya. Ada yang bersifat spesifik, semisal Ayam Taliwang dekat dengan budaya Bali dan Lombok. Beberapa penganan bersifat hampir universal, semisal lemper.

Sekilas lemper

Lemper salah satu penganan Indonesia yang dijumpai di aneka wilayah. Merujuk pada KBBI, lemper adalah  penganan dibuat dari nasi pulut, di dalamnya diisi daging cincang (dibungkus dengan daun pisang).

Bermula dari segenggam ketan kukus panas diisi dengan sejumput abon sapi. Kemudian dibungkus dengan daun pisang disemat lidi. Model ala lontong mini. Lalu dikukus dan siap dinikmati.

Kini dijumpai aneka variasi lemper. Beradaptasi dengan daerah setempat. Semisal untuk isi mulai dari serundeng kelapa, cacahan daging ayam, daging sapi hingga ikan cakalang. Memanfaatkan sumber daya lokal pemenuhan pangan.

Model membungkus dari versi kodokan. Ada pula hanya dilapis sepotong daun pisang tanpa dikukus. Beberapa daerah menyajikan lemper berbungkus daun pisang bagian pupus muda berwarna kuning cantik.

Satu hal yang bersifat konstan. Bahan dasar yang tetap yaitu beras ketan. Disajikan berlapis dengan isi di bagian tengah.

Lemper warisan budaya takbenda

Lemper melalui serangkaian proses panjang mendapat penetapan sebagai warisan budaya takbenda tingkat nasional. Ditetapkan pada tahun 2021, pengusul Provinsi DI Yogyakarta. Memiliki Nomor Registrasi 202101280. Domain Kemahiran dan Kerajinan Tradisional. 

Penetapan lemper sebagai warisan budaya takbenda memiliki banyak implikasi. Merasuk pada ranah kognitif, pemahaman lemper sebagai bagian identitas budaya bangsa. Ranah afektif, bagaimana menghidupi kebanggaan lemper sebagai kuliner bergengsi.

Pun psikomotorik memelihara keterampilan penyajian dan kreasi lemper. Kontekstualisasi berkesinambungan agar lestari dalam kancah kuliner Nusantara hingga internasional. Bukan hanya kudapan masa lalu yang dihindari generasi kini.

Lemper sebagai jendela budaya bangsa

Kuliner adalah produk budaya. Bagaimana masyarakat memahami dan mensyukuri potensi kelokalan alam setempat. Menghembusinya dengan nilai kearifan lokal yang hidup di tengah masyarakat. Sejumlah filosofi lemper kita dapatkan.

Mari telaah bahan dasar lemper yaitu ketan (sticky rice). Memiliki sifat lekat dengan keberadaan amilopektin. Dimaknai sebagai kemampuan merekat persatuan dalam komunitas.

Bagaimana dengan rasa? Ketan dibumbui dengan aneka rempah menghadirkan rasa gurih. Begitupun dalam kehidupan setiap pribadi dilambangkan dengan gurihnya lemper. Kehadiran yang berarti dalam lingkungannya.

Tampilan lemper dari kulit terluar adalah daun pembungkus, diikuti ketan dan berintikan isian cacahan daging atau ikan. Ajaran untuk menempatkan inti keunggulan pribadi yang dibalut oleh kesederhanaan. Saat kecil terpana mengangguk mendengar penjelasan Simbah akan karakter lemper.

Nah, ini dari aspek kerata basa alias pemaknaan bahasa. Lemper, yen dialem aja rumangsa memper. Dialem artinya diberi pujian, memper adalah layak unggul. Saat menerima pujian mari jauhkan dari rasa layak unggul. Bisa jadi pujian itu kembang lambe atau pemanis percakapan.

Mengasah rasa andhap asor, kerendahan hati. Karakter dasar modal penting dalam kancah pergaulan luas. Menempatkan diri secara pas. Hiks selalu disentil halus saat mengucah lezatnya lemper.

Lemper sebagai sajian identitas bangsa dan bergengsi

Begitu sering kita kesulitan memilih suguhan pada suatu acara jamuan. Baik di tingkat lokal ataupun skala yang lebih luas. Begitu sering kita bergumul dengan sajian apa ya yang pantas?

Lemper sangat layak koq kita sajikan pada aneka kesempatan. Bahkan pada skala internasional. Bisa kita modifikasi tampilan semisal ukuran yang lebih mungil agar tidak terlalu berat.

Lemper kukus, lemper iris maupun lemper garang eh bakar selalu memikat. Aroma daun pisang yang terkena uap panas pun jilatan api menambah selera.

Hendak tampil beda? Para sahabat Kompasiana kenal kan dengan penganan Semar Mendem. Modifikasi lemper dibalut dadar telor tipis berwarna keemasan. Makin mewah dengan siraman areh atau santan kental.

Ilustrasi semar mendem (Dok. Sajian Sedap dalam Kompas.com)
Ilustrasi semar mendem (Dok. Sajian Sedap dalam Kompas.com)

Nah sebutannya saja Semar Mendem. Semar sang titisan dewa sangat suka menyantapnya. Hingga mendem alias setengah mabuk. Penggambaran lezatnya variasi lemper ini.

Pada suatu acara di salah satu kantor di DIY. Mendapat suguhan dengan tampilan cantik. Ooh ini yang disebut jadah manten. Tampilan eksotik menggoda, menggelitik mencari informasi lebih.

Bentuk dasarnya adalah semar mendem (lemper yang dibungkus dengan dadar). Ditopping dengan areh/santan kanil/kepala santan. Nah pembedanya adalah gapit/capit dari siratan bambu.

Mendahului saudaranya, lemper, jadah manten mendapat penetapan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia pada tahun 2010. Pengusul Provinsi DI Yogyakarta. Memiliki Nomor Registrasi 2010000192 . Domain Kemahiran dan Kerajinan Tradisional.

Ilustrasi jadah manten khas Yogyakarta (SHUTTERSTOCK/DANIEL DOP dalam Kompas.com)
Ilustrasi jadah manten khas Yogyakarta (SHUTTERSTOCK/DANIEL DOP dalam Kompas.com)

Awalnya, jadah manten bagian dari tradisi. Perlengkapan dalam upacara perkawinan di Jawa khususnya Yogyakarta. Filosofinya adalah simbolisasi doa supaya kedua mempelai senantiasa hidup rukun.

Meneladan ketan penyusun jadah manten. Pasangan seiring sejalan dalam mengarungi hidup berumah tangga. Setia dalam suka maupun duka, laiknya ketan yang lengket menyatu.

Lemper dan jadah manten salah satu ampiran jelajah kuliner Nusantara. Bukan hanya sedap bergizi. Merangkum mutiara budaya bangsa. Bagaimana dengan lemper di daerah sahabat pembaca Kompasiana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun