Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Antara Berkotek dan Menulis

5 Desember 2022   16:12 Diperbarui: 6 Desember 2022   01:15 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berkotek bertelur di petarangan (Foto shutterstock via kompas.com)

Sahabat pembaca Kompasiana akrab dengan kebiasaan ayam betina berkotek? Kalau tinggal di perkotaan mungkin agak sulit membayangkan. Ayam betina berkotek lekat dengan harapan bertelur.

Kebiasaan dan naluri ayam betina saat hendak bertelur adalah berkotek. Riuh memperdengarkan suara petok...petok... Seolah mewarta ini aku si blirik hendak bertelur.

Empunya ayam menandai suara ayamnya. Bila telur di petarangan, tempat ayam kampung bertelur, bertambah mencatatnya sebagai karya si blirik. Bukan hasil si blorok. Usai bertelur kembali melapor dengan berkotek pendek.

Beberapa ayam tidak rajin bertelur pada tempatnya. Dia memilih pojok tertentu untuk meletakkan hasil telurnya. Empunya ayam dengan awas memindainya dan menyimpan telur sebelum dimangsa ular ataupun garangan.

Namun ada kalanya si ayam betina ini heboh bukan main. Petok... petok di sini, diam seolah konsentrasi bertelur, lanjut berkotek di sana tanpa out put telur. Gelisah seraya menebar pertanda. Kami di perdesaan Jawa Tengah menyebutnya memeti.

Celoteh ayam berkotek menjadi sinyal proses produksi dan pengumuman produk oleh ayam betina. Hasilnya kadang segera nampak, tambahan telur di petarangan. Kadang pula sangat lambat, si empunya sampai tutup telinga karena ributnya si ayam betina.

Ada kalanya serasa zonk. Ayam betina pemberi harapan palsu (PHP) ribut berkotek tanpa telur. Bisa juga malah bertelur di pojokan kebun tetangga. Eh ini pun hasil ya meski di luar wilayah teritorial sang empunya ayam.

Kadang kala perilaku ayam berkotek ini dekat loh dengan kegiatan menulis. Lah, memangnya penulis sahabat ayam betina. Alamak jangan marah ya sahabat penulis Kompasiana. Nah ini tidak mengait ayam betina atau jantan. Kesamaannya ada pada berisik. 

Semisal Simbok nih. Hendak duduk menulis tentang A, belum kelar belok tentang B, berisik amat belak belok. Mending tamat, hasilnya berupa draf terlempar di petarangan alias folder.

Lain waktu naksir menulis topik tertentu. Petok...petok... berisik menata alur menampi data. Tergoda teriakan penjual bakso. Usai santap bakso, leyeh-leyeh lupa tujuan. Kembali draf terlempar ke petarangan.

Hehe, itu kalau menulis dengan tema. Simbok kan terbiasa hanya menulis remeh temeh di kebun tanpa perlu pendalaman berarti. Kembali sering semangat petok berkotek di awal, tinggal perampungan ganti fokus jadi terlewat.

Indikasi yang terendus oleh naluri tajam penulis Dee Lestari. Beliau mengingatkan, biasakan target tamat. Artinya apa yang diawali mari dituntaskan jadi tulisan tamat.

Nah tentunya sangat berbeda dengan teman-teman yang melakukan kegiatan kepenulisan sebagai bagian hidup. Menyediakan waktu menulis dan draf langsung tamat. Mencatat ide saat menunggu kereta dan menyelesaikan di kesempatan berikutnya. Tanpa perlu berkotek terlalu ribut.

Beliau sudah memiliki budaya tradisi menulis. Menjadi kesukaan yang dilakukan dengan disiplin. Indikator hasil dari proses jadi acuannya.

Ini bukan masalah ketersediaan waktu. Lebih kepada komitmen kebiasaan merampungkan atau menamatkan apa yang dimulai. Menghasilkan butir telur kemilau dari tanda berkotek.

Adakah sahabat yang memiliki naluri berkotek? Jangan ikuti jejak Simbok, berkotek ramai tanpa telur nyata. Mari sesekali periksa folder draf. Syukur bila kosong artinya bakal telur sudah terwujud. Berkotek tanda si blirik bertelur.

Beberapa draf yang tersimpan di folder masih bisa diproses lanjut. Untuk artikel yang berbasis hardnews dapat dipoles menjadi model artikel feature. Beberapa calon mentah dapat dibersihkan. Biar petarangan siap dengan telur baru.

Mari berkotek. Petok...petok... menambah telur di petarangan.

Catatan: alamak... sulitnya menulis humor. Apresiasi untuk sahabat pengisi kanal ini, berbagi tawa inspirasi. Salam petok...petok... (JM, 2022)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun