Melongok statistik di profil Kompasiana, ada yang menarik. Tertera jumlah artikel dipublikasi 299. Berarti dengan tambahan artikel ini menjadi genap artikel ke 300. Haha sungguh dipas-paskan, bukankah setiap bilangan itu apik?
Tidak mengapa berhenti sejenak. Menengok ke titik awal perjalanan di Kompasiana. Wow sekian warsa berselang. Terasa bagaikan perjalanan siput di rimba raya kepenulisan.
Laju perjalanan yang sangat santai. Rerata artikel baru tayang semingguan. Apalagi pada tahun 2022, ini coretan yang ke 12, alamak rentang tayang bulanan. Beneran serasa siput yang merayap alias nggremet.
Ini siput unik, tidak sedang dalam format perlombaan adu lari dengan kancil alias rusa. Siput yang menikmati perjalanan. Meniadakan kecepatan pun bilangan. Berhenti untuk menyimak dan menikmati kesempatan.
Keistimewaan melangkah di rimba Kompasiana. Diperjumpakan dengan aneka sosok pembawaan. Sosok rimbun teduh mengayomi banyak insan. Sosok lain tampil trengginas menghampiri tebar persahabatan.
Rimba Kompasiana juga sekolah alam tanpa kelas. Bertebaran sesama pembelajar. Hampir tiada guru ataupun murid. Masing-masing berproses maju sesuai kapasitas dan keinginan. Inisiasi kurikulum merdeka belajar dalam kepenulisan.
Belajar di Kompasiana tanpa takut ancaman drop out, hanya lama tinggal kelas seperti siput Simbok kebun. Lah kalau artikel di take down atau akun dihapus ya buat akun baru lagi. Kompasianer sakti tidak pernah ada mati akun.
Antara kompasiana.com dan kolumnis kolom.kompas.com
Begitu sering terlontar gurauan menulis di Kompasiana dikira wartawan Kompas. Atau lontaran lain, belum berhasil menerobos Kompas menumpang karya di Kompasiana. Lah, bukankah memang satu induk, sesama anak dari Kompas Gramedia (KG).
Belum sempat mengalami era Kompasiana Freez, versi cetak Kompasiana. Kolaborasi apik antara Harian Kompas sebagai media arus utama dan Kompasiana berbasis konten racikan warga. Terasa sinergi antara keduanya.