Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Etnobotani Kenanga: Mitos Tolak Bala, Kecantikan, dan Kesehatan

11 Maret 2023   14:09 Diperbarui: 11 Maret 2023   17:48 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga kenanga yang dihasilkan warga (news.detik.com, Foto: Deni Prastyo Utomo)

Bunga atau kembang Kenanga (Cananga odorata) siapa tidak kenal? Hadir pada banyak acara tradisi. Memuat sejumlah kisah mitos tolak bala hingga kecantikan dan kesehatan.

Etnobotani merujuk pada studi yang berfokus pada kajian tentang hubungan antara kebudayaan atau etno, dengan botani atau tumbuhan. Tidak hanya menyoal dari ilmu murni semisal klasifikasi taksonomi, morfologi pun fisiologinya.

Menjadikannya menarik dinamis, meneropongnya dari penggunaan tumbuhan dalam proses perkembangan kebudayaan. Semisal etnobotani kenanga dapat disigi antar budaya lokal, terdapat simpul persamaan antar kelokalan yang bersifat universal.

Kembang kenanga dan mitos tolak bala

Kembang kenanga banyak digunakan pada aneka ritual tradisi, mulai peristiwa bahagia hingga nuansa duka. Menjadi elemen tradisi budaya yang bervariasi antar suku pun daerah.

Harum kembang kenanga mendatangkan sensasi yang berbeda antar kita, bahkan antar waktu dan tempat. Aroma lembut kenanga di halaman depan di pagi hari terasa menyegarkan. Sementara keharumannya dari pohon di pengkolan jalan sepi saat senja hari membuat sensasi merinding.

Penanaman perdu kenanga (Cananga odorata fruticose) di halaman depan dengan aneka maksud. Bagi beberapa orang sebagai langkah tolak bala. Kenanga, kena kena muga kena. Semacam ungkapan kalau ada maksud jahat ditangkal.

Setiap kelompok masyarakat menarasikan maksud jahat dengan cara berbeda. Dibalut nilai tradisi budaya yang berlaku. Mencakup ragam gangguan yang bervariasi umumnya tak kasatmata.

Mitos kenanga hidup bersama masyarakat dengan nilai budayanya. Penghayatan manusia atas lingkungan semestanya. Tidak harus ditentang namun dikontekstualisasi sesuai perkembangan budaya termasuk pengetahuan ilmiahnya.

Perspektif positifnya, kenanga maksud baik pun diterima dengan terbuka. Kehadiran perdu kenanga di pekarangan depan serasa simbol keterbukaan sang empunya rumah. Mengelola kecurigaan dengan kewaspadaan kearifan jiwa.

Kenanga juga dapat menjadi elemen taman dengan paduan penataan yang apik. Kolaborasi estetika, fungsi ekologis dan sematan filosofi lokal. Tersemat juga fungsi ekonomik didalamnya semisal aspek penggunaan dalam industri.

Kembang kenanga: kecantikan dan kesehatan

Pengetahuan lokal yang hidup di masyarakat menempatkan kembang kenanga sebagai komponen kecantikan dan kesehatan. Perkembangan ilmu dan teknologi mendedah peran tersebut dengan topangan bukti. Pengetahuan lokal dan iptek yang saling beriringan.

Masyarakat menggunakan organ kenanga, semisal daun untuk pengobatan diare dan bisul. Menempatkan racikan bunga sebagai aromaterapi anti stres. Kini dengan pendekatan fitofarmaka banyak kajian antifungi dari ekstraksi minyak atsiri kenanga.

Berlimpah publikasi telaah ilmiah pemanfaatan kembang kenanga dalam bidang kesehatan. Merambah pada pengawetan pangan. Membedah pendekatan mitos dan pengetahuan lokal sesuai perkembangan budaya.

Pada zamannya, para puteri keraton merawat keindahan kulit dengan borehan bahan alami. Salah satunya penggunaan kembang kenanga untuk kesehatan kulit pun aroma terapi tubuh. Masyarakat sekitar mengikuti langkah tersebut, terjadi diseminasi pengetahuan.

Kini dengan perkembangan iptek, metabolit sekunder dari kembang kenanga dapat diekstrak. Sifat volatile mudah menguap dari senyawa aktif menjadi komponen kosmetika. Beberapa diracik menjadi sarana aroma terapi untuk relaksasi. Aroma lembut menenangkan, mengurangi gelisah dan menata emosi.

Pada gilirannya menjadi mata rantai dari dunia industri. Pengungkit mesin ekonomi. Subsistem hulu menjadi penyedia bahan baku. Tidak lagi cukup dari pengumpulan guguran bunga. Terbuka peluang budidaya secara terencana terukur produksinya.

Bunga kenanga yang dihasilkan warga (news.detik.com, Foto: Deni Prastyo Utomo)
Bunga kenanga yang dihasilkan warga (news.detik.com, Foto: Deni Prastyo Utomo)

Subsistem pengolah berupaya memaksimalkan efisiensi ekstraksi. Metabolit bermanfaat dimurnikan untuk pengolahan lanjut. Hasil samping dioptimalkan pemanfaatannya. Pendekatan yang merangkum industi nir limbah (zero waste industry).

Berawal dari perdu kenanga di pekarangan. Melalui mitos tolak bala juga keharuman yang menenangkan. Kini merambah pada aspek lingkungan yang lebih luas.

Kenanga ditengarai sebagai harapan baru dalam aspek kesehatan lingkungan (agroindonesia.co.id). Tanaman Kenanga memiki kemampuan yang cukup dalam menyerap timbal. Timbal merupakan polutan udara yang berasal dari emisi kendaraan bermotor.

Paparan polutan udara ini dapat terakumulasi dalam tubuh manusia. Bioakumulasi polutan yang sulit didegradasi dalam tubuh berpotensi mengganggu kesehatan tubuh. Diantaranya gangguan pada sistem syaraf.

Akhirnya, tumbuhan kenanga hadir di sekitar kita mempersembahkan aneka manfaat. Bagian dari tradisi ritual budaya mewarnai etnobotani kenanga. Berkembang dari mitos tolak bala berkembang menjadi komponen kecantikan dan kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun