Bubur Tumpang Koyor

Sepiring atau sepincuk bubur tumpang koyor tak pernah gagal memancing selera sarapan Simbok. Bahkan saat nafsu makan sedang ngedrop sekalipun. Rahasia apa sih yang terkandung didalamnya?

Setiap orang memiliki klangenan makanan pembangkit selera. Mulai yang kaya warna, rasa pun kenangan. Bagi Simbok bubur tumpang koyor jawabnya.

Apalagi yang masih panas kebul-kebul menguarkan asapnya. Bisa memasak sendiri. Tentunya lebih puas dari jumlah pun biaya per satuan. Juga higienis terjaga. Imbangannya perlu waktu untuk mempersiapkannya.

Baca juga: Bubur Manado Kecerdasan Lokal Minahasa Tangkal Kelaparan

Bagi penyuka namun enggan meraciknya sendiri tak usah kecil hati. Tersedia beberapa penjual masing-masing dengan pelanggan fanatiknya. Apalagi kini dapat diakses hanya dengan sentuhan jari di aplikasi perpesananan makanan.

Paling asyiik membeli dan makan langsung di dekat penjualnya. Hehe ngiras, kami menyebutnya. Sangat pamali bagi generasi orang tua. Saru eh kurang santun lah makan koq di warung. Namun kami kini sering melanggarnya.

Mari nikmati ritual penyajiannya. Penjual mengambil satu pincuk daun pisang atau piring dialasi Samir alas daun pisang. Disenduknya 1 irus bubur panas putih dengan aroma harum gurih.

Ditambahkannya sejumput sayuran sesuai pesanan pembeli. Umumnya kecambah kacang hijau, kacang panjang, irisan kol, bayam. Kalau beruntung ketemu si rambut gimbal alias daun adas. Ada pula selada air ataupun cekitri.

Baca juga: Mengicip Sajian "Microgreen"

Ganti mata yang dimanjakan. Paduan warna putih bubur berpadu dengan aneka warna sayuran segar yang menggoda. Saatnya menanti sensasi berikutnya.

Baca juga: Nasi Jagung Urap Bunga Turi dan "Zero Waste"

Ditambahkannya beberapa iris daging koyor muda. Boleh meminta sesuai selera dan harga. Hanya daging empuk atau tambah beberapa bagian koyor empuk berlemak gurih. Disiramkannya kuah dan tahu masak tumpang.

Segera paduan aroma menyergap indera penciuman. Sedap khas tumpang koyor tersaji siap disantap. Tangan menyendok, lidah mendecap. Bubur tumpang koyor meluncur menuju ke ruang tengah alias lambung.

Meskipun ini makanan kesukaan tetap hati-hati saat menawarkan kepada tetamu. Tidak semua orang langsung menyukai ramainya paduan rasa. Menguar dari aneka bumbu yang berpadu dalam tumpang.

Bawang merah, bawang putih, cabai, kencur, jeruk purut ditumbuk dimasak dalam kuah santan encer. Eit jangan lupa daun salam pun rimpang lengkuas. Nah rahasianya ada pada tempe semangit, tempe dengan stadium sedikit overfermented.

Konon keberadaan tempe semangit ada juga yang menyebut tempe bosok bagian dari pembangkit selera. Teringat saat kecil kalau nafsu makan sangat berkurang, ibu membuat jamu cekok temu ireng tempe bosok. Ada fitonutrien penenang lambung yang terkandung.

Kuliner ini lazim tersedia di daerah Jawa Tengah. Khususnya di Salatiga pun Solo. Menjadi kuliner pembeda bila dikelola dengan apik menarik. Eh menurut anak, mereka nemu menu ini juga di Jakarta. Mampir yook...

Pamit dulu ah, simbok hendak sarapan bubur tumpang koyor. Makanan apa nih klangenan sahabat Kompasiana? Selamat menikmati kuliner lokal.