Momen Ramadan dan lebaran bersifat multidimensi. Merangkum aspek ibadah meruah ke dinamika sosial ekonomi budaya. Salah satunya puncak peredaran kembang selasih di pasar tradisional. Seikat selasih kaya filosofi ziarah hingga fitofarmaka.
Ziarah
Ziarah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kunjungan ke tempat yg dianggap keramat atau mulia. Aneka ragam tempat yang dimuliakan dengan aneka tujuan kunjungan. Mencakup ragam tata caranya.
Perjalanan kehidupan juga sering digambarkan sebagai ziarah. Menuju tempat mulia dan dijalani secara adab kepatutan dengan standar tertentu. Disikapi dalam kesadaran rasa hormat (eling dan ering, menurut sesepuh budaya Jawa).
Momen jelang Ramadan hingga lebaran juga diwarnai ziarah makam leluhur. Pendahulu yang dihormati dan dikasihi. Mengenang anugerah kebaikan, meneladan laku kehidupan beliau. Ritual budaya yang bersifat universal tanpa sekat wilayah.
Salah satu komponen ziarah adalah bunga. Mulai dari bunga tabur yang umumnya mawar melati dengan campuran kenanga. Rangkaian bunga segar ditata dalam vas. Hingga keberadaan kembang selasih, tumbuhan dari genus Ocimum.
Filosofi Selasih
Menarik untuk mengulik tumbuhan dalam ranah etnobotani. Etnobotani mempelajari hubungan kompleks dan dinamis antara penggunaan tumbuhan oleh manusia seturut proses perkembangan budaya. Bersifat khas unik menurut kelokalan dan zamannya.
Begitupun penggunaan kembang selasih untuk tradisi ziarah. Amatan selintas masa kecil di lereng barat Gunung Lawu, tidak terlalu lazim penggunaan selasih untuk nyekar. Blusukan di kaki hingga pinggang Merbabu terasa lonjakan permintaan dan penyediaan selasih di seputaran masa Ramadan Lebaran.
Pola yang serupa untuk wilayah Cirebon, Semarang, dan Demak. Warga Cirebon meneruskan kisah, kembang selasih sebagai kesukaan Sunan Gunung Jati. Menjadi saluran berkat bagi petani pun pedagang di masa puncak penjualan.
Secara harafiah tampilan Selasih sungguh sederhana. Dijual dalam ikatan kecil. Tangkai berdaun hijau dengan ujung tandan bunga berwarna ungu kemerahan hingga kecoklatan. Aroma segar dengan harum yang samar.
Membawa selasih saat ziarah secara umum dimaknai filosofi mengenang keharuman budi leluhur. Aneka sebutan, semisal selasih sebagai kasih yang tersela atau terjeda secara fisik oleh perpisahan fisik kematian. Namun tetap abadi di hati.
Selasih pada beberapa wilayah disebut Telasih. Telasih, telas artinya habis, asih bermakna kasih. Paduannya Telasih menjadi kasih yang tiada habisnya. Pengingat kenangan jiwa antara peziarah dengan leluhurnya yang tiada putus.
Selalu menarik menyimak kisah pemaknaan kosakata selasih ataupun Telasih antar tempat yang merangkum kelokalan dan nilai yang hidup pada komunitas. Kisah yang dibabar dengan fasih oleh penjual kembang maupun sesepuh masyarakat. Diestafetkan antar generasi hingga saat ini. Kontekstualisasi yang selalu terjadi.
Fitofarmaka Selasih
Etnobotani selasih mempelajari hubungan kompleks dan dinamis antara penggunaan tumbuhan selasih oleh manusia seturut proses perkembangan budaya. Bagaimana manusia menggunakan selasih dalam tradisi ritual kehidupan keseharian. Menurut tatanan budaya yang berlaku.
Selasih bukan hanya digunakan dalam ritual ziarah. Merasuk pada ranah kehidupan lainnya. Semisal pada telaah fitofarmaka. Pemanfaatan tanaman sebagai obat penyembuh penyakit ataupun penjaga kesehatan.
Sahabat pembaca Kompasiana tentunya tidak asing dengan sajian biji selasih dalam aneka minuman segar. Biji berukuran mungil berwarna kehitaman. Bila mau dimanfaatkan tinggal dicuci bersih kemudian direndam dalam air matang bersuhu ruang.
Biji akan mengembang, terlihat diselaputi lapisan bening putih siap untuk dicampurkan pada aneka sajian. Minuman segar, bisa juga untuk campuran puding ataupun salad. Rasa tekstur krenyes biji memberikan sensasi tersendiri.
Sajian segar melibatkan biji selasih untuk menu buka puasa tentunya menggugah selera. Menyesap kesegarannya. Bersyukur tuk ibadah puasa dan menikmati khasiat biji Selasih.
Web klikdokter mencatat sejumlah manfaat kesehatan dari konsumsi biji selasih. Mulai dari memberikan rasa adem, membantu pencernaan hingga meredakan peradangan. Digunakan sebagai pengobatan tradisional di banyak negara hingga modernisasi kemasan fitofarmaka-nya
Aneka nutrisi terkandung dalam biji selasih. Sejumlah protein, lipid, karbohidrat, serat pun abu yang terdiri dari aneka mineral.
Siapa bilang konsumsi biji selasih, tidak keren? Bukan hanya kita yang memiliki kebiasaan ini. Ini disertakan kajian nutrisi biji selasih review dari beberapa negara. Disajikan data aslinya siapa tahu pembaca Kompasiana mau merunut rujukan aslinya.
Selalu kagum dengan kearifan lokal tradisional masyarakat memanfaatkan tumbuhan di sekitar dalam perawatan kesehatan. Ilmu dan teknologi berkembang dari dasar amatan sebelumnya. Etnobotani berkembang selaras dengan kajian fitofarmaka.
Telaah mendalam, biji selasih memiliki khasiat fitofarmaka. Diantaranya antiinflamatori, antimikrobial, antidiabetik, analgesik, antioksidan dll. Lah kajian fitofarmaka diluar kapasitas Simbok kebun. Mari dirunut pada sumber asli yang disertakan ataupun literatur lain tentunya dipilih kredibilitasnya.
Sehamparan tanaman selasih menjanjikan rezeki bagi pelaku agribisnisnya. Seikat kembang selasih menemani peziarah mengikat filosofi kasih dengan leluhurnya. Menyantap sajian biji selasih mereguk kesegaran dan manfaat fitofarmaka menjaga kebugaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H