Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Narasi Ekokultural Kandang Natal (Kisah Bukit Menoreh)

20 Desember 2022   09:49 Diperbarui: 21 Desember 2022   08:35 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan sawah berlatar perbukitan Menoreh (dokpri)

Kandang natal bagian dari simbolisasi kehadiran dan penyerahan diri. Tidak terbatasi oleh geografi pun kultur. Ini narasi ekokultural kandang natal di Bukit Menoreh.

Perbukitan Menoreh menghadirkan sensasi rasa tertentu bagi penggemar cerita silat. Api di Bukit Menoreh karya S.H. Mintardja membius pembacanya. Ternyata perbukitan Menoreh juga menyimpan narasi ekokultural kandang natal.

Akhir Desember 2019 menemani adik menghadiri pemberkatan nikah sahabat di Kulon Progo. Selain suasana sakralnya momen penyatuan hati menikmati sajian budaya busana khas Yogyakartan, mata Simbok terpikat dengan tatanan kandang natal.

Kandang natal dengan ornamen yang khas berada di kanan mimbar utama. Uniknya ada dalam bingkai yang mencerminkan kelokalan daerah. Dahan pohon jati, miniatur sawah, pajangan pasangan bajak pun pohon natal dari Jerami.

Representasi ciri masyarakat agraris sawah berpadu alas jati di bukit berkapur. Simbolisasi kehadiran dan penyerahan diri bahwa anugerah melimpah pada mata pencaharian petani sawah. Pun berkat mengalir melalui alas jati.

Disclaimer, tulisan ini ala Simbok kebun kepo. Jauh dari aspek teologi pun transedental di luar jangkauan nalar budi Simbok. Amatan wadag semata dari pesona kandang natal yang unik lokal.

Ekokultural sawah

Menuju lokasi, mata dimanjakan dengan hamparan sawah subur berlatar belakang gagahnya perbukitan Menoreh. Sajian bulir malai bernas tidak hanya gambaran aspek ekonomi pangan. Ada jasa ekologi serapan karbon dioksida dan pembebasan oksigen bagi titah lain.

Hamparan sawah berlatar perbukitan Menoreh (dokpri)
Hamparan sawah berlatar perbukitan Menoreh (dokpri)

Tidak heran umat menghadirkannya dalam rupa miniatur sawah lengkap dengan orang-orangan pengusir hama burung melatar kandang natal. Pernyataan syukur bahwa kehidupan petani adalah berkat pemeliharaan.

Menarik tampilan pohon natal berupa tatanan Jerami. Penyembahan berasal dari diri apa adanya dan seutuhnya, selaku masyarakat tani padi. Pengingat bahwa setiap bagian tanaman padi didayagunakan secara maksimal selaku lantaran berkat.

Diusungnya peralatan pasangan bajak sawah. Penyerahan diri permohonan berkat agar sarana bekerja diurapi. Perkembangan teknologi diletakkan pada bagian kandang natal. Pengingat prasasti hati teknologi pengawal bukan perusak berkat.

Ekokultural sawah, mencakup tata ekologi dan tata budaya petani sawah yang khas. Ditautkan pada kandang natal. Ekokultural sawah bukan hanya pernyataan berkat ada tanggung jawab pemeliharaan keutuhan ciptaan.

Ekokultural alas jati

Usai melewati hamparan sawah, kami melintasi tempat ngopi Kopi Ampirono (hehe ejaan dari ampirana, silakan mampir). Lanjut menanjak pada alas atau hutan jati.

Alas jati perbukitan Menoreh (dokpri)
Alas jati perbukitan Menoreh (dokpri)

Ekokultural alas jati. Tanaman jati penciri ekologi lahan berkapur. Alas jati bukan hanya masalah ekonomi produksi. Mengemban amanah menjaga tata kelola air di suatu wilayah.

Masyarakat alas jati memiliki kultur tersendiri. Memandang hutan jati sebagai bagian berkat. Sabar menyigi curahan berkat mulai dari perontokan daun jati. Ada kalanya memanen entung pupa ulat jati sebagai berkat sumber protein hewani.

Alas jati juga menjadi bagian kawasan khas. Keberadaan satwa flora penyangga ekosistem. Pada bentang alam yang lebih luas, alas jati di Bukit Menoreh menyimpan keberadaan bendung Sermo. Juga Kawasan Suaka Margasatwa Sermo.

Masa muda remaja saya membayangkan keanggunan perbukitan Menoreh dengan koleksi aneka tumbuhan obat alami. Juga sediaan satwa baik yang dapat disantap manusia pun bagian keseimbangan alam. Tergambar melalui kisah Kakang Agung Sedayu dan Mbakyu Sekar Mirah, Api di Bukit Menoreh.

Nah, bila dahan jati simbol ekokultural dihadirkan dalam rangkaian kandang natal. Bukankah ini juga rangkaian pernyataan kehadiran berkat pemeliharaan melalui alas jati. Juga penyerahan diri masyarakat alas jati dalam rancangan damai sejahteraNya.

Sawah dan jati bagian puja bakti (dokpri)
Sawah dan jati bagian puja bakti (dokpri)

Kilas balik pesona kandang natal di perbukitan Menoreh tiga tahun yang lalu. Nilai kisahnya tetap lestari dari perspektif ekokultural. Manusia bagian dari alam, sesama titah di satu bumi.

Kesatuan budaya masyarakat dan alam sekitar, bagian dari ibadah syukur aktual keseharian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun