Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kuliner Bernuansa Bathok

18 Februari 2023   08:44 Diperbarui: 18 Februari 2023   08:49 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi bathok dan saujana danau Toba (dokpri)

Bathok alias tempurung kelapa, sahabat pembaca Kompasiana tentunya sudah mengenalnya. Lazim dibesut menjadi perangkat rumah tangga semisal siwur (gayung air) dan irus (sendok sayur). Memikat juga saat menjadi unggulan kuliner bernuansa bathok.

Sejumput kisah dari Sumatera Barat. Perjalanan kembali dari Batusangkar di sore gerimis, kami berhenti sejenak di Gugun Batuah. Pondok gorengan dan kawa daun.

Kawa daun Gugun Batuah (dokpri)
Kawa daun Gugun Batuah (dokpri)

Kawa daun seduhan daun kopi yang disajikan panas mengepul dalam wadah tempurung kelapa yang menghitam beralaskan potongan buluh bambu. Rasanya tak terdefinisikan hanya bisa dicoba..... Sebagai teman minum tersedia aneka gorengan, sate dan ayam penyet.

Tempat singgah ini unik dan apik, memasang hiasan berupa sarang burung manyar berjajar bergantung, dengan pemandangan sawah berjenjang atau berteras. Terbayar sudah penasaran akan kawa daun dari postingan para sahabat.

Meneguk kawa daun menghadirkan sendu sekaligus syukur. Bumi pertiwi menghasilkan bulir kopi melimpah. Saat itu, kaum pribumi tak mampu menikmatinya. Rela melayukan dan fermentasi daun kopi dan menyeruput seduhannya.

Pola ini direplikasi oleh produk Dakobar, daun kopi Banaran. Hasil fermentasi daun kopi layaknya seduhan teh. Kalau ini tentunya bukan keterpaksaan namun rupa kreativitas.

Menyemat kenangan dari Sumatera Utara. Kopi bathok hangat dinikmati di pagi hari. Saujana Danau Toba menemaninya. Sejauh mata memandang terlihat biru kemilau Toba.

Kopi bathok dan saujana danau Toba (dokpri)
Kopi bathok dan saujana danau Toba (dokpri)

Secuil kenangan di Parapat Inn. Melengkapi kawa daun dalam wadhah bathok di Gugun Batuah. Kini kopi bathok menyegarkan kerongkongan di Tana Toba.

Pengingat bahwa kekayaan hasil bumi ibu pertiwi rupa sarana berkat bangsa. Gerai kopi kini merambah di setiap pengkolan sekitar kita. Ngopi menjadi bagian mulai dari gaya hingga pola hidup.

Rajutan rindu kuliner gaya Ngayogyakarta. Nah yang ini memenuhi rasa penasaran yang lama terpendam. Saoto bathok Mbah Katro di sebelah utara Candi Sambisari santer menggoda.

Saoto bathok Mbah Katro (dokpri)
Saoto bathok Mbah Katro (dokpri)

Dijabani menjadi bagian insan penasaran merunut saoto di tempat terpencil yang ramai pembelinya. Saoto sebutan yang akrab dengan masa kecil, kini lebih sering mendengar sebutan soto. Warung saoto dikitari hamparan sawah.

Sebathok saoto bening memiliki kekuatan memanggil pembeli mencicipnya. Racikan sederhana dengan pilihan lauk tidak melimpah. Berbeda dengan warung soto biasanya dimana lauk tertata melimpah di meja. Hantaran akan sesuai dengan pesanan.

Menikmati sajian musik secara langsung ditingkah suasana alami di warung tanpa dinding samping. Melengkapi kenangan, saat membayar tetiba bres hujan tercurah sangat lebat dibarengi angin kencang.

Seolah tersirap daya alam, semua menyelamatkan diri ke bagian yang lebih aman dari tempias hujan. Air dengan ramah menyapa lantai tanah. Warung saoto bathok mbak Katro (beneran mbah Katro bukan typo dari mbah Karto).

Apakah menyurutkan minat pengunjung? Tidak loh di tengah hujan deras, rombongan demi himpunan pengunjung memasuki warung. Meneguhkan pesona kuliner bernuansa bathok.

Merangkai kisah alit dari 3 wilayah dalam rupa kawa daun, kopi bathok dan saoto bathok. Terlihat jalinan budaya makan Nusantara. Menggunakan bahan alam sebagai perangkat makan dan minum.

Bathok tempurung kelapa merupa dalam mangkok dan cangkir. Melengkapi siwur dan irus. Keterampilan dasar manusia merakit sumberdaya alam sekitar untuk membuatnya berbudaya.

Kuliner lokal bernuansa bathok ada di setiap wilayah dengan gaya khasnya. Sahabat pembaca Kompasiana, berkenan sharing pengalaman pun amatan? Selamat berakhir pekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun