Sahabat Kompasiana, seberapa sering membaca dan menikmati kolom percakapan dalam komentar di bawah sajian artikel? Keseruan komentar yang menyimpan banyak potensi dahsyat loh. Mari nikmati narasinya.
Kompasiana merupakan platform blog. Pada dasarnya empunya akun pengunggah konten atau kompasianer adalah narablog. Salah satu ciri kegiatan blogging adalah komunikasi. Tidak terbiasa usai unggah artikel ataupun baca dan ditinggal begitu saja.
Fitur komunikasi interaktif antar penulis dan pembaca yang dikembangkan oleh Kompasiana adalah pemberian nilai dan komentar. Menjadi ajang tukar pikiran kalau meleset berubah gelanggang adu semprot. Apapun itu menjadi bagian keseruan di Kompasiana.
Sering kali percakapan dalam komentar menjadi bagian kesatuan dari artikel. Rasanya tidak meninggalkan membaca artikel tanpa menikmati riuhnya kolom komentar. Menghadirkan aneka ekspresi saat menikmatinya. Bagian dari proses saling menghargai.
Eits, adakalanya pembaca njujug di kolom chat komentar dulu baru memanjat ke artikel untuk dapat terlibat dalam keseruan diskusi. Meski tidak dapat dipungkiri adanya komentar yang seolah terlepas dari konten. Memindai judul langsung seru merespon dan blaik di luar konteks.
Pengelola Kompasiana menempatkan komunikasi pemberian nilai dan komentar sebagai bagian perolehan poin. Dimana poin menjadi dasar penetapan pangkat. Serasa jenjang karir ya, hehe. Ini ilustrasinya.
Terlihat kan, penganggit artikel A meski tidak mendapat sematan pilihan apalagi headline (AU) mampu mendulang total poin tinggi. Unggul melalui komponen mendapatkan nilai dan komentar. Sebaliknya penayang artikel B dengan atribut AU minim komentar mengantongi total poin lebih kecil.
Lupakan sejenak tentang poin. Keseruan menulis bukan hanya masalah sematan dan kuantifikasi, balutan data dan angka. Banyak aspek kepenulisan yang lahir dari interaksi semisal komentar.
Menurut amatan selintas, beberapa muatan yang terlihat dari interaksi komentar: